XXIV - Betrayed

1.4K 241 71
                                    




Tidak ada celah sedikitpun untuk sinar mentari memasuki ruang ini; remang, lembap, dingin. Begitu pula dengan suasana hati seorang gadis yang tengah disekap pada sebuah kursi; takut dan juga marah. Terhitung sudah sekitar 30 jam gadis itu dikurung diruangan yang hanya disinari dengan lampu kuning kecil. Bahkan cahayanya tidak mampu menerangi sudut ruang.

Gadis itu tidak berada di sana seorang diri. Beberapa orang dewasa berdiri menatapnya garang. Seolah ingin segera menghabisi gadis itu.

Salah seorang wanita berambut pirang menatap tajam gadis itu. "Kau manusia, bisa-bisanya berteman dengan makhluk lain dan merahasiakan keberadaan mereka? Apa kamu lupa siapa yang membuatmu jadi anak yatim piatu?"

"Mereka tidak ada hubungannya dengan kematian orang tuaku!"

"Kau tahu dari mana?" Giliran seorang pria bertanya.

Gadis itu tidak menjawab. Memang, dia belum pernah kenal orang tua dari teman-teman vampire atau werewolf-nya. Tapi, selama dia menjadi teman satu sekolah dengan mereka, tidak pernah ada kejadian mereka meyakiti bangsa manusia.

"Apa kamu tidak ingin membalaskan dendam orang tuamu?"

"Dengan kamu berteman dengan mereka, artinya kamu mengkhianati orang tuamu sendiri."

Kini seorang wanita berambut ikal, berkulit sawo matang memegang wajah gadis itu dengan kasar lalu mendongakkannya. "Kamu cuma punya 2 pilihan, bargabung dengan kami atau menyusul orang tuamu."

"Yaa...pikirkanlah. Setelah kaum vampire dan werewolf lenyap, kamu bisa menikmati hidup tanpa harus memendam rahasai tentang keberadaan mereka. Kamu juga bisa hidup bahagia dengan pria yang bisa memberikanmu keturunan." Pria tampan bertubuh jangkung melepaskan tangan rekan wanitanya dari wajah gadis itu.

Tidak ada yang bisa gadis itu lakukan selain menangis. Dia berpikir ucapan mereka ada benarnya, dia berteman dengan makhluk yang membunuh orang tuanya sama saja dengan dia mengkhianati orang tuanya. Tapi, dia tidak bisa menyakiti teman-temannya yang tidak pernah menyakitinya. Apalagi salah satu dari mereka adalah kekasihnya saat ini.

"Mereka tidak jahat, tolong hentikan semua ini!" Gadis itu meronta. Dia hanya ingin hidup damai. Namun entah bagaimana sekarang dia berakhir di ruangan ini.

"Rupanya kamu memilih menyusul orang tuamu."

"Apa boleh buat, kamu sudah tau siapa kami, jadi tidak ada alasan kami untuk membiarkanmu hidup."

Pasrah. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Seorang pria sdah bersiap memasukkan cairan ke dalam sebuah alat suntikan. Gadis itu yakin kalau cairan itu adalah racun.

Sekarang, gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat. Bersiap menemui ajalnya.

Namun, perlahan sinar matahari memasuki ruangan. Seseorang membuka pintu, membuat sang eksekutor menghentikan aksinya.

Gadis itu meyipitkan matanya, bertujuan agar dapat mlihat lebih jelas siapa yang sedang berjalan ke arahnya.

Seketika, mata gadis itu membelalak ketika mengetahui siapa yang kini berdiri di hadapannya.

"Kamu?!"

"Kenapa dia masih hidup?" Tanya pria itu.

"Kami mencoba bernegoisasi, siapa tahu dia mau berpihak pada kita."

The Hales [Haechan x Ryujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang