Aci yang memerhatikan Karina dan Ardhani buru-buru mendekat ke arah Karina yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya setelah akhirnya Ardhani keluar dair toko.
"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa lama sekali?" tanya Aci penasaran.
Karina yang kebingungan di tanya seperti itu meringis melihat ke antusiasian Aci.
"Er... tidak ada. Hanya ucapan terima kasih saja," elak Karina. Tidak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya.
Aci tampak tidak percaya. "Benarkah? Tapi kenapa lama sekali?"
Karina tersenyum hambar. "Lama? Mungkin hanya perasaan kamu saja kali."
Aci terdiam. "Iyakah?"
"Iya. Sudahlah jangan ingin tahu soal urusan orang lain. Lebih baik cepat pulang, kamu mau tinggal di sini?" tanya Glara.
Aci mendesah. "Bukan itu. Aku hanya penasaran saja. Kenapa dia lama sekali di sini kalau ternyata tidak bertemu dengan Jesica."
"Memang kenapa kalau dia bertemu Jesica?" tanya Glara.
Senyum Aci melengkung lebar. "Tentu saja untuk meminta fotonya."
Glara mendengus lalu melirik ke arah Karina. "Ayo pulang Rin."
Karina mengangguk. "Sebentar, aku beres-beres dulu."
Glara menggangguk, perempuan itu berjalan lebih dulu ke depan dan di susul Aci. Meninggalkan Karina sendiri di ruang karyawan. Karina tiba-tiba teringat ajakkan Ardhani tadi. Dengan cepat perempuan itu mengambil tasnya di dalam loker lalu mengambil benda persegi yang ada di dalamnya.
Mencari satu nama, setelah menemukannya Karina langsung menghubunginya.tidak butuh waktu lama untuk mendengar respons dari orang yang di hubunginya.
"Ya Rin?"
"Kamu di mana?" tanya Karina tanpa basa-basi.
"Aku di depan, kamu sudah selesai?"
Karina mendesah, ternyata ajakkan laki-laki itu bukan omong kosong. "Bisakah kamu pulang saja? Aku akan pulang sendiri."
"Kenapa? Bukannya lebih baik pulang bersama?" tanyanya.
Karina melirik ke arah teman-temannya yang sedang menunggu Karina keluar dari ruangan. "Aku pulang sendiri. Dan kamu segera pulang dan bawa putraku ke rumah seperti biasanya."
"Tapi─"
"Pergi sekarang atau kamu tidak akan pernah bertemu dengan Javas lagi?"
"Hah? Kenapa begitu─"
Karina langsung menutup teleponnya. Dia berdecak kesal, kenapa Ardhani tidak peka sekali? Tidakkah dia sadar tingkahnya itu bisa membuat orang lain salah paham? Karina tidak mau membuat banyak masalah, cukup dengan Jesica saja masalah itu ada. Itu pun tidak sepenuhnya salahnya.
Sementara Ardhani yang menunggu di luar menatap ponselnya yang baru saja menyelesaikan panggilan. Lebih tepatnya panggilan itu di tutup secara sepihak sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.
"Ada apa? Jesica tidak jadi datang?" tanya Willy yang baru saja datang mendekat ke arah Ardhani. Kebetulan mobil mereka terparkir berdekatan.
Ardhani menoleh, laki-laki itu mendesah. Bingung menjawab pertanyaan Willy karena laki-laki itu berpikir Ardhani di sini sedang menunggu Jesica.
"Ah? Ya." Akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulut Ardhani. Apa mungkin ini alasan kenapa Karina dengan tegas menolak di antarnya? Dia takut orang lain salah paham mengingat dia kekasih Jesica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence (TAMAT)
RomansaKarina harus menerima pil pahit ketika Dokter memberi tahu bahwa dirinya positif hamil. Fakta tentang kehamilan yang terjadi karena one night stand juga atas kesalahannya membuat Karina berantakan. ** Semuanya berawal ketika malam itu. Di mana Ardha...