62. Harusnya aku?

749 145 14
                                    

"Dim, ngapain lo malah mukul Bagas segala? Gue udah bilang sama lo biar gue yang ngatasin dia, Dim."

Dimas menyugarkan rambutnya. "Gue enggak mau lo kenapa-kenapa karena nanti Zidan marah sama gue. Sikap Bagas sudah keterlaluan banget sama lo sebaiknya lo berhenti ngejar dia yang sudah gila."

Noval, Arya, dan Arka menyetujui apa yang dikatakan Dimas. Mereka tidak mau kalau Lia harus mengeluarkan air mata lagi hanya untuk memperjuangkan seorang cowok yang kini hatinya untuk orang lain.

"Lo semua nyuruh gue jauhin Bagas?"

"Lo mau sampai kapan nyakitin diri lo sendiri?"

Pertanyaan itu terlontar dari Arya yang tengah asyik bermain game bersama Noval. Arya meletakkan ponsel ke meja, lalu dia beralih menatap Lia yang diam.

"Gue capek, tapi gue enggak akan nyerah."

Selepas mengatakan itu, Lia buru-buru pergi ke lapangan lantaran jam olahraga akan segera dimulai. Gadis cantik yang mengenakan kaos olahraga, serta rambut yang dikuncir sama sekali tidak memedulikan orang-orang yang terus berbisik saat Lia melewati koridor menuju lapangan basket SMA Bramasta.

Salsa bertepuk tangan kala Bagas berhasil memasuki bola ke ring dengan sangat mulus. Cowok itu juga turut menatap Salsa. Namun, pandangannya beralih kala seorang gadis cantik memasuki lapangan. Manik hitam miliknya sama sekali tidak mau beralih menatap Lia sehingga akhirnya Bagas sama sekali tidak fokus bermain basket dan menyebabkan timnya kalah.

"Lo lihatin siapa sih? Tim kita jadi kalah!" decak Deo.

"Sebenarnya cewek itu siapa?" gumamnya.

Bunyi peluit yang dibunyikan guru olahraga terdengar memekakkan telinga. Pertanda, kalau siswa-siswi kelas XII IPS 3 harus segera berkumpul untuk pemanasan. Olahraga Minggu ke dua di semester genap adalah lari mengelilingi lapangan sebanyak empat putaran untuk cewek dan enam putaran untuk cowok.

"Salsa, kamu kuat?" tanya Pak Ridwan ketika Salsa berjalan menuju garis start.

Gadis itu mengangguk. "Boleh, kan?"

"Kalau enggak kuat sebaiknya langsung minggir ke lapangan. Kamu itu masih lemah," ucapnya.

"Ntar malah bikin repot," gumam Lia.

Ratu menempeleng kepala Lia. "Kan, udah jadi kebiasaan Salsa suka repotin orang, Lia," ucapnya.

Lia tertawa terbahak-bahak. Dia seperti sudah melupakan apa yang terjadi tadi saat jam istirahat. Anggota inti Graxtual kecuali Bagas yang melihat Lia tertawa pun turut bahagia karena tawa yang hilang akhirnya terlihat kembali meski mata gadis itu menyimpan banyak luka yang menyakitkan.

****
"Gila! Dimas mukul Bagas?"

Regan mengangguk antusias. "Iya, Raja. Gue dapat info dari tetangga gue yang sekolah di sana. Katanya karena Bagas ngomong yang enggak-enggak sama Lia."

Raja meletakkan secara kasar gelas yang sejak tadi dia genggam. "Ngomong apa dia?" tanya Raja penasaran.

"Bagas nanya harga diri Lia--" Regan terkejut lantaran tiba-tiba Raja menggebrak meja cukup keras.

"Bangsat!" umpat Raja tak tertahan.

Raja sama sekali tidak menghiraukan teriakan satpam SMA Cakrabuana. Kali ini, yang ada dipikirannya hanyalah Lia, Lia, dan Lia. Dia tidak mau kalau gadis yang dia sayangi itu kenapa-kenapa.

Tangan Bagas terangkat menyelipkan anak rambut Salsa ke belakang telinga. Hal tersebut, membuat siswa-siswi SMA Bramasta yang tengah di kantin berteriak histeris. Berbeda dengan Lia yang menghentakkan kakinya dengan sebal kala baru saja menginjakkan kaki di sana. Olahraga hari ini benar-benar membuat gadis itu kelelahan. Peluh dari dahi dan leher gadis itu benar-benar terus bercucuran. Biasanya yang suka mengusap peluh gadis itu adalah Bagas.

A&B | Kita Belum Usai [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang