Bab 9 Keributan Angie

5 0 0
                                    

Cahaya mentari menelisik dari celah-celah kaca jendela mengusik tidur Rudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya mentari menelisik dari celah-celah kaca jendela mengusik tidur Rudi. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.30. Namun Rudi masih nyaman bermesraan dengan selimutnya. Udara sejuk pagi menambah rayuan cinta selimut dan tempat tidur yang saling berebut hati Rudi. Tiba-tiba nada dering hand phone Rudi berdering memecah keheningan ruang base camp ini.

Rudi mendadak membuka selimut, seperti habis mendengar petir besar di siang bolong. “Ini ‘kan di base camp bukan di villa. Kok bisa masuk telepon?” tanya Rudi dalam hati, hanya kebingungan yang tergambar di wajahnya. Kemudian ia bangkit dari tempat tidur dan melihat handphone-nya, sejumlah pemberitahuan dari twitter, bbm, line, whatsapp, instagram, sms, telepon, facebook bahkan email dari Angie.

Unbelievable!” bisiknya tercengang-cengang.

🌷🌷🌷

RUMAH Rudi yang lebih pantas disebut villa mewah ini sudah gempar, meski jam dinding masih menunjukkan pukul 07.30 pagi. Si Mbok dan beberapa asisten rumah tangga lainnya sudah harus menahan kertak gigi melihat tingkah Angie.

“Hei! Kenapa gak ada yang mau ngomong? Dimana Rudi?” bentak Angie sekali lagi. Namun tak seorang pun di antara mereka yang mampu memberikan jawaban.

Angie semakin mencak-mencak tak mampu menahan emosinya. “Rudi! Kamu di mana sih? Dari tadi ditelfon gak angkat, disms, di-chat dengan semua media sosial tapi gak ada satu pun yang dibalas. Haaaaaahhh! Kamu cuma bisa bikin aku makin gila!” teriak Angie tak karuan.

Si Mbok menunduk ketakutan, ia teringat kejadian tadi malam. Seusai Angie meninggalkan Rudi dan si Mbok ...

Rudi mengeluarkan seluruh pakaiannya dari lemari ke tempat tidur. Kemudian si Mbok duduk di depan empat buah koper baju sambil melipati dan menyusun baju Rudi ke dalam koper itu. Barang-barang Rudi lainnya pun disusunnya sendiri ke salah satu koper itu. “Den, nanti kalo Non Angie marah-marah lagi gimana?” tanya si Mbok cemas.

“Bilang aja Mbok gak tahu saya ke mana,” jawab Rudi acuh tak acuh.

“Lho, berarti si Mbok bohong dong, sama Non Angie,” sahut si Mbok dengan nada memelas.

“Ya udah, kalo gitu gak usah dijawab aja. Biarin aja apa pun yang dilakukannya,” kata Rudi, sambil tetap menyusuni barang-barang.

“Nah, terus Den Rudi mau pergi ke mana? Kan si Mbok jadi khawatir kalo Den Rudi gak pulang ke rumah,” lanjut si Mbok lagi-lagi mengiba.

“Mbok, tolong ya. Jangan bikin saya gak bisa pergi dari sini. Mbok gak mau ‘kan, kalo saya dihakimi massa cuma gara-gara difitnah kumpul kebo sama si siluman rubah itu?” bujuk Rudi, kali ini ia menatap si Mbok penuh harap.

“Iya sih. Tapi Den harus kasih tahu, Den Rudi mau ke mana?” jawab si Mbok masih mengiba.

“Mbok tenang aja, saya gak akan kenapa-napa. Saya udah dewasa, Mbok. Nanti kalo si Mbok mau tahu kabar saya, tinggal telfon aja ya,” jawab Rudi masih penuh teka-teki.

Sure, It's a Truly Love [On Going - Segera Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang