76 - Something big is revealed

807 102 11
                                    

Lagi. Orang-orang akan berkumpul di ruang pertemuan dan meninggalkan aku sendirian. Di sini, di ruangan yang kubikalnya kosong kecuali milikku. Seseorang yang aku tidak salah ingat adalah ketua proyek dan menjabat sebagai manajer departemen periklanan menyerukan agar semua orang berkumpul di depan ruangan kami. Ya, semua orang kecuali aku.

Sebenarnya aku sudah bisa menerima tidak dilibatkan dalam proyek karena memang tertulis di kontrak dan aku sudah menandatanganinya. Namun, aku tidak bisa berhenti memikirkan bahwa ada sesuatu yang tidak benar sedang terjadi di sini. Jeffrey tidak akan semudah itu melepaskan pekerjaannya meski ada masalah pribadi--dan untuk menyimpulkan yang satu ini, aku berusaha keras mengecualikan perbuatannya padaku dulu.

Matthew mungkin memiliki alternatif lain demi memenangkan proyek itu dan tentu melibatkan semua orang yang ada di sini. Salah satunya adalah seringnya mereka melakukan pertemuan. Entah itu untuk rapat, atau kedatangan seseorang yang disebut-sebut perwakilan dari tim penilai. Aku sampai bertanya pada Hyunjoo tentang apakah orang dari brand fashion dimaksud memang sering mengunjungi dua besar perusahaan yang akan bersaing, tetapi Hyunjoo bilang penilaian dilakukan setiap akhir bulan setelah mereka memberi waktu mengerjakan sampel selama tiga minggu. Kategori yang diperlukan akan diberikan setiap awal bulan.

Aroma kecurangan tercium begitu saja di perusahaan ini.

Pikiranku buyar ketika Lauren, yang sedang kerepotan menumpuk jadi satu barang bawaannya, menjatuhkan sebuah pena di dekat kakiku. Aku membungkuk untuk mengambilkan benda itu dan kuletakkan di atas  bukunya. Tangannya sudah repot membawa barang-barang dan tidak bisa menerima pena itu jika kusodorkan.

"Terima kasih, Ava." Dia akan berbalik, tetapi aku menahan lengannya. Aku memegang dengan pelan, hanya agar dia tidak menjatuhkan bawaannya.

"Apa ada cara agar aku bisa menyelinap masuk di pertemuan itu?" Aku bertanya dengan pelan hanya agar tidak ada orang lain yang mendengar. Orang-orang di ruangan ini belum sepenuhnya pergi, sebagian masih membereskan meja sekaligus memeriksa apa saja yang harus dibawa.

"Kau mau cari mati?" Lauren balas berbisik. Dia memandang waswas pada orang-orang yang tersisa di ruangan sebelum menghapus jarak denganku agar bisa berbisik. "Kenapa kau mau ikut? Bukankah bagus kalau tidak dilibatkan dalam proyek? Tugas ini menyebalkan, asal kau tahu."

"Apa kau tidak bisa membantuku?" Memelas bukan caraku membujuk seseorang, apalagi orang itu tidak benar-benar dekat denganku. Namun, sekarang aku melakukannya.

"Daripada itu, aku lebih tidak ingin menerima risiko mendapat hukuman karena membantumu menyusup."

Lauren mudah dibujuk, kurasa. Tidak, sebenarnya dia teman yang baik. Terbukti kalau dia tidak benar-benar menolak untuk membantuku. Dia menggigit bibir bawah, seperti mempertimbangkan cara untuk menolongku. Aku mengerti dia tidak ingin terlibat dalam masalah dan aku hanya perlu meyakinkan dia soal itu.

"Tenang saja. Aku akan pastikan keberadaanku tidak diketahui oleh direksi atas. Dan kalau hal buruk terjadi, aku tidak akan membawa namamu. Kita akan duduk berjauhan. Aku berjanji. Jadi, bagaimana agar aku bisa masuk? Apa akan ada petugas keamanan, atau?"

Aku membuat Lauren pusing. Dia meletakkan kembali bawaannya ke atas meja sambil melihat ke sekitar. Hanya tersisa kami berdua di sini. Orang terakhir yang meninggalkan ruangan baru saja melewati pintu. Lauren merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah topi rajut dari sana dan kacamata.

"Tidak ada pengecekan saat memasuki ruangan, tapi kau akan memerlukan ini karena orang-orang bisa saja mengenalmu. Kau hanya bisa menyusup ketika pertemuannya melibatkan bagian lain. Orangnya lebih banyak dan kau lebih mudah bersembunyi di antara mereka. Tapi kalau hanya tim kita, maaf aku tidak bisa membantu."

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang