Aciee. update lagi. Walau sepi, update terus sampe gumoh.
Btw, cerita ini kelar, langsung kuhapus beberapa babnya ya. Dan hanya bisa dibaca di karyakarsa, begitu pula yang bagian pertama.
Jadi semoga gak ada yang komplen sana sini lagi. Udah aku kasih tahu sebelumnya
--------------------------------------------
Mencemaskan hal yang tidak seharusnya malah menyiksa fisik dan hati ini.
Kikuk. Itulah yang Dara rasakan saat ini. Setelah dipastikan duduk nyaman pada kursi mobil milik Dante, barulah laki-laki itu berputar untuk masuk ke sisi bagian belakang pengemudi. Dengan kondisi jalanan yang cukup ramai pengendara roda dua membuat Dante terlihat kesulitan untuk dapat masuk ke dalam mobilnya sendiri. Dimata Dara, Dante terlihat meminta stop sejenak para pengendara roda dua yang seolah tidak mau mendengar. Suara klakson yang bersaut-sautan semakin mempertegas bagaimana crowdednya kondisi jalanan malam ini.
Sekilas sudut bibir Dara tertarik tinggi, ia merasa ramainya orang dijalan ini sama sekali tidak ada gunanya untuk orang-orang yang membutuhkan seperti apa yang ia rasakan sebelumnya. Mungkin saja jika Dante tidak datang mencarinya, dan membawanya pergi, Dara akan tetap di sana semalaman, atau mungkin dia akan nekad mencari tukang ojek atau supir taksi untuk mengantarkannya ke rumah. Lalu untuk pembayarannya mungkin dia akan meminta tolong Fla ataupun Dani, yang kemungkinan besar tidak akan menolak untuk memberikan bantuan kepadanya.
"Ramai banget malam ini," seru Dante setelah berhasil masuk ke dalam mobil. Tanpa pikir panjang dia langsung menghidupkan mobil, lalu menjalankannya demi menjauh dari keramaian tempat ini.
Sedangkan Dara sendiri, yang berada di sisinya, memilih membungkam. Dia tidak berani mengatakan apapun, karena berhasil mendapatkan pertolongan saja sudah sangat baik baginya malam ini.
"Kenapa diam?" Dante menegurnya setelah sekian menit mobil bergerak namun tidak ada satu suara pun terdengar dari mulut Dara.
"Kamu marah sama aku?"
"Apa saya bisa marah sama pak Dante?" Memilih jawaban dengan kalimat baku, Dante malah tersenyum penuh arti.
"Kalau mau marah enggak papa."
Tidak ditanggapi apapun, Dante malah sengaja memakirkan mobilnya disebuah lapak parkir untuk tempat makan pinggir jalan yang selalu buka dimalam hari. Setelah mobilnya benar-benar berhenti, Dante melirik Dara yang berada di sebelahnya namun pandangan perempuan itu sengaja tidak pernah menatap dirinya.
Sambil membuka seatbelt, tubuh Dante mendekati Dara. Seperti sedang ingin membantu Dara membukakan seatbelt miliknya, Dante malah dengan kurang ajar mencuri ciuman di bahu perempuan itu.
"Apaan sih?"
"Owh, disentuh dulu baru bisa bersuara. Kayak boneka Fla waktu kecil," ungkapnya dengan tawa. "Kita makan dulu, baru kuantar pulang."
Keluar mobil lebih dulu, Dara masih sempat terdiam di dalam mobil, memandang tempat makan pinggir jalan yang entah mengapa ramai sekali di matanya.
Sambil memegang perut, ia pun sadar jika kondisi lapar saat ini sedang menghantui dirinya. Akan tetapi dia juga tidak mau terlihat memanfaatkan Dante lebih jauh.
"Saya enggak makan, Pak." Mengucapkannya dengan cukup keras, suara Dara ditanggapi dengan suara pintu mobil yang ditutup Dante dengan tegas.
Setelah berbicara dengan seorang tukang parkir, Dante bergerak ke sisi di mana Dara duduk. Membukakan pintu mobil sambil menghalangi bagian atas agar kepala Dara tidak terpentok sisi bagian atas mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPOSAMI! DANTE
RomancePerkara uang 100 Juta, aku pikir kami akan terikat dan menjadi dekat setelahnya. Namun nyatanya tidak. Setelah membaca-baca berbagai macam berita, akhirnya aku sadar, salah satu negara di dunia ini yang mayoritas pendudukanya terlambat menikah adala...