"Jika bahagianya hanya dengan meninggalkan. Maka sedikitpun ia tidak akan pernah menyesali kepergiannya. Kenangan biarlah hanya menjadi hiasan dimasa lalu yang sama sekali tidak akan diingatnya lagi."
. . . . .Hidup bagi semua orang memang tidak adil. Tapi justru rasa ketidak adilan tersebut yang menjadikan hidup itu adil untuk semua orang. Ada banyak hal yang menjadi keinginan namun kadang manusia juga disadarkan oleh ekspektasi yang berujung menyakiti hati.
Dalam kamarnya Haira menangis pedih. Tidak ada hal yang paling ia takutkan selain ditinggalkan. Dan kini Gala malah memutuskannya tanpa rasa belas kasihan sedikitpun.
Bila laki-laki itu memang benar mencintainya. Bukankah permintaannya bukanlah hal yang sulit? Apa susahnya untuk tidak perduli kepada Renja? Toh gadis itu sudah dewasa dan ia juga sudah memiliki kekasih yang harus dijaga perasaannya.
Bahkan setelah ia mengucapkan kalimat anacaman itu Gala hanya memeluknya tanpa mengatakan apapun. Bukankah itu artinya laki-laki itu sama sekali tidak takut kehilangan dirinya?
Haira tergugu.
Ia Patah hati. Rasanya bahkan jauh lebih menyakitkan ketika alasan berakhirnya hubungan mereka karen Renja. Gadis yang begitu dibencinya.
Hatinya perih.
Kebenciannya untuk Renja kian mendarah daging.
Tingg....
Bunyi notifikasi
Haira segera membuka hanphonenya.
Pacar aku❤
Kita bicarakan lagi nanti setelah aku beli obat untuk Renja. Kita bertemu. Terserah kamu tempatnya dimana.
Senyum miris terbit dari bibir Haira.
Setalah ratusan pesan yang ia kirim untuk Gala. Laki-laki itu justru malah membalasnya dengan kalimat yang semakin membuat hatinya hancur.Bukan kalimat seperti itu yang ia harapkan.
"Renja Renja Renja...!" gumam Haira. Bibirnya bergetar hebat.
Memang seharusnya salah satu diantara mereka ada yang pergi menjauh.
Seharusnya dulu Renja tidak usah kembali lagi. Semuanya sudah benar dengan menjadikan ia hanya satu-satunya. Lagipula ada begitu banyak orang yang menyayangi gadis tersebut. Dengan melepaskan dua orang hanya untuknya bukanlah suatu perkara yang besar kan?
Bangkit dari tidurnya. Haira menyeka air matanya yang terus berderai.
Ia tidak boleh begini.
Sejak awal ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sejak kecil Mamahnya tidak pernah memaklumi kekalahannya dalam hal apapun.
Maka Haira menyadari dengan jelas jika kerasnya batupun akan kalah dengan keras kepalanya. Apalagi sejak awal Gala sudah memutuskan jika hatinya sudah laki-laki itu berikan untuknya jadi sudah menjadi hak nya bukan untuk mempertahankan semuanya?
Sejak awal apa yang sudah menjadi miliknya sampai kapanpun akan terus menjadi miliknya.
Bahkan jika harus dengan mengorbankan salah satunya ia sama sekali tidak keberatan karena yang akan pergi juga bukan dirinya. Manusia boleh kan egois untuk kebahagiaannya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Hayran Kurgu"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...