Pelakor?
Sudah sebulan kami tinggal di Stuttgart, Jerman. Di sini aku otomatis menjadi pengangguran yang tidak banyak kerjaan selain pekerjaan rumah tangga yang belum terlalu banyak karena kami masih berdua.
Aku berangkat ke Jerman hanya satu minggu setelah berhenti kerja. Sebenarnya sedih banget harus berpisah dengan teman-temanku di Marketing. Tapi aku juga senang karena akan bersama Mas Adit di sini.
Kami tinggal di apartemen satu kamar di daerah Fassanenhof. Apartemen di sini kebanyakan bukan apartemen yang tinggi seperti di Jakarta tapi biasanya hanya setinggi lima lantai. Dan masih banyak yang tidak menggunakan lift seperti apartemen yang kutinggali. Untung saja kami tinggal di lantai dua. Oh iya, di Jerman kita menyebut apartemen dengan Wohnung.
Dinda juga tinggal di komplek apartemen yang sama dengan kami, masih satu gedung hanya beda lokasi pintu masuk ke kelompok unitnya saja. Komplek apartemen kami setinggi lima lantai dan memanjang ke samping, yang terdiri dari unit pojok kanan, tengah dan pojok kiri. Apartemenku di pojok kiri sedangkan Dinda di bagian tengah.
Ketika aku sudah kehabisan pekerjaan rumah aku mengisinya belajar membuat kue atau memasak. Di sini bahan kue mudah sekali didapat dan dapur dirumahku juga sudah dilengkapi oven.
Selain itu aku menghabiskan waktu dengan membaca novel baik novel online ataupun novel dalam bentuk ebook sambil duduk-duduk di taman depan Wohnung. Enaknya di Jerman itu banyak taman. Apalagi saat ini cuaca sudah mulai sejuk karena sudah masuk bulan September yang berarti musim gugur akan segera datang.
Kalau waktu kami pertama kali datang di bulan Agustus cuacanya masih cukup panas. Apalagi di sini jarang sekali orang memasang AC di tempat tinggalnya termasuk apartemen tempatku tinggal. Alhasil aku dan Mas Adit memakai baju minim terus kalau di dalam rumah.
Tapi waktu pertama kali kami tiba di sini baru saja ada badai di beberapa wilayah Jerman jadi suhu di malam hari menjadi cukup dingin. Aku jadi teringat malam kami tiba di sini.
Aku, Mas Adit dan Dinda berangkat dengan menggunakan pesawat yang sama. Tapi aku dan Mas Adit pergi dengan kelas bisnis. Gak beli sendiri tapi dibelikan oleh Ayah dan Ibu. Mereka bilang hadiah pernikahan.
Waktu pertama kali menjejakkan kaki di Jerman, kami tiba di Bandara Frankfurt pukul dua belas malam. Lalu kami pindah ke stasiun kereta bandara Frankfurt yang menjadi satu dengan bandara untuk menunggu kereta ICE jurusan Stuttgart HBF yang ternyata dibatalkan dua kali sehingga kami baru bisa naik di jam setengah tiga pagi. Kami sebenarnya sudah membawa jaket musim gugur yang lebih tipis. Tapi malam itu suhu menyentuh angka delapan derajat. Kami bertiga menggigil menunggu kereta meskipun sudah memegang kopi atau cokalat panas di tangan.
Kami sampai pukul enam pagi di apartemen. Untung saja sebelumnya Mas Adit sudah memberitahu pihak kantornya jam berapa kami tiba. Jadinya ada orang yang memberikan kunci apartemen kami.
Yang terakhir aku juga jadi lebih sering menonton drama, baik drama korea, indonesia atau pun drama barat. Aku kebanyakan nonton drama-drama yang sedang happening meskipun aku juga menonton beberapa drama lama.
Nah, masalahnya muncul di sini. Lately, entah kenapa tema novel dan drama itu dihiasi oleh tema perselingkuhan. Awalnya aku masih bisa mengikuti kalau cara membawa ceritanya bagus atau aku suka pemainnya. Tapi lama-lama aku malah jadi overthinking.
Dan yang bikin aku kesel tuh pas ada drama adaptasi dari buku yang aku suka banget, terus season satunya aku juga suka, gak kecewa-kecewa banget sama adaptasinya. Eh, pas season dua dia malah mengangkat tema orang ketiga. Ada cerita yang aku suka juga begitu. Sedih banget karena akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengikutinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)
ChickLit"Vin, Vini!" panggil seorang anak cowok dari kelas sebelah saat kami sedang istirahat. "Apa sih?!" sahutku jengkel. "Adit bilang, dia suka sama lo, Vin!" lanjut anak cowok tersebut sambil tertawa. "Cie.....!" sorak anak-anak lain yang mendengar per...