Akhir-akhir ini hujan kerap menyapa ibu kota turut serta dengan angin kencang bahkan petir yang bersautan diluar sana. Suasana perpustakaan cukup ramai, para siswa siswi yang sedang bimbingan beristirahat barang sejenak. Beberapa dari mereka melepas canda tawa guna menghibur diri, ada juga yang sibuk merajut asa dalam mimpi. Suasana yang dingin memang pas untuk tidur.
Lain halnya dengan Jay, mengabaikan temannya yang lain juga hobi tidurnya. Ia lebih memilih memperhatikan sosok disampingnya yang terlihat sibuk dengan kamera analog miliknya. Benda yang paling disukai Jean Nara, sedari dulu adalah kamera. Tentu saja ia tahu alasannya.
"Karna kamera itu bisa mengabadikan momen dalam hidup yang mungkin gak akan bisa kita ulang."
Masih terekam jelas dalam ingatannya bagaimana Jean kecil menjawab pertanyaannya, tentang mengapa ia sangat menyukai kamera.
"Suka banget sama kamera."
Sengaja, kalimat itu sengaja terlontar dari belah bibirnya. Nara menoleh dengan senyuman lebar di wajahnya, kamera ditangannya sengaja ia arahkan pada kakak kelasnya.
Ckrek
Satu foto Jay berhasil Nara bidik, tersenyum begitu lebar ketika melihat hasilnya yang memuaskan. Senyum simpul milik Jay terlukis diwajahnya ketika Nara menunjukkan hasil bidikannya.
"Keren kan, kak? Jelas, Jean Nara." Tanyanya yang ia jawab sendiri.
Jay tersenyum dan mengangguk, "Paling keren," pujinya membuat Nara tersenyum teramat bangga.
"Kak Jay beli kamera tapi selalu dipinjamin, buat apa coba? Kenapa beli kalo gak di pake?"
Nara bertanya heran, sebab kamera analog itu selalu dipinjam Nathan dan juga teman-teman Jay yang lain.
"Gak bisa makenya."
Dahi yang lebih muda mengernyit heran, "Kenapa beli kalo gak di pake? Buang-buang duit tau, kak."
Jay terkekeh pelan, andai Nara tahu ia suka membeli kamera hanya karna si manis menyukai benda tersebut. Iya, Jean Nara adalah alasannya membeli banyak kamera.
"Duit gue banyak."
Praktis, Nara tanpa sadar mendecih mendengar kalimat Jay, "Mau bilang Kak Jay sombong tapi kenyataannya Kak Jay kaya."
Jay tertawa mendengar kalimat yang lebih muda hingga tawanya terpaksa berhenti ketika mendengar suara bidikan kamera. Menggelengkan kepalanya pelan melihat Nara yang tanpa permisi kembali memotretnya.
"Ganteng!"
"Pujiankan? Makasih kalo gitu."
Tawa yang lebih muda mengudara, membuat Jay tak lagi mampu menahan sebuah senyum diwajahnya, abai pada keberadaan teman-temannya yang lain. Keduanya terlampau asyik satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panglima Semesta | Sungjake
Fanfiction[END] Alaska itu cuek, ketua dari geng motor Rajawali itu hanya peduli pada dua hal. Pertama Rajawali dan kedua sahabatnya. Namun, pertemuannya dengan murid ceroboh yang menabraknya di kantin merubah segalanya. "Siapa?" "Hah? Siapa apanya?" "Yang na...