⚠️TRIGGER WARNING⚠️
❗BLOOD, MURDER, HARS WORD❗jika tidak suka dengan adegan tersebut, dipersilahkan untuk melewati BAB ini!
Selamat membaca~
🥀🥀🥀
Lynch mengabaikan Eldrick lalu menghampiri Preticia yang terlihat sangat kacau. Hatinya berdenyut sakit saat melihat Preticia yang bangkit duduk dengan kesulitan bernapas akibat menangis terlalu hebat. Ia terguncang dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Lynch memegang kedua pipinya, mengarahkan Preticia untuk menatap kedua matanya.
"Lihat aku ... lihat aku!" Preticia masih kesulitan untuk bernapas. "Aku ada di sini, tenang Preticia, tak ada yang berusaha menyakitimu." Arah pandang Preticia mulai tak tentu arah, ia juga kerap memukul-mukulkan dadanya karena terlalu sesak. Melihatnya, Lynch merasa hancur. Harusnya ia lebih cepat datang. Harusnya ia tidak meninggalkan tempat ini. Dan berbagai macam penyesalan lainnya.
"Lihat aku, Preticia! Aku ada di sini, dihadapanmu. Aku Lynch dan tak ada yang berusaha menyakitimu."
"Lynch?" Berhasil, Preticia menyadari keberadaannya dan langsung memeluk Lynch saat itu juga. Menangis dalam pelukannya sembari berujar takut berulang-ulang kali.
Ketika itu arah pandang Lynch menatap Eldrick yang berdiri di sana dengan ekspresi penuh kemarahan. Melihat itu Lynch pun menjadi geram karena berani bertindak kurang ajar pada gadisnya.
"Kau mencintai Preticia, kan? Biarkan aku menenangkannya terlebih dahulu, baru setelah itu kita akan selesaikan semua ini secara jantan." Kata Lynch dengan nada dan tatapan yang dingin.
"Lynch aku takut," ucapan itu berhasil menyadarkan Lynch dan melihat wajah Preticia dengan lembut. Ia mengelus lembut wajahnya, menghapus air matanya dan memberikan kalimat-kalimat penenang untuknya. Secara berangsur-angsur, Preticia mulai merasa tenang. Ia sudah berhenti menangis meskipun ia masih terisak tanpa suara.
"Ikuti caraku," kata Lynch. Ia mulai menunjukkan bagaimana cara untuk menenangkan diri. Dituntun oleh Lynch, mereka sama-sama saling mengatur napas untuk menenangkan diri.
Di tempatnya, Eldrick menatap kacau ke arah mereka. Hatinya diliputi segala macam perasaan yang menyesakkan dada, namun yang lebih dominan adalah kesedihan.
Eldrick kerap bertanya-tanya apa yang menyebabkannya kalah dari pria algojo itu, padahal Eldrick punya segalanya dibandingkan pria itu. Tapi mengapa Preticia tidak bisa mencintainya sebagaimana ia mencintai pria itu?
Namun ternyata jawabannya sederhana.
Hanya Lynch yang bisa memberikan ketenangan pada Preticia. Sama seperti Preticia yang bisa memberikan ketenangan untuknya.
Tapi tidak untuk Eldrick, alih-alih memberikan ketenangan, ia justru malah kembali menorehkan luka pada Preticia, membuatnya menjadi terlihat kacau seperti sekarang.
"Lynch, jangan tinggalkan aku!" ucapan yang seperti bisikan itu mampu di dengar oleh Eldrick, kemudian menorehkan luka terdalam di hatinya. Saat ia memohon pada Preticia untuk tidak meninggalkannya, justru Preticia malah memohon pada pria lain untuk tidak meninggalkannya.
Dan itu sungguh menyakitinya.
"Gak akan pernah! Aku selalu berada di sampingmu dan melindungimu," Preticia memeluk Lynch kembali, menenggelamkan wajahnya di dada Lynch dan menumpahkan segala macam kesedihannya di sana.
"Terima kasih, aku mencintaimu!"
Lagi. Meski lirih, namun Eldrick masih dapat mendengarnya. Dan itu membuatnya semakin hancur. Eldrick berlutut dengan air mata yang tak henti-hentinya untuk keluar. Tangannya terkepal kesal, menyalahkan takdir yang tidak memihaknya. Ia terus bertanya-tanya, mengapa ia harus jatuh cinta pada wanita yang hatinya telah dimiliki orang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be With You [The End]
Romance[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Semua tidak terjadi di dunia nyata dan hanya bersifat khayalan. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] #mari vote dan komen, wahai kalian yang membaca...