6

748 97 0
                                    

Berjalan berdampingan dengan seorang lelaki yang dijuluki Pangeran Kematian membuat [name] was - was.

Sepanjang perjalanan yang bisa ia lakukan hanya menunduk ke bawah, tak berani menoleh ke samping untuk memperhatikan lelaki itu.





"Hey"



Jantungnya terasa hampir copot. Suara itu lama - lama terdengar tak asing. Ia jadi yakin kalau ada sesuatu diantara mereka.







"Iya?"


Tak langsung menjawab, lelaki itu malah menertawakan [name] yang terlihat gugup.







"Tidak usah gugup begitu. Aku tidak akan membocorkan rahasia kita. Kecuali kalau kau berkhianat dariku"





Tatapan sinis lelaki itu berikan sembari mengucapkan kalimatnya. [name] dengan rasa penasaran yang sudah memuncak akhirnya memutuskan untuk sedikit nekat.






"Sebenarnya kenapa aku bisa bekerja untukmu?" suaranya sangat kecil, ia masih agak takut. Tapi pertanyaan itu harus keluar.




Sang pangeran dengan telinga super peka itu mendecih.





"Apa kau lupa karena kepalamu yang katanya terbentur batu di sungai?"





"Kurasa begitu. Banyak kejadian yang tidak ku ingat, aku jadi kesulitan sekarang"



Haruchiyo mengangkat satu alisnya, bingung.




"Dimana sulitnya? Teman - temanmu semuanya anggota kerajaan. Tinggal minta saja ke mereka, apapun pasti mereka kasih"









'Kelihatannya orang ini tidak punya teman' pikir [name].






"Bukan begitu..."



Haruchiyo menghela nafasnya kasar sebelum kakinya berhenti berjalan. Lelaki itu menatap ke arah perumahan yang tersusun rapi dari ujung kebun istana.




[name] mengikutinya. Matanya turut mengikuti arah pandang lelaki itu yang terlihat sendu untuk sejenak.









"Apa kau juga tidak ingat tentang aku yang melamarmu tahun lalu?"





Leher [name] menoleh patah - patah. Perlahan ia melihat ke arah lelaki yang masih memfokuskan pandangannya pada sebagian perumahan yang sedang direnovasi karena ulahnya.









"Ku akui, dulu aku iri dari pangeran manja itu karena dia bisa dapat segalanya dengan mudah. Jadi aku melamarmu untuk membuatnya marah"








Oohhh...




"Tapi tentu saja kau menolakku. Jadi aku mengutus orang untuk membakar rumahmu"


[name] melebarkan matanya.







"Dan rumah yang lain?" tanyanya.



"Kalau itu sih karena aku bosan saja"




[name] memijit pelipisnya pelan, keheranan dengan peringai lelaki ini yang begitu sadis dengan cara yang aneh.








"Apa kau masih berniat untuk membunuh Raja Takeomi?" tanya [name].




"Tentu saja. Selama dia masih hidup, aku tidak bisa mendapat apapun yang aku mau karena dia selalu menghalangi"





CURSED | Sano Manjirou ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang