14. Jung Hosoek

25 10 0
                                    

Perasaan asing itu meluap-luap dalam diri Seol A, meraup segala emosi asing dalam dirinya dan tanpa aba-aba menguasai kewarasannya untuk beberapa saat. Seol A rasa ia mulai tidak waras sekarang. Kinerja otak dan hatinya berjalan tak searah. Bagaimana bisa? Menyebalkan namun memabukkan. Berbahaya, namun Seol A menginginkannya.

Seol A buta akan betapa bahayanya konsekuensinya.

Seol A berjalan cepat, menyusuri gang sempit itu dengan langkah cepat dan tergesa-gesa. Napasnya berhembus tak beraturan, degup jantungnya tak terkontrol dan Seol A benar-benar tidak paham akan reaksi tubuhnya, terlebih saat pandangannya memburam beberapa detik kemudian disusul jiwanya yang menguap hilang.

Seol A mengusap pelipisnya dengan punggung tangannya, bersamaan dengan keadaan disekitarnya yang sekonyong-konyong berubah terang. 

Tadinya Seol A terkurung dalam gelapnya malam, tapi sekarang matahari tampak memunculkan diri. Tadinya Seol A berada dalam sebuah gang sempit, tapi sekarang ia dikelilingi oleh koridor luas yang tampak apik dikelilingi pilar-pilar besar berwarna putih dan jejeran pintu di depannya. Tadinya Seol A bersama Jungkook, tapi sekarang yang Seol A dapati hanya sekelompok orang berdiri beberpa langkah didepannya disusul beberapa orang yang berlalu-lalang melewatinya sambil menenteng buku.

Sebuah fakta lagi-lagi menampar Seol A di tengah-tengah ketidakwaspadaannya. Seol A menyadari bahwa ia sudah berada di dunia yang berbeda sekarang. Seol A menutup kedua renanya rapat-rapat, sebuah hembusan napas lolos dari bibirnya sembari lengannya mengacak rambutnya frustasi.

Mr. Bang benar-benar mempermainkan Seol A dalam skenario yang pria itu buat. Jujur, Seol A merasa senang di awal. Ia nyaman dengan Joon dan kalau ingin jujur, Seol A berharap menetap saja di dunia Joon tanpa berpindah ke dunia tokoh yang lain maupun kembali ke dunia dimana ia hidup sebelumnya.

Seol A tertawa sumbang, ia tahu harapannya itu mustahil untuk terwujud.

Ditengah lamunannya, sebuah bahu tiba-tiba menyenggol lengan Seol A cukup keras yang berhasil membaut keduanya merintih dan sontak menghentikan langkah. Sebelum sempat Seol A melayangkan pandangan untuk melihat si pelaku, sebuah rangkulan erat pada bahunya membuat gadis itu tersentak kaget.

"Seol-A, kau juga telat hari ini? Heol, setidaknya aku punya teman untuk menjalani hukuman," pria yang menabraknya itu berujar, dengan nada akrabnya tak luput diikuti senyum mengembangnya.

Butuh beberapa saart bagi Seol-A untuk menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi sekarang, baik pertemuannya dengan pria itu dan untuk mengenali dunia apa yang ia masuki itu. 

Seol-A mengedarkan pandangan ke sekitar, pilar-pilar putih yang berdiri megah diikuti ruangan-ruangan kelas, mading berisi penerimaan mahasiswa baru.

"Aku seorang mahasiswa sekarang?" tanya Seol-A pelan kepada dirinya sendiri.

Hosoek melepaskan rangkulannya, alisnya bertaut bingung sebelum terkekeh singkat.

"Apa kau minum kemarin malam? Tebakanku benar, soju tidak cocok untuk anak kecil sepertimu."

Setelah Seol-A terdiam untuk beberapa saat, lebih tepatnya sibuk menebak perannya sekarang tanpa ia sadari Hosoek turut memperhatikan gadis itu. Selama belasan tahun pertemanan mereka, Seol-A yang ia kenal sangat gaul, cerewet dan aneh. Entah hanya terkaan sesaat saja, tapi Seol-A tampak berbeda hari ini.

"Namamu siapa?"

Lihat? Dia bahkan menanyakan nama sahabatnya sendiri?

"Seol-A, kusarankan kau jangan minum soju lagi untuk kedepannya. Aku takut kau akan hilang ingatan jika terlalu banyak..."

Seol-A memutar bola matanya malas ketika pria didepannya itu mulai mengeluarkan nasehat panjangnya. Seol-A adalah peminum handal, setidaknya di dunia nyata jika di dunia yang ia masuki ini, Seol-A sedikit ragu kemampuannya itu masih berlaku atau tidak. Dengan cepat, Seol-A berjongkok, memungut dompet dan membukanya.

7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang