25. Lepas Rindu

408 30 0
                                    


***

(Namakamu) tak yakin apa yang dilihatnya benar adanya. Tapi merasakan pergelangan kakinya sakit karena hampir keseleo, (Namakamu) yakin ini bukan mimpi atau halusinasinya sendiri. Ia sudah kapok sering tertipu oleh halusinasinya ketika Iqbaal sering muncul di hari-harinya.

Iqbaal tersenyum. Menampilkan senyum manis yang sangat-sangat (Namakamu) rindukan. Dia melangkahkan kakinya mendekat kearah (Namakamu). (Namakamu) merasakan tubuhnya kaku, ia tak bisa bereaksi apapun saat Iqbaal mulai mendekat ke arahnya.

"Apa kabar?"

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan alis sedikit terangkat. Apa kabar katanya? Setelah menggantung (Namakamu) hampir setahun lamanya, hal pertama yang ia tanyakan adalah apa kabar? Seolah ia tak pernah menyuruhnya menunggu lama. Tidakkah ia mau menjelaskan?

(Namakamu) mengepalkan tangannya, semua emosi bercampur menjadi satu didalam diri (Namakamu), membuatnya siap untuk meledak.

(Namakamu) marah, tentu saja marah, Iqbaal tak menemuinya hampir setahun, dan tiba-tiba muncul saat (Namakamu) sudah menjalani hidupnya dengan tentram. Membuat hati (namakamu) goyah lagi. Banyak perasaan takut melingkupi dirinya saat melihat Iqbaal. Takut lelaki itu meninggalkannya, takut lelaki menghilang dari dirinya.

(Namakamu) menelan ludahnya berat. Ia harus sadar secepat mungkin. Ia perlu menenangkan perasaannya sebelum meledak-ledak karena emosi disini. Jika ia melakukan itu maka situasinya akan awkward, karena (Namakamu) bukan siapa-siapa iqbaal lagi. Jadi ia tak berhak marah karena Iqbaal menghilang.

(Namakamu) memutar bola matanya, ia harus segera keluar dari sini untuk menenangkan hatinya, mana pintu keluar?!

Iqbaal terperanjat saat (Namakamu) tiba-tiba berbalik dan melangkah menjauh. Ada apa dengan gadis itu? Setelah hampir setahun tak bertemu, ia ingin kabur setelah bertemu sekian lama? Dengan langkah panjang-panjang ia mendekat kearah (Namakamu). Menyusul gadis itu.

Saat selangkah lagi mencapai pintu, (Namakamu) merasakan jantungnya seperti melompat turun. Sebuah tangan kekar melingkupi pinggangnya dari belakang, lalu (Namakamu) menahan napasnya saat merasakan sebuah dagu dijatuhkan pada pundaknya. (Namakamu) mendadak kaku, terpaku ditempatnya.

Bisa (Namakamu) rasakan napas Iqbaal menerpa kulit lehernya, bahkan parfum musk yang tak asing itu segera menguasai indera penciumannya. Kemudian suara setengah berbisik terdengar di telinga (Namakamu).

"Jangan pergi, kamu gak tahu seberapa lama aku harus menahan diri untuk momen ini," ucap Iqbaal.

Tubuh (Namakamu) meremang, otaknya terlalu lama untuk menafsirkan maksud dari Iqbaal, saat tiba-tiba saja tubuhnya dibalik paksa oleh lelaki di belakangnya.

Mata keduanya bertumbuk. Menyalurkan ikatan aneh yang mampu membuat (Namakamu) mau tak mau mendengar jantungnya berdegup kencang.

"I miss you," ucap Iqbaal dengan senyuman. Senyuman yang mampu membuat (Namakamu) kehilangan kekuatannya untuk menumpu tubuhnya.

Tubuhnya akan jatuh, jika sebuah tangan tak meraihnya. (Namakamu) terperanjat saat merasakan sentuhan tangan Iqbaal di lengannya.

"Kamu gak papa?" Tanya Iqbaal.

(Namakamu) tak merespon dengan kata, ia seolah kehilangan kemampuannya untuk bicara, hingga tangannya ditarik oleh Iqbaal, dituntun untuk duduk di sofa.

"Kamu marah sama aku?" Tanya Iqbaal, saat mereka sudah duduk berdampingan.

'Iyalah!'

"Kenapa saya harus marah?" (Namakamu) meruntuki dirinya sendiri. Sekalinya bicara suaranya bergetar, membuatnya malu sendiri. Jawaban yg keluar dari mulutnya dengan jawaban yang ada di hatinya pun sangat berbeda.

"Kan aku udah nyuruh kamu nunggu," ucap Iqbaal.

(Namakamu) memalingkan wajahnya saat merasakan tatapan intens Iqbaal, ia tak mampu menatap mata jernih Iqbaal, "Setahun bukan waktu yang sebentar Baal."

"Tapi kamu tetap nunggu aku," ujar Iqbaal sambil tersenyum.

(Namakamu) mengerutkan dahinya, "Kamu tahu?" Tanyanya, jika Iqbaal tahu (Namakamu) menunggu selama itu, berarti Iqbaal selama ini berada di dekatnya. Bukan begitu?

Iqbaal terkekeh melihat reaksi lucu (Namakamu), "Nanti aku jelasin semuanya. Sekarang waktunya lepas rindu."

Ucapan Iqbaal mampu membuat (Namakamu) menautkan kedua alisnya. Karena sulit mencerna kalimat Iqbaal, ia sampai tak sadar jika tangan Iqbaal sudah bergerak menariknya dalam satu hentakan, sampai (Namakamu) bisa menghirup aroma maskulin Iqbaal lebih dalam. Iqbaal memeluknya erat, sampai (Namakamu) takut lelaki itu akan mendengar suara jantung (Namakamu) yang berdegup kencang.

Meski ragu, pada akhirnya (Namakamu) mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Iqbaal. Iqbaal tersenyum merasakan tangan (Namakamu) di punggungnya.

Lama mereka berpelukan, sampai akhirnya Iqbaal melepaskan pelukannya lebih dulu. Kali ini Iqbaal menatap (Namakamu) lekat, jarak mereka sangat dekat sampai (Namakamu) tidak fokus.

Iqbaal menangkup kedua pipi (Namakamu), mendekatkan wajahnya lagi, membuat kedua dahi itu bersentuhan. (Namakamu) tahu apa yang akan terjadi, maka ia segera menutup matanya. Iqbaal menarik senyumnya keatas melihat ekspresi (Namakamu), dia melepaskan tautan dahi mereka. Laku memiringkan wajah untuk meraih bibir didepannya. Tapi....

"Permisi..."

Suara seseorang dari luar ruangan Iqbaal, lengkap dengan ketukan di pintu sukses menghentikan adegan romantis mereka. Iqbaal berdecak sebal, mengutuk orang yang mengganggunya itu.

(Namakamu) segera menjauhkan dirinya dari Iqbaal, segera bangkit dengan cepat, sebelum seseorang mendapati mereka. Tanpa berpamitan (Namakamu) langsung pergi melangkahkan kakinya mendekati pintu dengan wajah yang memerah semerah tomat. 

"(Namakamu) lo gak papa?" Tanya seseorang yang mengetuk pintu tadi, ternyata pengganggu itu Salsha.

(Namakamu) hanya mengangguk sambil berusaha menyembunyikan ronanya.

"Gue pikir lo di apa-apain sama boss kita, makanya gue kesini."

(Namakamu) hampir tersedak mendengar ucapan Salsha. Memangnya dia diapain oleh bossnya?

"(Nam...), Boss kita garang ya?" Tanya Salsha sambil mengikuti langkah (Namakamu) yang mulai beranjak.

"Eh?"

"Gue lihat mukanya muka-muka dingin gitu, ganteng sih, ganteng banget," ucap Salsha sambil tersenyum.

(Namakamu) menaikkan sebelah alisnya sedikit karena ucapan Salsha mengganggunya.

"Tapi (Nam...), Kalau gak garang gue mau deh pacarin pak Iqbaal," ucap Salsha antusias.

Hidung (Namakamu) kembang kempis mendengar ucapan Salsha, dengan raut didramatisasi dia berkata, "Dia galak banget sumpah. Lo tahu tadi gue di marah-marahin abis-abisan, gue sampai gak bisa berdiri tegak saking takutnya dia nyakitin gue."

Salsha memasang wajah kaget, "Serius sampai segitunya?"

(Namakamu) mengangguk cepat, "Gak pacarable pokoknya, jangan. Jangan sama dia."

Biar gue yang sama dia

(Namakamu) melanjutkan kalimatnya dalam hati, setelah Salsha mengangguk dia menarik seringaian liciknya. Enak saja dia bilang ingin memacari Iqbaal. Sementara (Namakamu) sudah menunggu lelaki itu sampai lumutan.

***

My Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang