Gianna nyaris jatuh tersungkur akibat tersandung kakinya sendiri saat buru-buru keluar dari private lift yang membawanya ke unit apartemen Marvin.
Satu jam yang lalu pria itu menghubunginya dan mewanti-wanti agar ia datang tepat waktu. Tapi siapa sangka saat di perjalanan menuju kemari ia terjebak situasi darurat hingga membuatnya terlambat.
Begitu sampai di depan pintu masuk, Gianna menekan password dengan cepat. Masih dengan nafas yang memburu, ia bergegas menemui Marvin di ruang kerjanya yang terhubung dengan kamar utama.
Ketika membuka pintu, hal pertama yang tertangkap oleh netranya adalah sesosok pria yang sedang fokus membaca buku dengan raut wajah serius.
Pada detik berikutnya Marvin mendongak untuk menatapnya tajam. His gaze is so errr.
"Maaf kak, gue datengnya agak telat," ucap Gianna dalam satu tarikan nafas. Kedua tangannya terangkat untuk merapikan rambut panjangnya yang agak kusut dengan gerakan asal.
Selama beberapa saat hanya ada keheningan di dalam ruangan kedap suara tersebut. Gianna masih sibuk nenetralkan nafasnya perlahan-lahan, sementara Marvin mengamati penampilan Gianna dalam diam. Matanya menelisik penampilan wanita di depannya dari ujung kepala hingga kaki.
Dia melihat sekilas pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Telat hampir setengah jam itu termasuk agak ya?"
"Maaf, abisnya tadi di jalan ada kecelakaan, jadi semua mobil yang lewat diberhentiin dulu sampe bikin macet lumayan lama. Gue aslinya juga nggak mau telat, tapi gue nggak bisa ngelakuin apa-apa kak," ujar Gianna sambil berjalan mendekat ke arah Marvin yang berada di pojok ruangan.
Marvin kemudian menutup buku bacaannya dan meletakkan buku itu ke meja kecil yang terletak di samping sofa yang ia duduki. "Good explanation. Then how do you explain what happened last night?"
"Kan tadi pagi udah pas lewat telfon."
"It's still not enough for me."
Begitu Gianna berada tepat di hadapannya, Marvin berdiri dan menangkup wajah Gianna dengan salah satu tangannya sembari bertanya, "Why you didn't tell me first kalo kemaren pergi ke Bandung dan nginep di sana?"
"Ya kenapa juga gue harus bilang dulu?"
Mendengar jawaban tidak mengenakkan tersebut, Marvin sontak memukul bokong Gianna menggunakan tangannya yang lain hingga membuat tubuh wanita itu tersentak dan sedikit terdorong ke depan membentur tubuh tegapnya.
Sebenarnya Marvin tidak terlalu mempermasalahkan kepergian Gianna. Tetapi fakta bahwa semalam wanita itu pergi ke luar kota hanya berdua dengan seorang pria, itu adalah masalah utamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanfictionMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022