0.5 Love Language

2.3K 126 16
                                    

Arsen benar-benar sosok yang baik, Alana tahu bahwa baik itu adalah ungkapan yang lumrah. Tapi bagi Alana, Arsen adalah baik dari segala baik, baik dalam hal apapun. Alana rasanya ingin mengungkapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya pada Ibu mertuanya karena telah melahirkan dan membesarkan Arsen, dan beruntungnya ia adalah istri yang akan merasakan kebaikan itu selama sisa usianya.

Tadinya Alana pikir Arsen baik padanya karena Alana adalah istrinya, namun Arsen baik pada siapa saja. Bahkan pada satpam komplek perumahan mereka, Alana bahkan kaget saat Arsen ternyata rutin memesan makanan untuk para satpam yang berjaga 24 jam.

Banyak kejutan yang datang, dan semuanya sukses membuat Alana kaget. Kadang ia merasa Arsen tidak memiliki celah, saking sempurnanya permukaan yang Arsen tunjukkan. Tapi Alana tahu bahwa tidak ada yang sempurna, salah satu celah yang baru saja terlihat adalah bahwa Arsen sedikit boros, ia bahkan memilih pulang ke Jakarta saat hanya memiliki libur shooting selama dua hari, padahal ongkos pulang pergi Jakarta Jogja lumayan mahal, dan ditanggung pribadi.

"Kak, kamu kenapa sih pulang?" tanya Alana, ia sedang memakai skincare sementara Arsen sedang berbaring di kasur sambil membaca buku.

"Lho kenapa memangnya?" tanya Arsen, jelas saja bingung. Karena Alana tiba-tiba bertanya demikian dengan nada tidak suka.

"Buang-buang duit tau kak," jawab Alana.

"Na, tiket Jogja Jakarta berapa sih emangnya? Nggak habis kok uangnya."

Alana mendengus, "tapi kalau terus-terusan bakal habis kak."

"Oke kalau gitu aku minta maaf, next time nggak bakal ngulang lagi." akhirnya Arsen mengeluarkan kata paling ampuh andalannya yaitu minta maaf, karena jika didebat maka Alana tidak akan diam.

Alana yang telah menyelesaikan rangkaian skincarenya lalu bergabung untuk berbaring di dekat Arsen, ia memiringkan tubuhnya agar bisa memperhatikan Arsen yang sedang membaca buku, karena ini terjadi jarang sekali. Namun ketika pemandangan ini terjadi Alana malah merasa kadar ketampanan suaminya meningkat.

Arsen yang merasa diperhatikan oleh Alana tidak sengaja menjatuhkan bukunya hingga buku tersebut menimpa wajahnya, "aduh ..." keluhnya sambil mengusap-usap wajahnya.

Sedangkan Alana hanya tertawa, benar-benar tidak membantu sama sekali. Melihat hal tersebut membuat Arsen akhirnya memiringkan tubuhnya hingga posisi mereka kini berbaring saling berhadapan, namun masih ada sekat guling di tengah-tengah.

"Padahal tadi aku baru aja ngebatin, yaampun ganteng banget. Eh taunya bukunya jatuh, nggak jadi deh gantengnya pake banget, ganteng aja kalau gitu."

Arsen tersenyum mendengar kalimat tersebut, "selama aku di Jogja kamu ngapain aja?" tanya Arsen, penasaran. Karena Alana benar-benar tidak pernah melaporkan apa yang ia lakukan, bahkan pesan-pesan Arsen hanya ia balas seadanya.

"Bangun shubuh buat sholat, lalu aku meditasi sampai jam 6 pagi, sarapan, jurnaling, mandi, baca buku, sholat Dzuhur, bikin jurnal, nonton film atau series, buka sosial media sebentar, kalau misal pas buka sosmed nemu ide buat masak sesuatu aku masak, kalau enggak aku tidur, sholat ashar, tea time di dekat kolam renang sambil ngelamun, mandi, sholat maghrib, ngaji, sholat isya, makan, baca buku, bikin jurnal, tidur."

Penjelasan Alana membuat Arsen tertawa, tangan kanannya refleks mengelus rambut Alana. Ia tidak akan bosan-bosannya mengatakan bahwa Alana benar-benar menggemaskan. Arsen tidak pernah menemukan yang lebih menggemaskan dari Alana, dan itu natural bukan dibuat-buat.

"Kak tadi aku nerima paket lagi dari IKEA," ujar Alana, "yaampun kak kamu tu beli apaan lagi sih?" kali ini nada suara Alana terdengar frustasi.

Arsen terlihat berpikir, ia bahkan lupa itu barang yang mana yang datang hari ini, "aku lupa itu barang yang mana, besok deh aku unboxing."

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang