MAWAR baru saja menyelesaikan seluruh perlengkapan presentasinya. Sesuai janji, hari ini ia dan Rudi akan melanjutkan rapat mereka yang kemarin. Tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangannya dengan terburu-buru, Mawar kaget bukan kepalang. Namun Rudi terlanjur terlihat di balik pintu untuk membayar kekagetannya. "Astaga, kamu bikin kaget aja, Mas Rudi," dumel Mawar menyambut kedatangan Rudi.
"Kaget? Oh, maaf, maaf. Saya gak bermaksud bikin kamu kaget. Kamu-nya aja yang terlalu serius," jawab Rudi sambil memasuki ruangannya.
"Tumben lama datangnya, biasanya pagi-pagi bener udah nyampe di kantor," timpal Mawar.
"Iya, soalnya tadi saya telat bangun. Terus di base camp sejuk banget, bikin tidur makin nyenyak." Ia duduk berhadapan dengan Mawar, sedangkan Mawar masih sibuk mempersiapkan in focus-nya. "Ha? Tidur di base camp? Emangnya kamu bisa ya tidur di base camp? Kenapa gak tidur di villa?" ucap Mawar menghentikan sejenak kegiatannya, seakan ingin menunjukkan ekspresi kagetnya.
"Bisalah, emang mentang-mentang saya anak orang kaya terus saya gak bisa tidur di base camp?"
"Ya bukan gitu. Tapi berpanas-panasan ngawas peternakan aja ogah-ogahan. Yakin mau tidur di kamar sempit, sederhana, gak ada ac, tempat tidurnya juga spring bed zaman bahorok. Aku jadi penasaran, ada apa gerangan?" goda Mawar.
Tiba-tiba Angie menyelonong masuk ke ruangan Mawar. "Oh, jadi gak bisa ditelfonin dari tadi ternyata kamu di sini?" labrak Angie dengan nada tinggi.
Emosi Rudi seketika tersulut saat mendengar ucapan Angie. "Kamu ini baru datang kok bikin masalah sih?" balas Rudi dengan nada yang tak kalah tinggi. "Rud, kamu ini kenapa, sih? Aku datang jauh-jauh dari Jakarta ke sini, tapi kamu malah pergi dari villa. Terus kamu enak-enakan duduk di sini sama perempuan ini, sementara telfon aku gak kamu angkat!" Angie semakin emosi.
Rudi mendekati Angie, setali tiga uang Mawar juga menyusul langkah Rudi. "Jaga omongan lo ya, Gie! Gue emang pergi dari villa, tapi gue di sini sama Mawar karena ini jam kerja dan kami bicara soal pekerjaan!" jawab Rudi pula dengan amarah yang menyala-nyala. Mawar buru-buru menutup pintu ruangannya, takut terdengar oleh karyawan-karyawan lainnya. "Kenapa sih, lo tutup-tutup pintu? Lo berdua mau keroyok gue di sini?" bentak Angie pada Mawar.
"Iih, anak ini!" ucap Rudi sembari hendak menampar Angie, namun Mawar berhasil mencegahnya. "Mas, Mas, jangan. Tahan emosi kamu, Mas. Ingat, kita masih di kantor. Kalo karyawan lain mendengar ada keributan dengan kekerasan di sini, itu bisa menurunkan kewibawaan kamu sebagai pemimpin perusahaan di peternakan ini," bujuk Mawar setengah suara namun tegas di telinga Rudi. Rudi menurunkan tangannya, mulai meredam emosinya dan kembali duduk.
"Aku gak tahu masalah kalian apa, tapi aku minta jangan ribut-ribut di kantor. Jaga juga emosi kalian masing-masing, hati boleh panas tapi kepala harus tetap dingin," lanjut Mawar sambil menghadap Angie, berusaha menengahi mereka. Angie yang sejak tadi memandangi Mawar dengan wajah tidak senang menjawab, "Heh! Lo ini bego' apa pura-pura bego', sih? Lo pikir kita berantem itu kenapa, ha?!" Mawar terdiam mendengar ucapan Angie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure, It's a Truly Love [On Going - Segera Terbit]
RomanceRange 15+ Bangkrutnya pemilik peternakan kuda tempat Mawar bekerja, seperti menjadi skenario Tuhan untuk mempertemukannya dengan Rudi. Mawar dengan segala keunikannya berhasil mengambil tempat istimewa di hati Rudi. Sayangnya, peternakan kuda yang d...