04

8.2K 858 54
                                    

Jeno menekan leher Jaemin membuat sang suami tercekat, wajahnya memerah padam dengan kening berkeringat karena ia berusaha melepaskan Jeno yang terus mencekiknya.

“Kau hamil?” Tanya Jeno dengan tatapan mata tajam.

“Jen akhh lep-ashh akhh” Pekik Jaemin

“JAWAB AKU BAJINGAN!” teriak Jeno tepat didepan wajah Jaemin membuat tubuh Jaemin bergetar takut.

Sang dominan melepaskan cekikannya dan menjambak rambut Jaemin lalu mendorong tubuh mungil itu hingga tersungkur diatas karpet.

“Akh...” Pekik Jaemin

Sebelum ia sempat mengambil nafas, Jeno kembali menjambak rambutnya membuat kepalanya mendongak. Jaemin masih terbatuk-batuk seraya meraup udara selepas Jeno mencekiknya tadi.

“Jeno sakit, lepaskan brengsek!” Umpat Jaemin menatap Jeno yang berada diatasnya dengan tajam, tangannya meremat jemari besar Jeno yang menjambak rambutnya berusaha melepaskan cengkraman sang suami.

“Kau sudah tua Jaemin, harusnya kau malu” Teriak Jeno seraya melepaskan kepala Jaemin hingga ia tersungkur an hampir membentur lantai.

“Lihat Jisung sudah dua puluh tahun”

Jaemin menarik nafas dalam-dalam masih berusaha menenangkan dirinya. Dia melihat sang suami bak orang kesurupan dikamar mereka. Meraung dengan rahang mengeras, urat-urat dilehernya tercetak dengan jelas.

“Anak siapa yang kau kandung?” Tanya Jeno membuat Jaemin membulatkan matanya, dia dengan cepat berdiri dan mendorong tubuh suaminya hingga Jeno jatuh ke lantai.

“Jaga ucapanmu bajingan! Aku tidak rendah sepertimu!” Sahut Jaemin nyalar membuat Jeno meludah lalu beranjak.

“Kau bahkan masih minta dilayani satu Minggu sekali dan kau mempertanyakan anak ini?” Tanya Jaemin nyalar, matanya berkaca-kaca karena dia terlalu emosi.

“Gugurkan anak itu. Dia tak seharusnya ada!”

“Tidak akan!” Sahut Jaemin lantang, tak kalah keras dari suaminya.

Keduanya bersitegang membuat suasana kamar terasa mencekam. Jeno menghela nafas dengan decihan melihat Jaemin membentaknya.

“Beraninya kau!” Dengus Jeno seraya melangkan tamparan pada pipi tirus Jaemin membuat wajahnya terhempas.

“Aku bilang gugurkan anak itu!” Dengus Jeno seraya menarik kerah baju sang suami.

Darah Jaemin berdesir hebat saat Jeno menarik kerah bajunya membuat wajah keduanya mendekat. Dia takut dipukul lagi, sekujur tubuhnya sudah sakit merasakan hantaman tangan besar Jeno dan kali ini, ada janin dalam kandungannya. Takut jika terjadi sesuatu dengan janin itu.

“Aku akan mempertahankan anak ini. Jisung menginginkan seorang adik!”

“Aku tidak menginginkan anak itu. Aku sudah terlalu tua Jaemin!”

“Lalu kau dengan tidak tahu malu meninggalkan benihmu di rahim jalang itu!” teriak Jaemin membuat mata Jeno membelalak kaget.

“Anak yang lahir itu bahkan harusnya memanggilmu Kakek, bukan Ayah” Tambah Jaemin dengan seringai membuat Jeno melepas cengkeramannya pada kerah baju Jaemin.

“Kenapa kau mempertahan janin dari jalang itu ketimbang janin dari suamimu sendiri? Pernikahan kita sah! Kau tidak malu Jeno? Cih, kau memang tidak punya malu” Dengus Jaemin di akhir kalimatnya.

“Baik kau dan dia, tidak akan ada yang mempertahankan kandungan itu. Gugurkan anak itu sebelum perutmu membesar”

“Berapa kali ku katakan aku tidak akan melakukannya. Kita sudah menikah, berhenti jadi pengecut bajingan!” Teriak Jaemin menarik kerah kemeja Jeno dan menatap sang suami nyalar.

BE STRONG [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang