enam

18 0 0
                                    


Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.

El mencium punggung tangan mamanya yang terpejam, "cepat sembuh ya, ma. El kangen kita bisa kumpul bareng lagi." Ia tersenyum memastikan bahwa dirinya tegar dihadapan sang ibu.

Setelah selesai dengan urusannya El langsung keluar, disaat itulah Rhea datang dan tersenyum manis kearahnya. "Makasi ya atas tumpangannya, dia jadi dapat perawatan dengan cepat."

"Gimana keadaannya?" Ujar El dingin.

Rhea lalu memainkan jarinya karena cemas,"Lukanya cukup banyak kayak habis di aniaya, gak ada keluarga atau teman yang bisa dihubungi, gue jadi khawatir." Entah kenapa ia merasa sesak saat mengatakan hal tersebut.

Melihat kecemasan diwajah Rhea, El jadi bingung, "kenapa? Ada masalah?"

Rhea dengan cepat menggeleng, "g-gue harus ke toilet dulu." Dengan tergagap Rhea lari dan meninggalkan El sendirian disana.

"Ada yang gak beres." Batin El lalu mengikuti Rhea ke toilet.

Disana Rhea tampak seperti kelagapan dan hilang arah. Ia beberapa kali memukul dadanya yang serat untuk bernapas, tidak hanya itu ia juga beberapa kali membasuh wajahnya.

El yang melihat langsung menenangkan Rhea. "Tahan, lo atur napas dulu." Ia menyandarkan Rhea ke dinding, membantunya untuk bernapas dengan normal.

Selang beberapa menit kemudian semuanya kembali normal, mereka duduk didepan ruangan Ola. "Gue bukan tipe yang suka ikut campur masalah orang, tapi melihat lo kayak tadi sepertinya ada hal yang terjadi sama lo, ada apa?"

Awalnya Rhea hanya bungkam, tapi jika dipikir-pikir kepada siapa lagi ia harus bercerita, orangtuanya juga sudah tiada. "Gue.. habis kehilangan orangtua gue, gue juga hampir dinodai laki-laki gak dikenal, dipukul bahkan disayat, gue takut..." Seketika Rhea langsung menangis.

El dapat mempercayai perkataan Rhea dengan melihat perban di beberapa lukanya, nasibnya hampir sama dengannya, Rhea bukan menceritakan tentang dirinya kan?

Disana El terus menggali dan mendengarkan cerita Rhea sampai selesai, ternyata dirinya tidak sendiri, ada gadis yang senasib dan bahkan sekarang jadi hidup sebatang kara.

Ditengah perbincangan tiba-tiba dokter dari ruangan Ola keluar, pria ber jas putih itu mengatakan jika Ola sudah bisa dilihat dan dijenguk, dan mereka berdua langsung masuk dan mengecek keadaannya.

Terlihat sangat lemah, El jadi ingat dirinya dulu. "Bagaimana keadaanmu?" Tanya Rhea dengan lembut.

Ola terdiam dan terus membungkam akibat kejadian hari ini yang membuatnya amat sangat malu.

Rhea dan El saling bertatapan, "Lo gapapa?" Tanya Rhea lagi pada Ola.

Melihat tidak ada respon dari Ola, El meminta Rhea untuk berhenti. Sepertinya gadis ini shock atau sedikit trauma makanya tidak bisa diajak bicara.

Rhea masih tetap ada di dekat Ola, bisa dibilang Rhea bisa mengganti sosok ibunya karena sangat perhatian, ia tak ingin beranjak dari Ola, ada naluri tersendiri yang membuatnya untuk tetap disini.

Sementara El disana malah duduk dan membuka sosial media sebentar sebelum kembali lagi ke kantor. Berita hangat pagi ini membuatnya terkejut bukan main, diberitakan disini bahwa ada gadis yang sudah membunuh ayah dan kakaknya sendiri di apartemen miliknya.

"Shenna.. dia?" Mata El langsung membesar, itu gadis yang masuk ke mobilnya tadi pagi.

"Ada apa?" Rhea mendekati El yang terkejut.

"Orang yang tadi masuk ke mobil gue sekarang ada dimana?" El langsung berdiri.

Rhea lalu menggeleng, "gue gak tau, tapi gue liat dia sama-sama masuk ke rumah sakit abis itu gak tau kemana."

R.O.S.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang