Trisemester ketiga dan hari kelahiran ...
Mark benar-benar menepati perkataan yang dia ucapkan kepada Haechan hari itu. Memperlakukan Jaemin layaknya seorang istri sesuai dengan keinginan Haechan.
Bahkan Mark sengaja bermesraan dengan Jaemin tepat di depan Haechan. Entah itu memberi ciuman pada Jaemin setiap saat, lebih banyak menghabiskan waktu bersama Jaemin, dan kegiatan lainnya layaknya seorang pasangan.
Biasanya ketika mereka bertiga berkumpul di ruang tengah, Mark akan sibuk dengan laptop dan tumpukan kertas kerjanya. Sekarang Mark gunakan waktunya untuk memperhatikan Jaemin dan berbincang dengan bayi dalam perut Jaemin.
Mark benar-benar melakukan perannya sebagai suami kepada Jaemin tepat di depan Haechan. Sesuai perkataannya.
Jika sebelumnya Mark memberi batasan atas tindakannya, maka setelah perdebatan nya dengan Haechan saat itu, ia mulai mengikis sedikit demi sedikit batasan yang dia buat.
Ya, Mark melakukannya dengan sengaja. Agar Haechan mengerti jika perasaan seseorang tidak bisa dipermainkan dengan seenaknya.
Entah Mark yang kurang berani mengambil tindakan untuk memanasi Haechan, atau memang Haechan yang sudah tidak memiliki perasaan lagi padanya, Mark tidak tahu. Yang Mark lihat selama ini, Haechan sama sekali tidak terpengaruh dengan kemesraan nya bersama Jaemin.
Padahal tanpa sepengetahuan Mark, Haechan menyesali keputusan yang dia buat. Dan lebih memilih bertahan pada rasa sakitnya, guna menepati janjinya pada Mark kala itu.
Haechan melihat semuanya, tapi di saat bersamaan dia juga berpura-pura tidak melihat semua perilaku Mark padanya.
Wajah datar yang Haechan tunjukkan setiap kali melihat pasangan suami-istri itu ketika bermesraan. Hanya itu yang bisa lakukan sebelum akhirnya menangis dengan diam-diam sendirian.
Saat ini pun dengan jelas Haechan melihat Mark mencium bibir Jaemin ketika menyambut kepulangan lelaki yang lebih tua, lalu ciumannya beralih pada perut Jaemin yang sudah membuncit.
Selanjutnya Haechan juga melihat tangan Mark mengusap rambut Jaemin, sebelum akhirnya bertengger dengan nyaman di pinggang adiknya untuk membantu berjalan. Setiap hari Haechan harus melihat momen kemesraan keduanya.
Dalam duduknya Haechan memperhatikan setiap gerak gerik yang Mark lakukan.
"Bagaimana anak ayah seharian ini, tidak membuat eomma kesusahan kan?" tanya Mark sembari mengusap perut Jaemin yang sudah besar.
"Bayinya tenang di dalam sini, sempat menendang cukup keras tapi untung saja ada Haechan hyung yang menenangkan" Jaemin menjawab dengan ceria, serta arah pandang nya tertuju pada Haechan beberapa kali.
"Sepertinya baby menurut sekali pada Haechanie" Mark bicara dengan melihat ke arah Haechan.
Jaemin tidak mengetahui jika Mark dan Haechan terlibat perang dingin satu sama lain, Mungkin? atau memilih pura-pura tidak tahu. Mengingat lelaki cantik itu cukup peka dan sensitif dengan keadaan sekitarnya.
Selain itu ketika di hadapan Jaemin, Mark dan Haechan bersikap seperti biasanya. Berbagi tawa serta bercanda bersama, meskipun di belakang saling mendiamkan.
Ketika di rumah sakit saat itu Jaemin sempat merasa heran, ketika Mark meminta maaf padahal dirinya lah yang salah karena bertindak tidak sepatutnya. Namun Mark meminta untuk tidak mengungkit hari itu dan tentu saja Jaemin menuruti nya.
"Bayinya sangat menyayangi Haechan hyung" ucap Jaemin.
"Benar. Semoga Haechanie cepat menyusul supaya baby nanti ada temannya" kata Mark, dan sekali lagi melihat ke arah Haechan. Bermaksud menyindir lelaki manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Ring's || Markhyuck || [Completed]
FanficBXB, MPREG Tepat sehari sebelum pelaksanaan pernikahannya dengan sang kekasih, Haechan mendapat berita yang mengharuskan nya untuk merelakan pernikahan nya demi sang adik kesayangan. "Bagaimana aku bisa menikah dengan orang lain sementara aku mencin...