Hari itu, seorang anak menangis disamping tubuh ibunya yang kini berbaring diatas ranjang pesakitan. Dengan wajah yang penuh derai air mata, Afta menggenggam erat jemari kurus milik ibunya yang kini terasa dingin.
Ditemani sepi, bocah lelaki itu sedari tadi hanya diam meski mata dan hidung mancungnya memerah ia tetap setia menatap wajah tenang milik ibunya.
"Mama bangun, pliss..." Setelah sekian lama bungkam pada akhirnya permohonan itu meluncur mulus dari bibir nya yang sejak tadi ia gigit guna meredam suara isakannya agar tidak terdengar.
Afta tidak ingin menganggu waktu istirahat ibu nya tapi ia juga tidak ingin dua manik indah kesukaannya itu terus bersembunyi dibalik kelopak mata yang kini terpejam rapat itu.
"Bangun Mah...." Pinta anak itu lagi, Namun seperti enggan, Arin masih setia menutup mata. Seperti saat dirumah mereka, sebelum bocah lelaki itu berteriak histeris dengan tubuh Arin didekapannya yang tidak menunjukan tanda-tanda akan bangun.
"Afta... Ayo makan dulu.. biarin Mama kamu istirahat." Haris datang, lelaki tampan itu sengaja meluangkan waktunya yang tidak bisa dibilang sengang untuk melihat anak dari wanita yang diam-diam mengisi hatinya.
Afta menggelengkan kepalanya lemah, "Enggak mau... Mau disini aja sama Mama."
Helaan nafas lolos dari bibir milik lelaki yang kini berdiri tepat disamping tubuh anak yang saat ini duduk dengan kepalanya yang disandarkan diatas ranjang. Afta persis seperti mendiang sahabatnya ketika dulu ia melihat lelaki itu menemani Arin yang tidak kunjung sadar pasca melahirkan Afta.
"Mama kan cuma tidur." Tuturnya lembut. Afta diam, dengan pelan ia mengangkat kepalanya, manik yang masih berair itu ia paksa menatap wajah lelaki yang kini tersenyum kepadanya. "Afta nyesel.., kemarin kemarin Afta nyuekin Mama, Afta bikin Mama jadi makin capek, Om." Adunya lengkap dengan rasa menyesal.
"Mama pasti capek, Mama marah kan sama Afta?" Kini bocah itu kembali menatap wajah ibunya dengan tangannya yang kini ikut mengelus pipi halus itu penuh sayang. "Mama maafin Afta dong.."
"Mama kamu nggak mungkin marah Afta, Dia kan bucin banget sama kamu." Kata Haris mencoba mencairkan suasana. Namun gagal, suasana yang melingkupi ketiganya sedang abu.
"Udah ayo cari makan. Om tau kamu laper." Ajaknya lagi.
Dan pada akhirnya Afta mengiyakan, namun sebelum benar benar pergi ia sempatkan mengecup kening ibunya lama. "Mah, Afta cari makan dulu ya. Laper banget soalnya."
"Cepet sembuh sayangnya Afta."
Usai memesan keduanya memilih duduk disalah satu meja yang terletak dipojok ruangan. Kebetulan disana sedang sepi, Jam istirahat sudah lewat dan keduanya baru sempat makan siang itupun sedikit dibumbui percekcokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET PAIN 2 || LEE JENO
FanfictionAku kembali berharap bisa merasakan sedikit bahagia yang dulu sempat tabu kurasa. Aku kembali dengan raga yang sama. Untuk kali ini, rengkuhlah aku yang rapuh ini. Berikan aku pelukan yang hangat.. yang tulus tanpa harus menyakiti. Berikan aku ke...