30.

94 23 38
                                    

"Hera, bagaimana keadaan mu? Kudengar kamu sampai pingsan 3 hari. Sekarang kamu udah masuk sekolah, apa tidak apa apa?" teman satu kelasnya membombardir Hera semenjak dia baru saja mendudukkan diri di kursi kelas.

Semua teman sekelasnya, mengelilingi Hera, dia jadi seperti artis yang sedang dirubung wartawan.

" aku baik. Sangat baik, tenang saja. Aku hanya tidak enak meninggalkan pelajaran begitu lama. Apalagi sebentar lagi ujian kan?"

"iyaa, benar juga sih. Memikirkan soal ujian benar benar membuatku frustasi. Jika aku jadi dirimu, sudah dari lama aku menyerah"

"maksudnya?"

"ahh.. Maksudku, itu... Kamu kan baru aja kehilangan adikmu, tidak lama setelah fakta tentang keluarga yeonjun terungkap ke media. Pasti itu berat banget kan?"

"hilang nya adik ku tidak ada hubungan nya dengan yeonjun. Lalu apa masalah nya?"

"masa tidak ada hubungan nya? Kan baru beberapa waktu lalu kamu dan yeonjun membongkar kejahatan yang dilakukan oleh kakaknya, tidak lama dari itu adikmu diculik. Ini sih jelas, dampak buruk dari apa yang kalian lakukan."

"itu benar, coba saja kamu itu tidak ikut campur masalah yeonjun. Atau kalau perlu tidak usah dekat dekat dengan dia, pasti masalah seperti ini tidak akan terjadi. Kalau dipikir pikir, yeonjun itu pembawa masalah. Kamu harus jaga jarak dengan nya"

"aku setuju dengan hal itu. Keluarga yeonjun itu semuanya mengerikan, meski dia tampan dan kaya. Tapi lihat saja kelakuan kakaknya, pecandu narkoba, pecandu porno, ayah ibunya ketat banget. Bukan tidak mungkin yeonjun juga seperti itu, secara dia dibesarkan di keluarga buruk, kamu harus hati hati." teman sekelas Hera saling menyahut satu sama lain.

Jadi, ini yang terjadi selama Hera di rumah sakit? Mereka menggunjing tentang yeonjun? Semua tahu masalah nya, tapi tak ada satupun dari mereka yang bahkan menunjukkan rasa simpati dan empati. Semua justru menuding dan mencurigai yeonjun.
Hera jadi semakin bertanya tanya,
Apakah memang masih ada kata teman di dunia ini?

Mendadak semua jadi meninggalkan meja Hera dan kembali ke meja masing-masing, ada yang mengambil buku, mencatat sesuatu entah apa, bahkan ada juga yang pura pura tidur.

Yeonjun datang, dia sempat terkejut melihat Hera sudah berada di kelas lagi.
Hera pikir, yeonjun akan duduk disamping nya, seperti biasa.
Namun, yeonjun hanya melempar senyum kecil pada Hera lalu tetap berjalan melewati Hera dan duduk di belakang nya.

Hera menoleh dengan perasaan tidak enak, yeonjun pasti sudah tahu desas desus yang beredar di sekeliling nya. Tentang bagaimana buruknya anggota keluarga yeonjun, dan bagaimana ia telah secara tidak langsung dianggap oleh teman teman juga masyarakat sebagai sebab hyejin diculik.

Karena memang begitu juga yang telah diberitakan oleh media. Mungkin itu sebab nya, ibunya yeonjun sampai menulis pesan padanya untuk tidak terlalu dekat dengan yeonjun.
Hera berusaha memaklumi hal tersebut jika memang alasan yeonjun tidak boleh berteman dengan nya karena masa lalu Hera.

Namun setelah mendengar percakapan teman teman nya, Hera jadi semakin tidak karuan, yeonjun disalahkan atas perbuatan yang tidak ia lakukan. Ini tidak adil, tidak adil untuk Hera maupun yeonjun.
Hera sudah terlanjur membangun pertemanan nya dengan yeonjun, begitu pun sebaliknya. Namun mereka harus saling menjauh demi hal yang tidak masuk akal? Yang benar saja! Bahkan yeonjun tidak pernah meminta dilahirkan di keluarga seburuk itu. Semua kesalahan yang terjadi sama sekali tidak ada hubungan nya dengan yeonjun.

"kenapa di belakang ku?"

"Tidak apa. Akhir akhir ini aku lebih suka duduk di belakang."

Hera langsung berdiri dan duduk di sebelah yeonjun.

"Jangan pedulikan omong kosong itu. Penculikan hyejin sama sekali tidak ada sangkut paut nya dengan dirimu. Kamu tidak salah disini, jadi jangan ambil pusing omongan mereka."

"tapi, semua itu ada benar nya. Kalau saja kamu tidak mem-"

"cukup. Membantu mu adalah keputusan ku. Mengenai dampak nya, itu urusan ku dengan pelaku. Kamu tidak ada kaitan nya, jadi jangan menyalahkan diri sendiri. Mengerti?"

Yeonjun terdiam. Bel masuk berbunyi dan rutinitas berjalan sebagaimana biasanya.



--------×××××--------


"jadi, apakah pemasok obat obatan terlarang itu belum juga diketahui?"

"maaf, sampai detik ini kami belum bisa menangkap nya. Tapi, kami sudah mendapat sketsa gambar dari tersangka."

"gambar ini kami dapat berdasarkan penuturan dari putra anda. Sketsa ini dibuat semirip mungkin dengan deskripsi yang ada.

Ini adalah orang yang mirip dengan yang telah menjadi buronan kami. Ada kemungkinan mereka adalah orang yang sama. Kami sudah menjadikan nya sebagai target sejak beberapa tahun terakhir.

Kemungkinan besar mereka jugalah yang memeras kedua anak anda, demi mendapatkan aset aset perusahaan."

"boleh aku lihat lebih jelas lagi?" pinta Tuan Choi.

Setelah beberapa saat membandingkan sketsa pertama dan kedua, Tuan Choi semakin dikejutkan dengan ingatan nya tentang orang ini.

"Son Taehee"

"ya?"

"namanya Son Taehee, aku ingat orang ini. Tidak peduli berapa kali pun dia melakukan operasi plastik demi mengubah wajahnya, aku ingat betul dengan tatapan nya. Iya, dia Son Taehee"

"anda mengenal nya?"

"sangat. Sudah belasan tahun yang lalu aku mengenal nya. Kali ini dia muncul lagi untuk merusak segalanya. Ini semua jelas tujuan nya, dia dan keluarga nya ingin balas dendam."

Tuan Choi pun menceritakan segala apa yang pernah terjadi antara dia dan Son bersaudara.



-------×××××--------

"setelah ini kamu mau kemana? Apa ke kantor polisi?" tanya yeonjun.

"tentu. Aku harus kesana, sudah berhari hari tapi masih saja belum ada kabar. Mungkin mereka membutuhkan bayaran yang lebih untuk hal ini, kau tahu kan? Hal semacam ini terkadang dianggap sepele jika tidak ada suntikan dana yang besar."

"benar. Aku sendiri bingung, seoul itu dipenuhi dengan CCTV, tapi bahkan untuk melacak kepergian mobil itu pun mereka tidak mampu" beomgyu ikut berbicara.

"kalau begitu aku ikut ya? Aku bisa antar kamu kesana, naik motor ku saja"

"kurasa kita bisa pesan taksi saja, bukan begitu Hera?" tolak beomgyu dengan sindiran.


"kita bisa lebih hemat uang kalau naik motor ku"

"Hera orang kaya. Dia punya segudang uang yang tak akan habis hanya karena bayar taksi."

Tiap kali bertemu, yeonjun dan beomgyu tidak pernah lepas dari kata debat. Semuanya sama sama ingin agar pendapat nya di dengar, terlalu larut dalam perdebatan membuat mereka tidak sadar bahwa Hera sudah meninggalkan mereka lebih dulu.
Hera berlari dengan begitu cepat dan terburu buru setelah ia mendapati satu sticky note yang tertempel di dalam loker sekolah nya.









"Sudah siap? Kami akan mulai permainan nya. Hyejin juga sudah tidak sabar."

"para keparat itu, benar benar keterlaluan. Hyejin, tunggu unnie" bisik Hera di tengah nafasnya yang terengah engah.

OUR STORY- Choi Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang