4

2.8K 157 1
                                    

Seharian penuh disekolah, tanpa melakukan hal biasanya, merudung, memalak, dan mencari cari masalah baru pada para korban. Bosan. Rasa bosan mulai menyelimuti aktivitas barunya.

Jam istirahat yang sudah dimulai semenjak 5 menit yang lalu, yang biasanya mereka akan mengganggu atau mencari masalah disekolah ini, harus diurungkan. Mengingat hukuman yang akan membuat 8mereka menjauh dari kakak tercinta.

"Haaah~"

Helaan nafas untuk kesekian kalinya yang keluar dari belahan bibir si kembar, sembari menengadahkan kepala juga memejamkan mata mereka. Ditemani hangatnya sinar mentari, cerahnya langit, juga angin semilir yang menerpa, membuat si kembar nyaman akan posisi mereka saat ini.

Duduk disofa bekas yang masih bisa digunakan dan sengaja diletakkan diatas gedung sekolah, menjadi tempat kedua bagi si kembar untuk mengistirahatkan pikiran mereka selain gudang sekolah.

"Jeno~ aku bosan~" rengek Jaemin

"Jeno~"

"Jeno~ya~"

Jaemin yang sedari tadi memanggil kembaran yang tak menjawabnya mulai kesal. Ia menegakkan tubuhnya, menatap tajam Jeno yang masih terpejam. Terlintas pikiran jahil yang tersemat dalam otak Jaemin. "Jeno! Bangun! Ada kebakaran!!" Jaemin menggoyang goyangkan tubuh Jeno. Dan tetap saja, Jeno tak bergeming sama sekali.

"Oi! Jung Jeno! Kau sudah mati?!" Seru Jaemin, ia mulai panik. "Jung Jenoo!!" Jaemin berteriak tepat ditelinga kembarannya yang berhasil membuat Jeno terbangun dan meresa sebal "tck, kau ini berisik sekali! Aku berusaha untuk tidur tahu!" Seru Jeno.

"Aku bosan, apa kau tidak bosan?"

"Kalau kau bosan, loncat saja dari atas sini. Mungkin kau bisa menemukan tempat baru yang kau sukai"

Jaemin mendesis dan menampar pundak kembarannya yang membuat Jeno meringis. Disaat yang sama, muncul lah makhluk laki laki berbadan manusia tapi terlihat mungil berjalan mendekati mereka dengan membawa bungkusan ditangannya.

"Ini" ucapnya seraya menyerahkan bungkasan itu kearah sikembar. Jaemin menerima bungkan itu, dan melihat kedalam isinya. Bungkusan yang berisi 4 bungkus roti juga 2 kotak susu coklat. "Meskipun kalian tak memiliki mangsa lagi, belajarlah untuk membeli makan sendiri!" ucap makhluk mungil itu.

Jaemin menatap sinis makhluk dan mengambil satu bungkus roti, lalu memakannya. Renjun, si makhluk mungil itu, duduk dibawah dekat sofa, dengan punggung yang disandarkan pada kaki Jaemin yang teruntai dibawah.

Renjun ikut mendongakkan kepala, niatnya ingin menatap langit biru, tetapi ia malah menangkap siluet Jaemin yang sedang dengan nikmatnya memakan roti pemberian darinya. Renjun menatap lamat lamat rupa yang ia anggap sahabatnya itu, tanpa ia sadari ia merasakan gejolak aneh dalam dadanya.

Jaemin yang sedang asyik memakan rotinya, menatap kembali Renjun yang masih menatapnya "apa?" ucapnya spontan. Renjun menundukkan kembali kepalanya, menghindari tatapan mata Jaemin.

Debaran jantung yang kencang, Renjun menekan dadanya takut jika Jaemin bisa mendengarkannya "a-aku pergi dulu" ucapnya lalu pergi meninggalkan si kembar, juga Jaemin yang menatap Renjun dengan heran.

Seperginya Renjun, Jeno terbangun dari tidurnya. Tidur dengan posisi kepala menengadah, membuat lehernya pegal juga sakit. Jeno melirik bungkusan yang ada dipangkuan Jaemin, dan merebutnya. Mengambil 1 bungkus roti dan memakannya.

Si kembar kini sedang menikmati roti mereka juga susu coklat mereka. 4 bungkus roti, dan 2 kotak coklat berukuran sedang untuk mereka. "Ngomong ngomong, ini dari siapa?" tanya Jeno dengan mulutnya yang penuh dengan roti.

Jaemin menghentikan mengunyah roti yang ada dalam mulutnya, dan menatap sinis kembarannya. Menatap heran Jeno yang masih dengan nikmatnya mengunyah roti dalama genggamannya. "Kau sudah memakannya, dan baru menanyakan nya? Harusnya kau tanya dulu baru makan!"

Jeno tak menghiraukan ucapan Jaemin, ia terus mengunyah roti itu sampai habis "jika tak mau memberitahu, ya sudah" Jeno memasukkan kembali tangannya kedalam bungkusan itu guna mengambil roti dan susu kotak.

Suasana damai diatap sekolah, membuat si kembar kembali merasakan bosan setelah selesai menghabiskan bingkisan yang dibawa oleh Renjun. "Jaemin...." seperti yang dilakukan Jaemin tadi, Jeno melakukan hal yang sama.

"Jaemin.... "
"Oii... "
"Jaemin... "

Jaemin yang sedari tadi bermain dengan poselnya mulai jengah dengan kembarannya "tck! Berisik! Bisa kau diam?!" ucap Jaemin dengan nada kesalnya. Jeno tak memperdulikan ucapan kembarannya.

"Jaemin, bagaimana setelah ini kita pergi ke warnet?"

Jaemin menoleh kearah Jeno, mata tajam Jaemin yang tak membuat Jeno takut sedikitpun "kau lupa kalau akan ada pengawal yang menjemput kita?" pening dikepala Jeno mendadak meyerang mendengar pernyataan dari Jaemin.

Kringg... Kringg... Kriiinggg... Bunyi bel sekolah, pertanda bahwa jam pelajaran akan dimulai. Namun, kedua anak kembar sama sekali tak berkutik, malah mereka mengabaikannya. Renjun yang bertugas sebagai pengawas si kembar, muncul kembali kehadapan mereka untuk mengingat kan mereka.

"Kalian tidak kembali? Apa kalian ingin mendapat hukuman karena membolos?" ucap Renjun. Si kembar hanya menanggapinya dengan berdecih tak suka, lalu mereka bangkit dari tempat dan berjalan mendekati Renjun "Jangan peduli dengan kami! Jangan sok dekat dengan kami! Dan urus urusanmu sendiri!" tunjuk Jeno kearah Renjun.

Si kembar, meninggalkan Renjun sendiri diatap. Renjun meremat kedua tangannya untuk menahan amarah. Jika ini bukan karena keinginan kakaknya, juga kakak si kembar yang bergantung pada dirinya, ia juga tidak mau berurusan dengan si kembar. Renjun menyusul Jeno dan Jaemin ke kelas.

Sesampainya dikelas, si kembar yang disambut dengan tatapan ketakutan dari seisi kelas, berjalan masuk dengan angkuhnya. Tak ada sesiapapun yang berani mendekat kecuali Kim Renjun. Si kembar, duduk dibangku mereka bersamaan dengan munculnya Kim Renjun yang baru sampai.

Guru mapel jam ini, sudah mulai memasuki kelas dan siap memulai pembelajaran. Si kembar tak memperdulikan guru yang menjelaskan didepan. Dan guru yang didepan juga tak berani menegur mereka. Kebisingan yang diciptakan Jeno dan Jaemin mengganggu konsentrasi seisi kelas, banyak yang menatap kesal kepada mereka, tapi tak berani menegurnya.

Tatapan seisi kelas yang awalnya menatap kedua anak arogan itu, beralih menatap Kim Renjun yang sedang fokus memperhatikan. Renjun menghela nafas, paham akan maksud teman teman sekelasnya, Renjun berdiri dan berjalan menuju bangku Jeni dan Jaemin.

"Kalian, berhenti bermain ponsel! Kau mengganggu konsentrasi kami!" Teguran yang Renjun berikan, sama sekali tak berdampak untuk kedua saudara kembar itu. Mereka semakin asyik bermain dalam benda persegi dan pipihnya. Karena kesabaran mulai menipis, Renjun merebut paksa kedua ponsel anak kembar itu, dan langsung mendapat respon tidak suka dari mereka.

"Apa yang kau lakukan?! Jangan mengganggu kami!" ucap Jaemin yang langsung berdiri menghadap Renjun. Tatapan amarah yang Jaemin lemparkan, jujur saja membuat Renjun sedikit takut "kalian sangat berisik! Jika kalian masih ingin bermain, keluar saja dari kelas ini!"

Braak!!!

Our HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang