keseharian

494 45 10
                                    

Merasa air di betap sudah mulai dingin Ran berdiri dari tempat itu, namun siapa sangka ternyata Sanzu malah benar-benar tidur.

"Dasar bocah prik." Tutur Ran sambil tersenyum mengangkat tubuh Sanzu.

Mau dipungkiri bagaimana pun rasa cinta dan iri masih ada di hati pemuda bersurai dwiwarna itu, dia iri dengan sang adik yang masih setia menjadi pemilik hati Sanzu sampai saat ini, walau Rindou sudah tidak ada lagi di dunia.

"Mungkin seharusnya aku jujur."

Sambil mengenakan piyama untuk Sanzu, Ran tanpa sadar mencium leher pemuda itu, hasrat dan ambisi masih sama seperti tuju tahun yang lalu. Jika dia menginginkan Sanzu.

"Gawat kenapa harus berbekas." Ucap Ran sambil melihat kissmark yang baru saja dia buat.

Dengan menghela nafas gusar Ran membaringkan tubuh Sanzu, sementara diri segera menggunakan piyama dan tidur di sofa.

***

Pagi harinya Sanzu harus dipaksa bangun karena suara keras dari televisi, dengan tatapan intimidasi pria bersurai pink itu melirik ke kiri dan ke kanan.

"Huaaa sial ini baru jam 6 kenapa aku harus bangun." Ucap sanzu sambil mengusap surainya dengan kasar, dan setelah itu dia menarik selimut untuk tidur lagi.

Namun siapa sangka tak lama setelah Sanzu menutup tubuhnya dengan selimut, sebuah tangan menarik selimut itu kembali. Yang membuat pria bersurai pink itu naik pitam.

"Anjing ya lomee..." Ucap Sanzu yang tertahan oleh roti.

"Pagi Sanzu, ini udah siang cepat mandi." Sapa Ran dengan lembut.

Malam kriminal pagi anak kantor itu lah Ran Haitani, walau statusnya sebagai eksekutor bonten dan salah satu orang penting. Namun dia adalah CEO besar di bisnis keluarganya, karena dialah satu-satunya penerus warisan setelah kematian Rindou adiknya.

Kalo boleh jujur Ran tidak menyukai kehidupannya, dia ingin bebas bukan hidup dalam Kungkungan dan tuntutan keluarga.

Ayahnya meninggal saat dia berusia empat tahun, dan ibunya meninggal saat mengetahui Rindou mati karena ulah Ran.

Ran tau mau ibunya adalah dalang kematian dari ibu Rindou, tapi cinta ibunya berikan untuk Rindou itu nyata.

Mungkin karena kabar kematian sang adik bagaikan guncangan besar untuk ibunya, yang mengakibatkan perempuan itu meninggal karena depresi, dan kini Ran cuma hidup dengan dendam. Tujuannya cuma satu membunuh semua orang yang telah menghancurkan ketentraman keluarganya, tak perduli jika dia harus mengotori tangannya.

"Oh kenapa kau rapi kayak bapak bapak mau kondangan." Ucap Sanzu sambil melirik Ran dari atas sampai bawah.

"Oh ya by the way gimana enak kagak, susu sama rotinya." Tanya Ran yang sedang merapikan barang-barang keperluannya.

Bukan nya menjawab Sanzu Malah terhanyut dalam dunianya, ya apalagi kalo tidak makan sampai habis.

"Gimana nagih kan." Tanya Ran sekali lagi dan setelah itu dia duduk di samping Sanzu.

"Enak banget Ran sumpah, abang-abang jualan depan sekolah kalah sama masakan mu Ran." Sambil tersenyum ramah sanzu menadahkan tangannya seakan minta lagi.

"Ya lah enak orang tadi aku kasih ganja sama ekstasi biar candu." Bukanya memberikan roti Ran malah mencubit pipi chubby Sanzu dengan gemas.

"Aaahhkkk..." Pekik sanzu sambil memegang pipinya.

"Astaghfirullah aku sarapan barang haram." Tak selang berapa menit Sanzu shock akibat perkataan Ran.

Sedangkan Ran cuma bisa bengong karena bagaimana mungkin, bandar narkoba bisa ngomong gitu yang ada dia udah terbiasa sama barang haram itu.

"Gimana dong Ran, berati sekarang di perutku ada barang haram." Kali ini Ran yang dibuat ketar-ketir apa dia salah lagi, aduh masak dia terus yang selalu merusak Sanzu.

"Tapi bohong orang aku suka sabu."

Sambil cengengesan pria bersurai pink itu menunjukkan satu Kanton penuh sabu, tak lupa di ujung lidahnya sudah ada dan siap di telan.

Ran yang meras pusing cuma bisa memijat pangkal hidungnya dan setelah itu dia pergi, tak lupa dia berpesan kepada Sanzu kalo pergi kunci apartemennya, sedangkan Sanzu cuma iya iya saja.

***

Di markas bonten sedang merayakan kabar keberhasilan Ran dan Sanzu.

Tak hanya itu Koko juga sudah mendapat kabar tempat persembunyian dari Shion, Dengan begini sudah jelas korban selanjutnya adalah Madaramen Shion.

"Untuk urusan penghianat, pengedaran narkoba ataupun tugas yang diberikan orang-orang yang ingin bermain kotor, aku serahkan ke kalian." Ucap sang ketua.

"Koko, Kakucho, hanma dan juga Baji." Lanjut sang ketua.

"Baik bos." Jawab mereka serentak.

"Dan sisanya biarkan Haru serta Ran, mereka layak untuk bersenang-senang."

Bonten adalah organisasi kriminal terbesar di Jepang, organisasi ini berdiri dua tahun yang lalu. Tepatnya dua minggu setelah kebebasan Ran Haitani, awalnya semua petinggi bonten menolak dengan keputusan nomer dua disana, yang menginginkan Ran gabung di bonten.

Ya no dua itu tak lain adalah Sanzu, Sanzu berpikir Ran juga korban sama seperti dia, dengan terus memohon akhirnya mereka setuju Ran masuk ke bonten.

Namun dengan catatan, dia tetap tidak dianggap. Walau ada.

Untuk ketua sendiri, bonten di pimpin Sano Manjiro, dengan anggota Akasih Haruchiyo, Hito Kakucho, Akasih Takeomi, Ran Haitani, Hajime kokonoi, Baji Keisuke dan Hanma.

Sementara teman-teman mereka yang lain memiliki sibuk masing-masing, contoh Izana yang harus berakhir menjadi CEO di keluarga kurokawa, Draken dan Inui yang sekarang membuka cabang bengkel DXD yang baru.

Mitsuya yang menjadi desainer, serta teman-teman lainnya. Namun untuk Mitsuya sendiri dia sudah tidak ada kabar sejak kematian, sepupunya Haitani Rindou.

Entah apa yang terjadi? Hingga dia memiliki pergi ke Italia, tanpa memberikan kabar ke sahabatnya, semua sudah berubah dan semua sudah tak akan pernah sama lagi.

"Oke Koko beri lokasi Shion ke Sanzu segera malam ini dia juga harus mati."

"Baik bos."

***

Seperti rutinitas keseharian Sanzu, dia jalankan dengan tidur tidur tidur dan tidur, oh tak lupa dia juga jail dengan kehidupan rumah tangga sang adik, walau Senju gedek dan Yuzuha terlihat cuek, tapi mereka berdua selalu membukakan pintu untuk pria bersurai pink itu, yang kini menjadi kriminal terbesar.

Namun kali ini Sanzu memiliki pergi ke supermarket untuk belanja bulanan, tidak ada yang khusus di belanjaan Sanzu. Dia hanya membeli sayur daging dan makanan instan, tak lupa minuman berahkohol serta cemilan.

Walau begitu Sanzu tetap menyempatkan diri satu bulan sekali periksa kesehatan, terlebih kesehatan psikis.

"Rin aku kangen."

Sambil menenteng belanjanya, Sanzu melangkah kaki menuju rumah sakit yang biasanya dia datangi. Bisa dibilang itu rumah sakit langganan keluarganya walau dalam hati dia gak mau berlangganan.

Lagian orang bodoh mana yang mau kerumah sakit setiap satu bulan sekali, kalo bukan dia.

"Setelah masalah selesai aku akan menyusul mu Rin."
 
***

Sedangkan di tempat lain sebuah mobil melesat dengan kecepatan rata-rata, terlihat seorang pria bersurai dwiwarna sedang bergumam.

"Ah rasanya kangen sekali."


Gome Rin jarang up

Oke Rin akan lebih semangat.

Command and like aku tunggu

See y.....

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang