61. Kisah tanpa kamu

753 137 7
                                    

Bagas menatap bingung sekelilingnya. Cowok yang mengenakan kaos putih mengangkat pandangannya kala seorang gadis memanggil namanya. Meskipun, dia sebenarnya belum tahu tentang kehidupannya.

"Bagas."

"Cepetan siap-siap! Kita berangkat sekolah," ujar Salsa yang sudah duduk di tepi kasur.

Bagas tersenyum, lalu dia mengangguk. Cowok itu tanpa menunggu lama langsung segera bersiap-siap dan Salsa malah asyik duduk selonjoran di tempat tidur Bagas.

"Semoga hilang ingatan selamanya," gumam Salsa.

Beberapa selang kemudian keluar seorang cowok berparas tampan yang membalut tubuhnya mengenakan handuk. Cowok itu menoleh sekilas ke Salsa seolah menyuruh gadis itu untuk pergi dari kamar.

Suasana di ruang makan cukup hening lantaran tadi sudah terjadi pertengkaran hebat antara Bimo dan Kinan . Pasangan suami istri itu meributkan perkara kecelakaan yang terjadi pada Bagas sekitar satu bulan yang lalu. Pak Bimo sama sekali tidak setuju kalau istrinya menuduh Lia sebagai penyebab kecelakaan itu.

"Okeh kalau kamu lebih membela Lia berarti——"

"Lia?"

"Sayang, silakan duduk!" Kinan mempersilakan Bagas untuk duduk di samping Salsa. "Mau makan apa?"

Bagas menggeleng kuat. "Udah mau jam tujuh jadi sarapannya di sekolah saja, Bunda." Bagas tersenyum, lalu dia menggenggam erat tangan Salsa. "Kita berangkat sekolah sekarang biar enggak kesiangan."

Lia berdecak sebal lantaran mobil yang dia kendarai tiba-tiba mogok di tengah jalan. Sialnya lagi jarak ke sekolah masih terlalu jauh. Gadis itu berangkat sekolah naik kendaraan umum. Namun, tidak lama kemudian datang teman satu angkatannya.

"Loh? Mobil lo kenapa?" tanya Dira bingung.

"Biasa mati dadakan," balas Lia. "Gue duluan, ya. Mau ke depan nungguin taksi," lanjut Lia.

Dira mencekal lengan Lia. Hal tersebut membuat Lia menghentikan langkahnya. Dahi gadis itu mengerut.

"Kenapa lagi?" tanya Lia bingung.

"Sekolah bareng——"

Ervan menepikan mobil kala mata tajamnya menangkap Lia yang tengah berdiri di pinggir jalan bersama seorang gadis cantik seumurannya. Cowok itu pun keluar menghampiri Lia dan Dira.

"Lia sekolahnya bareng gue," potong Ervan.

Dira mengangguk. "Ya udah! Gue duluan, Lia. Sampai jumpa di sekolah," kata Dira. "Heh! Lo jaga Lia baik-baik jangan sampai terluka," pesan Dira ke Ervan.

***
Kedatangan Bagas dan Salsa berhasil membuat siswa-siswi yang berpapasan dengan keduanya membuka mulut lebar-lebar. Bagas yang menyaksikan hal itu turut risih lantaran terdengar orang-orang yang selalu menjelekkan Salsa yang dia kira tunangannya.

"Sumpah! Gue ogah punya temen yang suka nusuk dari belakang kayak Salsa."

"Bibit pelakor udah tumbuh."

"Najis ih cari kesempatan dalam kesempitan."

"Enggak usah ngomongin yang enggak-enggak tentang tunangan gue!" Bagas menarik kerah seragam salah satu siswi berambut panjang yang dikepang. "Sekali lagi kalau gue denger ada yang menjelekkan cewek gue maka orang itu tidak segan-segan akan——"

"Masih pagi enggak usah cari masalah," kata Arya melerai Bagas, lalu cowok itu menatap dalam Bagas. Arya tahu kalau Bagas tengah hilang ingatan. "Lo sebaiknya ke kelas bentar lagi masuk. Kelas lo kelas XII IPS 3," kata Arya memberi tahu. Mata cowok itu menangkap seorang gadis yang baru saja menginjakkan kaki di lantai koridor kelas XII. Dia melambaikan tangannya seolah memanggil gadis itu untuk mendekat.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang