lembar ketiga belas; hujan lagi

112 83 12
                                    

Sinar cerah matahari mampu menipu beberapa dari mereka yang berpikir kalau hari ini hujan tidak akan turun. Nyatanya, langit kembali kelabu, jutaan bulir air mulai membasahi bumi.

Hembusan angin cukup kencang agaknya membuat khawatir berlebih dari diri serayu. "Agas, boleh terobos hujan gak sih?" Suara itu menyatu dengan suara hujan yang tercipta.

Bagas jelas menolak, akan lebih baik kalau dia dan Serayu duduk diam. Warung makan yang mereka tempati saat ini terbilang cukup aman, Bagas juga memaksa Serayu untuk mengisi perut terlebih dahulu. "Aku udah pesen ayam bakar. Minumnya teh anget, ya?" Si lelaki sempat menepuk pelan bahu Serayu yang melamun, tatapannya sayu. "Kamu sakit?"

"Ah, nggak."

"Terus kenapa ngelamun gitu?"

"Gapapa, Agas."

"Cerita atuh, jangan dipendem sendiri. Tadi ketawa-ketawa, sekarang mendadak senyap." Bagas tak melepaskan pandangannya, terus berfokus pada mata Serayu, ada kekhawatiran yang terlihat jelas.

"Tiba-tiba aku takut kalau liat hujan," katanya. Padahal dulu dia suka hujan, suka wangi hujan saat bersentuhan dengan tanah, suka pada gerimis yang perlahan membahasi rambut panjangnya.

"Takut itu manusiawi. Jangan terlalu dipikirin, selama ada aku, kamu aman." Sebisa mungkin Bagas meredam segala kegelisahan kasihnya.

Lantas, mereka menyantap apa yang telah dihidangkan. Enaknya ayam bakar tak seenak biasanya, ada hal yang membuat lidahnya jadi mata rasa. Bahkan, hatinya gundah gulana.

Serayu bingung. Perasaan aneh muncul tiba-tiba. Perasaan dimana otaknya berisik bukan main. Duduknya bahkan tak tenang.

"Sera? Kamu beneran gapapa?"

Yang ditanya jelas mengangguk, menjawab ada apa-apa pun dia bingung, Serayu saja tidak mengerti apa yang dia rasakan.

"Kayaknya aku cuma capek karena tadi lari-lari terus main layangan deh, mangknya hati aku sedikit gak tenang."

"Gak tenangnya kenapa? Takut? Apa yang kamu takutin?" Bagas berpindah posisi, mencoba mendekat, menepis jarak. "Sera, pikiran negatif atau apapun yang mengganggu kamu, jangan terlalu dipikirin."

"Iya, ini juga nggak dipikirin."

"Gimana ya? Mau pulang juga hujan." Bagas berpikir keras, mencari solusi. Serayu mungkin takut karena hujan cukup lebat, anginnya pun demikian kencang.

Setelah beberapa kali mencoba mencari letak dimana jaringan cukup stabil, Bagas sibuk mengetik pada ponselnya, meninggalkan Serayu sebentar.


Ikal berita bodong




Bagas
Kal |
Dimana? |


Dia tahu, Haikal itu tipe orang yang lelet dalam membalas pesan seseorang, kecuali pesan dari Serayu.

Bagas tak bergerak, takut kalau jaringannya kembali bermasalah. Kilatan petir tak ia hiraukan, beberapa pengunjung yang sama-sama terjebak hujan melayangkan tatapan sinis, Mereka kesal karena Bagas bermain ponsel saat hujan lebat seperti ini.

Haikal
| Rumah Gas
| Ngapain chat gue
| Gabut ya? Wk

Bagas
Sibuk? |

Ikal
| Sibuk tiduran
| Hujan

Bagas
Bisa jemput Sera gak? |
Dia mau pulang |

Rintik Sedu Di Kota Hujan [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang