Enam

30 8 2
                                    

Hari sudah menjelang subuh, tepatnya pukul 04.00 dini hari, Shauqi terbangun dari tidurnya melihat ke arah jam dinding, ternyata sudah pagi, ia bergegas bangun namun badan nya terasa pegal karena semalam tidur di sofa.

Melihat ke arah Nafia yang masih tertidur pulas, Shauqi berjalan mendekatinya.

"Bangun sudah subuh" ucap Shauqi, namun tidak ada balasan dari Nafia

Shauqi menggerakkan bahu Nafia agar istrinya segera bangun.

"Enghh..." Nafia menggeliat

"Bangun" ucap Shauqi

"Apaan sih, ini masih malem jan ganggu tidur gue ah"

"Bangun atau saya siram dengan air dingin"

Mendengar hal itu Nafia bergegas bangun dari tempat tidur nya.

"Iya gue bangun, nih liat dah bangun gue" ucapnya seraya mengucek matanya

Hoaammm...

Shauqi sudah selesai mengambil wudhu, dan melihat Nafia yang masih memejamkan mata sambil terduduk di tepi ranjang.

"Cepat ambil wudhu" ucap Shauqi

Nafia bergegas mengambil wudhu ke dalam kamar mandi.

Nafia berjalan keluar kamar mandi dengan nyawanya yang sudah terkumpul melihat suaminya mengenakan baju koko.

"G-ganteng banget busett" mulutnya menganga lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"G-ganteng banget busett" mulutnya menganga lebar

"Ini mukenah nya, cepat pakai" Shauqi memberikan mukenahnya. Iya kemarin malam orang suruhannya membawakan baju ganti dan alat sholat ke kamarnya, tak lupa ia menyuruh orang membelikan baju ganti untuk istrinya juga.

"A-ah iya"

Nafia segera mengenakan mukenahnya, dan mereka berdua melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Setelah sholat Nafia ingin menyalami tangan suaminya, namun ia gengsi ya jadinya tidak jadi salim deh.

******

Mereka berdua sudah check out dari hotel dan sekarang perjalanan menuju rumah Nafia untuk mengambil barang-barang nya, karena hari ini Nafia pindah ke rumah suaminya. Shauqi memiliki rumah sendiri namun jarang ia tinggali, ia lebih memilih tinggal di apartemennya.

"Nanti mampir di tukang bubur depan sana ya" Sedari tadi ia dan suaminya belum sarapan, karena Nafia tidak ingin sarapan di hotel, ia ingin sarapan bubur di tempat langganan.

"Nah tuh yang jual berhenti disini aja"

Shauqi memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Mang buburnya dua yah yang satu ga pake kacang"

"Lo pake kacang apa ga?" tanya Nafia

"Terserah"

"Yang satunya pake kacang ya mang" ucap Nafia

"Siap neng Nafi" ucap mamang bubur

Karena ini masih pagi jadi masih lumayan sepi pembeli bubur nya. Nafia dan Shauqi mengambil posisi duduk bersebelahan sambil menunggu buburnya.

"Ini neng geulis, buburnya udah jadi"

"Makasih ya mang"

"Ini siapa neng ganteng banget pacarnya ya" tanya mamang bubur

"Ini suami saya mang" ucap Nafia dengan mulutnya yang penuh bubur.

"Seriusan neng, wah selamat ya, semoga cepat dapat momongan"

Uhukk uhukk.....

Shauqi terdesak mendengar ucapan mamang bubur

"Eh ini minum dulu" Shauqi menerima air putih yang diberikan Nafia.

" Terimakasih" ucapnya

"Mamang lanjut buat bubur ya neng"

"Siap mang"

Setelah selesai sarapan, keduanya melanjutkan perjalanan ke rumah Nafia yang tak jauh dari tempat penjual bubur langganan Nafia.

Tok tok tok....

Raga membukakan pintu, melihat putri dan menantunya.

"Eh ayo masuk" ucap Raga

"Siapa pah?" sahut Rani

"Ada Nafia sama Shauqi mah"

"Assalamualaikum pah mah" ucap Nafia dan Shauqi bersamaan

"Waalaikumsalam"

"Eh ada kalian, ayo duduk"

"Kami kesini tidak lama pah, hanya mau mengambil barang Nafia" ucap Shauqi

"Nafia ke atas dulu ya mah pah"

"Ayo sayang mamah bantu mengemas baju kamu" ucap Rani mengikuti Nafia yang menuju kamarnya.

Nafia membuka pintu kamarnya, ia merasa sedih karena tidak akan tidur di kamar ini lagi, matanya melihat setiap sudut kamarnya, kamar ternyaman yang Nafia punya.

Kenangan nya waktu kecil di kamar ini sangat banyak, mengecat tembok bersama papahnya, menata foto polaroid bersama mamahnya dan masih banyak kenangan lagi.

Perlahan air mata Nafia membasahi pipinya yang memerah, sungguh ia tidak ingin meninggalkan kamarnya ini.

"Nafia, jangan sedih sayang, Nafia masih bisa tidur di kamar ini kapanpun kamu mau" ucap Rani seraya memeluk putrinya

"Nafia mau tinggal sama mamah papah aja, Nafia gamau ikut Shauqi" ucapnya tersedu-sedu

"Eh anak mamah ga boleh gitu, Nafia sekarang sudah menjadi istri Shauqi, jadi harus nurut dengan suami"

"Mamah yakin Nafia tidak akan kesepian disana, ada Shauqi yang menemani kamu"

"Mamah yakin perlahan cinta di antara kalian akan tumbuh dengan berjalannya waktu" batin sang mamah

Setelah selesai mengemas barangnya, Nafia turun ke bawah, meminta tolong pada Shauqi untuk dibawakan barangnya ke dalam mobil.

"Tolong bawain barang aku dong" ya Nafia memanggil aku kamu jika dihadapkan orang tuanya.

Shauqi segera membantu Nafia membawa barangnya ke dalam mobil.

"Pah mah, kami harus pamit sekarang, karena Shauqi masih ada urusan" ucap Shauqi

"Yah padahal mamah masih kangen sama kalian"

"Yaudah gapapa, hati hati ya, papah yakin kamu bisa jagain Nafia dengan baik, kami titip Nafia ya" ucap Raga.

"Sering sering berkunjung kesini ya" ucap Rani

Keduanya berpamitan dan menyalami tangan Raga dan Rani.

"Nafia bakal sering berkunjung kesini, Nafia bakal kangen sama mamah sama papah juga" mata Nafia berkaca-kaca

"Sayang ga boleh nangis, anak mamah kan kuat masa cengeng, malu tuh diliatin suami kamu",Rani mengusap pipi putrinya.

keduanya berjalan memasuki mobil, Nafia membuka kaca mobil, mengeluarkan kepalanya dan melambaikan tangan ke arah orang tuanya. Perlahan mobil Shauqi berjalan meninggalkan halaman rumah.

_
_
_
_
_
_

Yang udah mampir ke cerita aku jangan lupa follow, vote n comment ya bestiee




















ShafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang