Bab 28 - Tidak perlu merasa paling benar

561 165 53
                                    

Masih ada yang bangun?

Cus lah bacaaaaa...

Ada yang hilang tuh...


-----------------------------------------


Ajaibnya banyak orang yang mengaku sayang, tapi hanya bisa terpaku di tempat. Tanpa melakukan tindakan apapun untuk memperjuangkan.

Sembari meneguk tandas gelas ketiganya, Dani melirik notifikasi pesan yang baru saja masuk ke dalam ponsel. Bibirnya sedikit menyunggingkan senyum mana kala ia membaca dari siapa pesan itu dikirim.

Dante Chesario, sahabat sekalipun partner bisnisnya mengirimkan pesan berisi pertanyaan keberadaan Dani saat ini. Walau tidak ada kelanjutan dari isi pesan tersebut, akan tetapi Dani paham maksud dan tujuan Dante bertanya di mana keberadaannya.

Pasti laki-laki itu ingin membahas mengenai kondisi Dara yang pagi ini melakukan interview di perusahaan Go'Kil. Dimana perusahaan tersebut sedang panas-panasnya dibahas oleh seluruh karyawan d'Express. Baik itu jejeran direksi, ataupun para OB yang nyatanya ikut menggosip bersama ketika makan siang.

Jelas sekali informasi ini sangat mengejutkan. Terutama untuk Dani dan juga Dante yang berhubungan khusus dengan Dara Fajara Hanes.

Akan tetapi, keduanya paham bila mereka tidak bisa melakukan apapun atas kejadian ini. Saham Go'Kil sudah tidak diobral bebas di pasar saham. Selain itu pula, hubungan d'Express dan Go'Kil menjadi tidak terkendali akibat dari gosip yang berembus mengenai statement Dante mengenai perusahaan Go'Kil beberapa waktu belakangan ini.

Padahal Dante mengucapkan statement tersebut ketika sedang meeting para pemegang saham d'Express beberapa waktu lalu. Tapi anehnya statement itu sampai ke Go'Kil dengan bumbu-bumbu penyedap di dalamnya. Salah satunya seperti Dante tidak ingin membeli saham mayoritas Go'Kil, karena perusahaan keluarga tersebut sudah bobrok sejak awal.

Luar biasa sekali memang, dalam dunia bisnis, dinding pun bisa bicara, bahkan bisa menambahkan kata hingga mengubah makna aslinya.

Menggoyangkan kepala, sambil menikmati musik yang dimainkan, Dani sengaja mengabaikan pesan tersebut, hingga akhirnya panggil masuk dari Dante pun mengintrupsi kegiatannya malam ini.

Senyum mencibir lagi-lagi tergambar di bibir Dani. Dia sengaja kembali mengabaikan panggilan itu, hingga yang ketiga kalinya barulah Dani mengangkatnya. Itu pun dengan sangat terpaksa.

"Ya?"

"Sialan. Lo lagi di club!! Gue hubungi dari tadi."

"Iya, gue di club. Ngapain lo? Ke sini aja kalau mau ngomong."

"Otw."

Sambil mematikan sambungan telepon itu, Dani hanya bisa bergumam sendirian. "Masih peduli ternyata lo sama dia!"

Meminta dibuatkan minuman kembali oleh pelayan, Dani berusaha untuk tenggelam lagi ke dalam musik kencang yang dibunyikan oleh club malam ini. Setidaknya dengan mendengarkan musik di tempat keramaian, dia tidak terlihat mengenaskan ketika pikiran dan hatinya begitu khawatir atas perempuan yang tidak pernah mau dia pedulikan.

***

"Dar ...."

Mengetuk pintu kamar Dara, suara panggilan dari Fla disambut oleh kehampaan dari kamar milik sahabatnya itu.

Terdiam sesaat, Fla mengeluarkan ponsel dari saku celana pendeknya. Ekspresinya terlihat khawatir karena sudah semalam ini Dara belum juga kembali dari interview yang dilakukan oleh perempuan itu.

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang