Ketiga bayangan manusia terlihat melintasi hutan. Mereka berlari cepat hanya dengan bantuan sinar dari sang purnama. Ketiga orang itu menghentikan langkahnya takala melihat tiga pondok kayu yang berdiri kokoh di tengah hutan.
"Ayo!" ucap Varen.
Mereka melangkah masuk menuju pondok kayu yang ada di bagian engah. Perlahan Varen membuka pintu kayu itu, menampakkan wujud sekelompok orang. Mereka berkumpul mengelilingi sebuah meja besar dengan satu lilin diatasnya.
Ketiga orang itu mengatur nafasnya seraya menatap sekeliling. Raut wajah sekumpulan orang itu tampak sedih. Namun, raut bingung juga terlihat diwajahnya.
"Dia?! Mau apa dia kesini?!" pekik Aksa seraya menunjuk Kavita.
"Aksa tenanglah dulu," ucap Varen mendekat.
"Dia Kavita. Dia yang menolong kami saat di serang pengawal kerajaan. Kak Zyan juga menolongku . . . ," ucap Eila dengan nada sedih di akhir kalimat.
Varen mengerutkan alisnya. Ia menatap sekelompok orang itu satu persatu.
"Apa yang terjadi? Kemana Kak Radev? Felisha? Jazziel?"
Mereka semua terdiam. Air mata yang menetes dari mata Faleesha dan Tara seakan memperjelas semuanya. Ketiga rekannya itu telah tewas di tangan pasukan kerajaan.
"Tidak tidak! Mereka tidak mungkin tewas!"
"Kak Radev tak mungkin tewas! Dia berjanji akan berjuang bersama ku!" sambung Varen lagi.
"Maafkan aku, Varen . . . ,"ujar Pandya.
Eila terdiam mendengar ucapan Pandya. Ia mengalihkan pandangan, menatap punggung Varen yang mulai bergetar. Jari-jari pemuda itu juga mengepal dengan kuat.
"Dia sudah berjanji padaku," ucap Varen lirih.
Perlahan Eila berjalan mendekati Varen. Ia mengusap punggung pemuda itu. Mata Eila menatap beberapa tetes air mata yng berjatuhan, namun Varen mengusapnya dengan cepat.
"Dia tidak mengingkari janjinya, Varen. Dia mengabdikan hidupnya untuk keadilan di Arkara. Dia yang menghambat pergerakan prajurit kerajaan sehingga Jaladhin dan Pangeran Laksmana bisa tiba dengan selamat," jelas Panditya.
"Pangeran Laksmana?" tanya Eila bingung.
"Iya, Eila."
Eila mengalihkan pandangannya. Gadis itu tampak berseri-seri melihat seorang pria yang keluar dari sebuah kamar.
"Ayah . . . ."
Meski merasa senang, Eila tak berlari memeluk Jaladhin seperti biasanya. Gadis itu lebih memilih berdiri disamping Varen yang masih menunduk. Eila juga tak menghentikan usapannya pada punggung Varen.
"Pangeran Laksmana adalah yuwaraja yang sebenarnya, tapi Tarachandra menyingkirkannya dengan licik," jelas Jaladhin.
"Jadi, kita harus membuat pangeran kembali ke kerajaan. Ia harus menggantikan Tarachandra dari tahtanya," sambung Eila yang mendapat anggukan dari semuanya.
"Apa yang harus kita lakukan guru? Aku tak mungkin diam saja melihat apa yang mereka lakukan selama ini," sahut Varen.
Varen telah mengangkat kepalanya, membuat Eila perlahan menurunkan tangannya. Gadis itu melihat Varen yang menatap yakin orang-orang didepannya.
Varen menoleh saat merasakan tangan Eila tak lagi dipunggungnya. Pemuda itu tersenyum. Varen menggandeng tangan Eila dan berjalan mendekati meja itu. Varen tak melepaskan tangannya meskipun mereka telah sampai di tempat itu. Dan sebaliknya ia justru menggenggam erat tangan Eila dan menyembunyikannya di bawah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKARA, Kembalinya Sang Kesatria
FantasyEila yang bertemu dengan Varen mencuri sebuah berlian dari dalam gua misterius. Ia tak menyangka apa yang dilakukanya ini akan membawa dirinya dan Varen masuk ke dalam petualangan panjang. Tanpa sadar petualangan ini juga mengungkap fakta tentang d...