9. Dia?

171 21 29
                                    

💙Selamat Membaca💙

Bruk.

Daru meletakkan tas sekolahnya dengan asal di sofa ruang tamu kemudian dia berjalan ke ruang makan untuk mengambil air dingin dari kulkas. Entah mengapa hari ini dia merasa sangat haus. Mungkin karena udara saat ini memang panas dan membuat keringat keluar secara berlebih.

"Lho, udah pulang! Kok Ibu gak denger salam tadi?"

"Baru saja, kok,  tadi Daru  udah ngucapin salam, kayanya Ibu nggak denger!"

"Masa? Mungkin pas Ibu lagi di dalam kamar mandi, ya?"

Daru mengangguk, "iya mungkin, Bu."

Anak itu kembali meneguk air dingin dalam gelas, tetapi karena tergesa dia sedikit tersedak.

"Minumnya pelan-pelan, Nak!"

"Hehehehe, iya Bu, tapi Daru haus banget!"

"Emang tadi istirahat nggak beli minum, kok bisa kehausan banget kaya gitu?"

"Beli kok, cuma aku salah sih, harusnya tadi beli air mineral bukan es teh, habis minum es malah tambah haus."

"Hemm, besok bawa bekal minum aja kalau gitu?"

"Enggak ih, kaya anak TK aja. Malu, Bu!" Daru langsung menolak dengan wajah yang di buat seolah-olah "ngeri" dan hal itu membuat Keshwari tertawa karena wajah Daru terlihat lucu.

Setelah merasa hausnya berkurang, Daru kembali ke ruang tamu untuk mengambil tas yang tadi dia letakkan di sana.

Keshwa mengikuti langkah anak semata wayangnya, "gimana sekolahnya?"

"Ya begitulah, biasa saja," jawab Daru asal.

"Betah?"

Daru mendesah, bukan karena marah tetapi dia sedikit kesal dengan pertanyaan Ibunya. "Baru juga tiga hari, Bu. Lagian kalau gak betah emangnya boleh pindah atau balik lagi ke Semarang?"

"Ya 'kan Ibu cuma nanya, Daru!" Keshwa gemas dengan sikap putranya  dia berkata sambil mencubit lengan anak itu.

"Aduh, sakit, Bu!" Daru mencoba menghindar.

"Ya makanya, gimana sekolahnya!" cecar wanita yang masih terlihat awet muda walau sudah memiliki anak remaja itu.

Sambil mengusap bekas cubitan Ibunya, Daru menjawab, "sejauh ini, biasa saja. Ibu nggak perlu khawatir, oke!" yakin Daru.

"Nggak ada yang usil di sekolah?" Rupanya Ibu belum puas.

"Nggak, dan kalau pun ada aku bisa ngatasin, kok!" jawab Daru mantab.

Keshwa mengangguk, seperti itulah Daru, selalu berusaha mengatasi semua masalahnya sendiri dan terlihat tidak terlalu nyaman jika sudah ditanya tentang hal yang terjadi di sekolah.

Entah harus merasa beruntung atau sedih, bahkan sejak SD Daru sudah mandiri. Anak itu terlihat pendiam dan kalem, tetapi jika ada yang mengganggunya apalagi jika terlalu berlebihan maka dia tidak segan-segan untuk menghadiahkan bogem pada orang yang mengganggunya.

"Bu, masak apa?" tanya Daru tiba-tiba.

"Sayur sop sama ayam goreng."

"Ada sambel?"

"Ada, awas lho sayurnya di makan!"

"Nggak mau, aku 'kan gak suka sayur sop, Bu!"

"Kamu tuh, ya! Semua sayuran juga nggak ada yang suka. Makan kok maunya yang kering-kering aja. Pantes badannya kurus gini!"

Daru hanya mengedikkan bahu mendengar kata-kata dari Ibunya. Dia memang tidak suka makan sayuran, rasanya aneh menurutnya. Selang beberapa saat Daru berdiri dan bersiap masuk ke kamar untuk berganti baju lalu makan mengabaikan Ibunya yang sedang menasehati.

Bukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang