Chapter 46

731 155 35
                                    

Sebenernya sih semalam udah pecah 50. Tapi aku malas update. HAHAHHA 🤣🤣 ya untungnya pecah telornya nggak sore. Jadi, aku nggak perlu update double 🤣🤣

Yang hari ini, kalo sebelum jam 6 sore pecah telor 50 vote lagi, aku update double 🤣🤣 serius. Tapi kalo nggak keburu juga, ya tetap update 1 doang.

Hahahhaha
Btw, ini flashback terakhir guys 😁😁

Happy Reading, vote and coment.

***

Hari terus berganti dan bulan terus berlalu. Tak ada yang berubah antara Illiphia dan Keir setelah peristiwa itu. Tatapan kebencian Illiphia untuk Keir sama sekali tak menyurut seiring membesarnya kandungan. Tibalah hari di mana Illiphia akhirnya bisa melihat wajah putranya.

Illiphia yang tinggal sendirian di paviliun dan mendapatkan bantuan dari penjaga istal Sillabent. Melihat Toren—penjaga istal—sibuk ke sana-kemari dengan panik, akhirnya Keir mendatangi paviliun dan tahu bahwa Illiphia tengah melahirkan.

Meksi dilarang masuk oleh Toren, Keir tetap masuk. Namun, setelah mendengar tangisan pertama bayi Illiphia, ia langsung pergi. Perasaan marah dan bersalah menderanya. Karena sudah melahirkan, jika Illiphia ingin pergi, Keir sudah tak punya alasan untuk menahannya.

Kian hari Keir tak bisa tidur karena keinginan untuk melihat Illiphia dan bayi itu. Namun, tak seorang pun diizinkan memasuki paviliun setelah orang yang membantu persalinan Illiphia meninggalkan tanah Sillabent. Keir hanya bisa melihat ibu dan anak itu dari jendela secara diam-diam. Bahkan di tengah malam, ketika berdiri di tengah lapangan sambil memandang jendela besar kamar utama paviliun, Keir berharap Illiphia muncul.

Namun, beberapa hari setelah melahirkan, untuk pertama kalinya Keir melihat Illiphia berdiri di balik jendela kamar sambil menimang bayinya. Rambut wanita itu tidak lagi cokelat dan matanya tak lagi hijau. Illiphia yang Keir cintai sepenuhnya menghilang. Yang Keir lihat hanyalah seorang wanita berambut biru lembut dan bermata biru terang.

Apa bayi mereka memiliki ciri-ciri seperti itu hingga Illiphia menirunya?

Itu adalah pertama kalinya Keir melihat Illiphia setelah melahirkannya. Dan tepat pada hari ke-20 pasca melahirkan, Keir dengan tergesa dipanggil oleh Toren untuk datang ke paviliun. Di tempat tidur Keir sudah melihat Illiphia bersimba penuh darah sambil memeluk bayinya dengan wajah pucat pasi. Illiphia kehilangan semua rona hidupnya dan itu karena Keir.

“Illiphia,” panggil Keir saat hendak mendekati wanita itu.

Namun, Illiphia segera mengangkat wajahnya pada Keir dan menatap benci. Dengan suara yang parau kering dan serak, Illiphia berkata sambil mengutuk Keir, “Anakku yang akan mengakhirimu, Keir.”

Itu kalimat yang sama dengan yang diucapkan oleh Illiphia sebelum ini. Illiphia meregang napas terakhir di hadapan Keir. Seperti janjinya, Keir takkan menghalangi lagi Illiphia yang ingin pergi. Namun, ketika Toren memberikan bayinya, Keir tidak mau. Perasaan benci menderanya terhadap bayi itu. Andai anak itu tidak terlahir ke dunia, mungkin Illiphia masih hidup.

Keir memberikan perintah untuk membersihkan tubuh Illiphia dan meletakkannya di dalam peti. Namun, tiba-tiba saja Xain yang tak pernah menginjakkan kaki di Monsecc tiba untuk menjemput jasad Illiphia. Dengan marah, Xain menjatuhkan hukuman dan kutukan sekaligus pada Keir dan seluruh keluarganya.

“Hiduplah dengan anak yang kau benci, Keir Sillabent. Hiduplah sampai kutukannya memakanmu. Itu dosa yang harus kau tebus. Kau tidak diizinkan menginjakkan kaki di ibu kota kekaisaran selamanya, juga keturunamu, selain bayi itu. Atas  nama Reid, katedral takan terbuka untuk Sillabent kecuali bayi itu.”

The Baron's Heart (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang