'Our sweet Lia' novel yang menceritakan perjuangan seorang gadis biasa bernama Amelia dwi utami untuk mempertahankan beasiswa-nya. Bersekolah di tempat yang menjadi idaman semua orang tentunya membuat ia lebih semangat lagi. Namun, bukan namanya kehidupan bila tidak ada cobaan, ia harus terjebak dalam lingkaran percintaan dengan Daniel Adreano Flotan, putra bungsu keluarga Flotan sekaligus siswa paling populer di sekolahnya.
Setiap cerita, tentunya memiliki tokoh antagonis di dalamnya. Dan itu adalah Reyna Elshadira Bramasta si bungsu keluarga Bramasta juga sahabat masa kecil Daniel.
Amelia yang hidup susah, dipertemukan dengan Daniel yang selalu membantunya. Membuatnya menaruh hati, karena sadar posisi ia lebih memilih memendamnya sendiri, tanpa tahu bahwa lelaki itupun menaruh hati padanya.Singkat cerita, Daniel menyatakan perasaannya dan dengan senang hati Amelia menerima. Siapa yang akan menolak pernyataan dari orang yang disukai? Akan tetapi, di tengah kebahagiaan yang mereka dapatkan, Reyna kembali dari luar negri, kondisinya yang sakit-sakitan ia manfaatkan agar Daniel lebih banyak menghabiskan waktunya dengannya daripada dengan Amelia.
Hingga Amelia dibuat sedih oleh hal itu, sosok Zefandra--putra dari keluarga Abraham datang menghiburnya, menemani di saat Amelia kesepian dan kesusahan. Daniel tentu marah dengan kedekatan mereka dan Reyna semakin gencar membuat Amelia buruk di mata Daniel.
Tetapi, bukankah pasangan tokoh utama wanita tetaplah tokoh utama pria? Kebusukan Reyna yang memfitnah Amelia dan alasan balas dendamlah yang mendorong Zefandra mendekati Amelia terungkap. Mereka berdua berakhir tragis di tangan Daniel.
Sedangkan kedua tokoh utama bahagia bersama setelah penghalang hubungan keduanya tiada.Jika kalian berfikir bahwa 'Our Sweet Lia' hanya menceritakan sebuah kisah anak SMA biasa dan di bumbui sedikit kekerasan maka kalian salah. Buku ini diberi rating 19+ karena banyaknya hal tak terduga, pada halaman terakhir semuanya terungkap.
Tentang hidup si tokoh utama pria dan wanita, antagonis pria dan wanita, hingga para figurannya. Plot twist yang benar-benar mengagetkan para pembaca.Zeanetha menghela napas lelah, kini ia tengah berdiri di depan cermin full body memperhatikan seragam sekolah yang ia kenakan. Ayolah, ia di kehidupan sebelumnya baru saja lulus ujian masuk perguruan tinggi, dan sekarang harus mengulang masa SMA satu tahun lagi. Itu benar-benar hal yang menyebalkan.
"Berasa gak lulus gue. Padahal nilai pada bagus." Gerutu-nya pelan, dengan perasaan kesal, ia mengambil tasnya yang berada di atas kasur dan segera keluar dari kamar.
Saat tiba di dapur, ia melihat Astri--sang Art yang memang bekerja setengah hari tengah menyiapkan sarapan. Ia pun duduk di kursi yang ada di sana, jika kalian bertanya di mana keberadaan Zefandra, maka kini lelaki itu berada di apartemennya sendiri. Ia langsung pulang kembali setelah acara nonton bersama dengan kakaknya itu.
Tak lama, terdengar suara ketukan yang berasal dari pintu utama, Zeanetha malas membukakan pintu dan ia pun melarang Astri untuk melakukannya. Biarkan tamu di pagi hari itu pergi.
Namun, tak lama kemudian terdengar langkah kaki mendekat, Zeanetha yang tengah fokus pada gawai di tangannya pun menoleh. Sosok pria tegap dengan setelan kantoran berdiri di depannya dengan senyum formal."Apa?" Tanya Zeanetha sebelum pria di depannya ini membuka mulut.
Mempertahankan senyum formal, pria itu menjawab,"Saya ingin mengingatkan, bahwa nanti pukul 14:00 anda ada meeting bersama para petinggi perusahaan," ujarnya tanpa menghilangkan senyum formal tersebut. Pria tersebut adalah Sergio, utusan sang kakek juga sekretaris Zeanetha di kantor.
Zeanetha memutar bola matanya malas. Ayolah, ini semua terasa menyebalkan sekarang."Kakek?" Pertanyaan singkat yang langsung dapat dimengerti oleh Sergio.
"Tuan sedang ada keperluan, Nona. Dan beliau memerintahkan saya untuk menyerahkannya kepada anda," Zeanetha berdecak kesal, namun tak urung tetap mengangguk patuh.
"Katakan pada kakek, aku akan menggantikannya kali ini. Dan kau, silahkan pergi," Sergio mengangguk sopan kemudian pergi.
Sedangkan Zeanetha, ia memijat pelipisnya pelan. Raga ini, adalah seorang yatim piatu. Orangtua-nya sudah meninggal sejak usianya 10 tahun dan adiknya 9 tahun. Oleh karena itulah, urusan kantor yang dulunya dikelola oleh ayahnya kemudian diambil alih dulu oleh kakeknya dan kini dialihkan kembali kepadanya.
Harusnya ini hak milik adiknya, tetapi sang adik menolak dan mau tak mau harus ia yang memegang kendali."Persetan dengan rasa kasih sayang." Desisnya pelan kemudian beranjak pergi menuju sekolah. Menghiraukan Astri yang sudah bersusah payah menyiapkannya sarapan.
***
Angkutan umum berhenti tepat di depan halte dekat sekolah, seorang gadis keluar dari angkutan umum tersebut dengan wajah ceria. Ia siap menjalani hari di sekolah yang pastinya penuh dengan kejutan.
Melangkah masuk melewati gerbang, pandangannya langsung terarah ke parkiran, tempat sekelompok siswa berkumpul. Dengan semangat ia melangkah ke arah tersebut dan berseru riang begitu sampai."Daniel, selamat pagi!" Ia tersenyum lebar menampilkan gummy smile-nya. Sekelompok siswa itupun refleks menoleh.
"Apaan sih, lo. Pagi-pagi dah nyengir bae!" Ujar salah satu dari mereka dengan ketus, sedangkan pria yang disebut namanya tadi hanya diam memperhatikan tanpa mau ikut campur.
"Ih. Kamu tuh yang apa-apaan! Aku 'kan sapa Daniel, bukan kamu Arsen!" Timpalnya kesal.
Saat ingin membalas kembali perkataan, lelaki yang dipanggil Arsen itu ditahan oleh salah satu temannya. Ia menoleh dan melihat temannya menggeleng kepala, dengan kesal ia pun pergi.
Tak lama, temannya yang lain pun menyusul, juga lelaki yang dipanggil Daniel tersebut. Merasa diabaikan, perempuan itupun menghentak kakinya kesal, tak lupa mulutnya yang terus menggerutu.
"Lia!"
Merasa terpanggil, ia pun menoleh ke belakang, di sana sahabatnya melambaikan tangan ke arahnya.
"Sini! Ngapain di sana?!" Serunya lagi, dengan semangat gadis dengan nama lengkap Amelia Dwi Utami itupun berlari kecil menuju sahabat terkasihnya. Azura.
-
-
-Sementara itu, di suatu tempat yang di kelilingi buku-buku, seseorang tersenyum misterius dengan sebuah laptop menyala di depannya.
"Hmm ... sudah sampai mana alur novel ini berjalan?"
Menggeliat pelan, ia melanjutkan,"Ah, sepertinya ini akan semakin menyenangkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANETHA
FantasíaBagi seorang Lyodra artamevia yang sudah merasakan kepahitan hidup tanpa jeda, kematian adalah hal yang dinantikan. Namun, bagaimana jika di saat kematian itu sudah berada di depan mata, ia malah ditakdirkan hidup kembali dengan raga yang berbeda...