Ujian Akhir Madrasah semakin dekat datangnya, santri-santriwati semakin giat memahami materi-materi yang pernah diajarkan kepada mereka. Demi mendapatkan nilai yang terbaik, dan menunjukkan kepada orang tuanya, bahwa jauh-jauh mereka belajar, tak sia-sia hasilnya. Mereka bisa membanggakan orang tuanya.
Mereka tak kenal lelah belajar, belajar, dan belajar siang dan malam. Tanpa terkecuali. Mereka yang terkenal agak bandel pun mendadak menjadi lebih bijak dalam membuat kebijakan belajarnya. Kelas 12, jadi penuh dengan keseriusan akhir-akhir ini.
Upacara pagi ini, tak luput dari wejangan yang menguatkan santri dan santriwati untuk tetap semangat dan belajar, terutama menguatkan ibadah kepada Allah, agar mereka bisa mendapatkan kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan soal-soal pada ujian nanti. Dengan penuh pengayoman, Ustaz Malik menyampaikan nasehatnya. Santri dan santriwati, mendengarnya dengan khidmat.
Rangkaian upacara terus berlanjut, hingga sampai di bagian pengumuman.
"Bismillahir-rahmanir-rahiim." Ustaz Jamal naik ke atas podium untuk memberikan pengumuman yang sangat dinanti-nantikan oleh peserta eskul tahfidz angkatan ketiga. Final, dari ikhtiar dan tawakal mereka selama tiga tahun di Pesantren Ar-Rahiim.
"... Izinkan ana, selaku pembina esktrakulikuler Tahfidz berbicara di sini," ucap Ustaz Jamal membuat jantung anak eskul tahfidz semakin berdebaran. "Tidak terasa, tiga tahun sudah kami membina santri dan santriwati angkatan ketiga yang kami banggakan. Santri dan santriwati yang insyaallah saleh dan salehah, yang akan menjadi penyampai keindahan kalam-Nya, yang akan menjadi penebar cinta dari ayat-ayat-Nya."
"Masyaallah ... Kami, asatidz sangat-sangat bangga dengan kalian. Barakallah 'alaykum. Doa kami, semoga kalian senantiasa menjaga hafalan kalian, dan yang terpenting adalah mengamalkannya. Sebab, tak ada artinya, ilmu tanpa pengamalan."
"Ana ucapkan selamat dan barakallah! Alhamdulillah, peserta eskul Tahfidz angkatan ketiga, baik ikhwan maupun akhwat, seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, kalian ...," Ustaz Jamal terlihat penuh dengan rasa haru saat akan menyampaikan kata-kata selanjutnya, "kalian telah menyempurnakan hafalan dan juga sampai pada target yang telah ditentukan. Alhamdulillah, semua peserta berhak mendapatkan reward, berupa beasiswa kuliah ke Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir; uang senilai dua puluh juta rupiah; hadiah umrah; dan lulus tanpa mengikuti Ujian Akhir Madrasah."
Riuh tepuk tangan memenuhi lapangan Pesantren Ar-Rahiim. Tetesan air mata pun tak ayal mengalir membasahi pipi para peserta. Kalimat syukur pun terpanjatkan kepada Sang Pencipta lewat sujud syukurnya.
"Sesungguhnya, hadiah-hadiah tersebut bukanlah apa-apa, dibandingkan dengan keutamaan yang jauh lebih besar dan lebih indah yang akan diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Semoga, hadiah dari kami yang seadanya ini, bisa menjadi berkah untuk kita semua."
Kegiatan upacara kali ini, berlangsung lebih lama. Sebab, setelah penyampaian pengumuman, akan ada serah terima hadiah dengan para peserta eskul Tahfidz.
Tak ada yang bosan menyaksikannya, semua peserta betah menyaksikannya dengan rasa kagum dan pujian yang terucap untuk-Nya. Pesantren Ar-Rahiim, memang bukan pesantren biasa.
...
Aliya, Fatma, Nazwa, Queen, Zia, kemudian Badrun, Ghani, Hikam, Zivan, dan Salman, duduk rapi di aula setelah salat zuhur tiba. Ada acara khusus untuk mereka siang ini, orang tua mereka akan datang dan melihat hasil dari ikhtiar anaknya selama tiga tahun dalam mengikuti eskul tahfidz. Semua tampak berbahagia dan mengenakkan baju terbaik mereka untuk acara wisuda para hafizh Al-Qur'an ini. Para akhwat mengenakkan gamis dan khimar hitam, sedangkan ikhwan, mengenakkan kemeja putih, celana hitam, dan kopiah hitam.
Sementara itu, orang-orang di asrama putri tengah menyiapkan bingkisan untuk mereka. Mereka akan membuat buket bunga, yang bunganya baru saja dipetik di kebun oleh Mang Aang—tukang bersih-bersih di Pesantren Ar-Rahiim—dan buket makanan. Uang dalam pembuatannya berasal dari kas kelas, kas asrama, dan ada juga yang mengeluarkan uang pribadinya untuk memberikan hadiah.
Seperti halnya Rahma, ia memakai uang pribadinya untuk membuat dua buket cantik. Buket boneka, cokelat, dan bunga, satunya lagi buket makanan ringan. Rahma memang benar-benar terniat.
Di asrama putra, mereka juga menggunakan uang kas kelas dan asrama, serta ada juga yang mengeluarkan uang pribadi, untuk memberi hadiah pada teman-teman mereka yang hafizh Al-Qur'an. Namun, bentuknya jelas bukan buket. Melainkan, barang yang dibungkus dengan kado. Isinya, tak jauh dari sajadah dan sarung, juga baju koko. Namun, ada juga yang memberikan makanan, perlengkapan mandi dan mencuci baju, serta perlengkapan sekolah.
"Paket udah nyampe," ucap Alvin yang baru saja datang ke halaman asrama putra yang dipenuhi kesibukan santri-santri yang sedang membungkus kado.
"Paket apa tuh, A Alvin?" tanya adik kelasnya yang bernama Togar.
Alpha yang selalu membersamai Alvin, langsung menjawab pertanyaan Togar, "Ini hadiah tambahan untuk hafizh-hafizh kita, dari salah satu donatur pesantren ini."
"Wah, apa tuh?"
"Iya, jadi penasaran!"
"Hp kah?"
"Emas?"
Riuh orang-orang penasaran dengan isi dari paket yang Alvin bawa.
"Ini tuh isinya jam eksklusif, stoknya terbatas," jawab Alvin.
"Wiih, jam branded!"
"Masyaallah ... enak, ya, jadi hafizh Al-Qur'an!" celetuk seorang santri yang masih kelas 10.
"Ya, setiap hal juga pasti ada tantangannya. Jadi hafizh Al-Qur'an tuh bukan semata bisa dapet hadiah-hadiah kayak gini, tapi juga harus bisa jaga niat. Menjaga keikhlasannya," komentar Alvin.
"Sama harus jaga hafalan juga, harus mau meluangkan waktu untuk muroja'ah," tambah Alpha.
"Ooh, iya, ya .... Siap deh, A!"
***
—
Bahkan, seorang hafizh Al-Qur'an pun perlu diingatkan. Sebab, ia juga manusia, yang tak luput dari khilaf dan salah.
—
•
•
•Setuju?
Makasih lho sudah sejauh ini baca cerita BPB (akronim dari Bukan Pesantren Biasa)🤭🤗
Semoga banyak manfaat yang bisa kalian petik di sini
To be continue ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pesantren Biasa✓
Espiritual[COMPLETED] Alvin Fauzi, anak lulusan SMP yang terhalang restu untuk masuk ke sekolah elit impiannya, karena posisinya sebagai anak tiri keluarga Amarta membuatnya tidak bisa mendapat kemewahan seperti adik-adiknya. Hanya ibunya saja, yang sebatas I...