EPILOG

161 7 4
                                    

Jakarta, 2023

Kilatan cahaya dari kamera digital itu tidak henti-hentinya mengusik arah pandangnya yang tampak kosong itu. Meski dirinya mengerjap berkali-kali tetap saja tidak ada yang peka. Galen mendengkus kesal, acara pengabadian foto itu tidak kunjung selesai. Setelah proses wisuda tadi, ia diminta untuk ke aula--foto bersama seluruh angkatan 23--kemudian kini di kelas yang super ramai itu.

Hari bebas bagi seluruh siswa, hari tenang karena semua murid kelas XII SMA Andorra dinyatakan lulus 100% dengan rata-rata nilai yang cukup tinggi.

"Gal, senyum dong. Dari tadi lo yang berekspresi datar," kesal Daniel yang tampak memperhatikan Galen melamun sedari tadi itu.

Daniel datang tentu karena sesuai janjinya untuk menghadiri wisuda ke empat sahabatnya, Galen, Farah, Bimo dan Yuda. Meski ditengah kesibukan kuliahnya ia menyempatkan diri untuk tetap hadir sebagai tukang foto di kelas Galen. Sungguh menyebalkan.

"Gal, sekali lagi, ya? Kalau lo masih cemberut, jangan harap lo bisa makan hari ini."

Lantas Galen mengerutkan keningnya.

"Gue bejek-bejek muka lo sampai penyok," lanjut Daniel.

Mata Galen lantas mendelik, tetapi tatapan milik Daniel tidak kalah menyeramkan. Keduanya beradu pandang, sampai pada akhirnya Galen menyerah dan mengangkat kedua sudut bibirnya. Walaupun sangat tipis.

"Ok, satu ... dua ... ti--?"

Satu jepretan terakhir yang cukup sempurna.

"Nice." Daniel mengangkat jempolnya.

Galen langsung menghembuskan nafasnya lega.

Andai Elenea di sini pasti dia akan foto di samping aku

Andai Elenea di sini aku akan menjadi orang yang paling bahagia

Andai Elenea di sini pasti dia akan menjadi orang pertama yang diambil gambarnya karena meraih peringkat paralel

Andai kata waktu bisa diatur, akan kubuat Elenea hadir di sini

Andai, ....

Galen menghela napas panjang. Semua yang tercetak di benaknya itu hanya pengandaian yang akan berlawanan dengan pahitnya kenyataan ini.

Satu tepukan tangan mendarat di bahunya. "Gal, udah lah move on. Sudah setahun bro. Masih aja."

Daniel itu lekas merapatkan bahunya dengan bahu Galen.

"Yasudah lah, gue mau ke kantin dulu. Cari es, biar adem."

"Lo kira cari apa? Bayar bro," teriak Daniel yang mendapati Galen yang sudah berjalan menjauh.

Galen yang mendengar itu hanya mengangkat tangannya acuh.

Bandung, 2023

Tampak seorang gadis manis, dengan rambut yang dikuncir kuda dengan aksesoris bando yang terpasang di kepalanya--Elenea sedang menata peralatan, juga perlengkapan di ruangan minimalis beraroma bunga itu.

Dirinya di sibukkan menata sana-sini, karena May'S Florist telah membuka cabang ke dua di kota kembang itu. Hari ini rencana cabang ke dua akan di sahkan, maka dari itu Elenea penuh dengan kesibukan hari ini.

"El, istirahat dulu. Kamu gak capek?" Bu Maya mengelus puncak kepala Elenea dengan lembut.

Ia mengetahui betul, Elenea telah bekerja keras untuknya selama satu tahun ini. Dengan mengambil sekolah paket C, Elenea bisa sembari membantu di May'S Florist setiap waktu.

Elenea tampak letih, peluhnya itu mengucur hingga di pelipisnya. Namun, sang empu itu tampak tidak menghiraukannya. Dirinya tetap fokus pada tugas-tugasnya yang belum selesai itu.

"Nanti dulu, Bu. Kejar deadline soalnya," ujar Elenea dengan terkekeh pelan.

Lantas Bu Maya menganggukkan kepalanya seraya terus mengelus rambut milik Elenea itu.

"Yasudah, kalau capek istirahat dulu."

"Siap!"

Jari-jemari milik Bu Maya berganti asyik mensecroll layar ponselnya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh notifikasi artikel yang membuatnya itu menekan itu.

Seorang pemilik saham terbesar di kota Jakarta–Alby Wijayakusuma resmi menutup kasus penculikan anak yang terjadi sepuluh tahun yang lalu.

Alby Wijayakusuma berjanji akan berdamai dengan keluarga pelaku.

Semua hanya sejarah kelam yang tidak perlu di ungkit, katanya Senin, 29 Juni.

Sungguh mengejutkan, tidak seperti yang di duga sebelumnya. Kini Bu Maya berharap semua ini bukan untuk konsumsi medsos saja, melainkan ketulusan dari hati nurani Pak Alby.

Elenea tentu mengetahui perubahan wajah Bu Maya, lantas dirinya juga membaca dua artikel yang telah tersaji di layar ponsel milik Bu Maya itu.

Raut wajahnya juga tampak bingung. Namun, kini atensinya beralih menatap sebuah pesan yang terkirim di ponselnya.

Sebuah foto bersama kelasnya dulu. Menampakkan cowok yang berdiri di pojok paling kiri itu berdiri tanpa ekspresi.

Lihat, El. Jiwanya itu tidak lengkap tanpa kamu.

I miss you

We are always miss you

Daniel mengirim pesan itu padanya, lantas dirinya langsung berkaca-kaca.

"Kamu kenapa?" Bu Maya menepuk bahu Elenea pelan.

"Gak papa."

"Besok kita berangkat ke Jakarta!" ujar Bu Maya yang membuat Elenea membelalakkan matanya tidak percaya.

***

End

Thanks for Reading

GALEN KALENDRA (COMPLETED)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang