"Gimana ? Enak ?."
Tanya Jinan dengan wajah mengantuk nya."Iya. Nah, situ enak."
Cindy menikmati pijatan demi pijatan yang Jinan berikan di area punggung, bahu dan lengan. Meski malam mulai larut mereka masih terbangun karena Cindy tidak bisa tidur.
Jinan yang kini mulai sensitif dengan gerakan ranjang pun jadi mudah terbangun jika Cindy bangun. Melihat istrinya tengah berusaha untuk meringankan pegal di punggung, Jinan inisiatif memberikan pijatan nya. Meski tidak handal, setidaknya bisa meringankan pegal di punggung dan di beberapa titik lainnya.
"Nan, kayaknya gue kebelet deh."
Ungkap Cindy."Pipis ? Yuk aku temenin."
"Bukan. Perut aku mules banget. Duh..."
Jinan panik saat Cindy terlihat menahan sakitnya.
"Mau pup ?."
"Mirip. Tapi bukan."
"Laper ?."
"Bukan bukan."
"Oh, mules diare ?."
"Ngga!! Makan pedes aja ngga."
"Terus jawabannya apa dong ?."
"Jawabannya apa ? Emang kita lagi tebak tebakan ?."
"Iya juga. Kalau gitu..."
"Bayinya mau lahir."
Ucap mereka kompak."Nan, koper yang udah kita siapin bawa ke mobil. Ini ngga mules lagi,tapi kram. Padahal beberapa menit yang lalu udah."
"Oke. Kamu tunggu disini dan jangan panik."
"Yang ada kamu yang panik!!."
Jinan jadi gelagapan sendiri. Padahal koper yang sudah mereka siapkan untuk lahiran sudah berada di mobil sejak kemarin. Namun Jinan tetap mencarinya di sudut kamar.
"Di mana sih ? Perasaan kemarin di pojokan."
"Aku baru ingat, Kan udah di taruh bagasi mobil!!."
Cindy baru mengingat sudah meletakan koper di mobil. Maklum, memori otak keduanya hanya sebesar ikan saja. Jadi mudah lupa. Canda."Oh iya!! Kenapa ngga kasih tahu dari tadi sih ?."
"Sengaja. Biar kamu panik."
Cindy tertawa. Bisa bisanya mau lahiran malah mengerjai suaminya dahulu.
"Udah, bantuin!!."
Jinan membantu Cindy berdiri.
"Kuat sampai mobil ?."
"Kuat. Cuma agak risih. Kayanya udah rembes deh."
"Apanya yang rembes ?."
"Air ketuban."
"Hah!! Kalau gitu kita pakai ambulance. Biar cepet."
Cindy kembali tertawa. Wajah panik Jinan begitu menggemaskan.
"Malah ketawa sih!! Ketuban kamu udah keluar!! Kenapa malah ketawa?."
"Ya, aku harus panik kaya kamu ?."
"Ya ngga panik juga. Itu, bisa bahaya kan ?."
"Kan keluarnya dikit, sabar ya ?. Mama kamu pernah cerita kalau mau lahiran pasti ketubannya akan rembes. Tapi dikit. Jadi ini normal aja. Aku dari semalam udah pakai pembalut sih, saran dari mamaku pas aku tanya."
"Huh. Syukurlah kalau gitu."
Keduanya segera pergi ke rumah sakit bersama mba Yun yang sengaja Jinan bangunkan untuk menemani mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Mama Cindy
FantasyLanjutan cerita Babysitter kesayanganku dan Will you be my mother ?. Seri ketiga di buku cerita CiNan family 😊😊