Kali ini (Namakamu) sudah berhadapan dengan Bastian. Mereka bicara empat mata. Meninggalkan Iqbaal yang mengawasi mereka dengan tatapan tajam.
"Ada apa Bas," tanya (Namakamu), tidak mau membuang waktu lama yang malah nanti akan membuat Iqbaal murka.
"Lo balik sama dia?" Tanya Bastian, menyadari kehadiran Iqbaal lagi dalam kehidupan (Namakamu), Bastian jadi yakin ini satu-satunya alasan (Namakamu) tak mau menerimanya.
(Namakamu) mengangguk pelan.
"Karena itu lo nolak gue?" Tanya Bastian.
Penolakan lagi, penolakan lagi. Kenapa Bastian tidak menyerah saja. Kenapa dia masih mengejarnya padahal (Namakamu) sudah bilang ia tidak mau. Apa alasan yang (Namakamu) bawa kurang memuaskan hati Bastian.
(Namakamu) mengangguk mantap. "Sorry Bas, gue sayang sama dia."
Pernyataan cinta (namakamu) untuk orang lain itu langsung menusuk Bastian, bagaikan tombak yang langsung tertanam di jantungnya. Ternyata menemani perempuan itu selama hampir setahun tak membuat hatinya goyah dan berpaling. Usaha Bastian selama ini sia-sia. (Namakamu) masih orang yang sama yang hanya menaruh hati pada satu orang. Dan Bastian tak berdaya karenanya. Ia dipukul mundur saat ia pikir ia sudah mendekati garis finishnya.
"Okay, setidaknya kita masih bisa berteman."
Bastian mengutuk dirinya yang mengeluarkan kalimat konyol itu. Bagaimana mungkin berteman dengan orang yang menolakmu setelah membiarkanmu bertahan terlalu lama disisinya.
(Namakamu) mengangguk, ia tahu meski pertemanannya nanti akan terasa canggung, ia masih ingin tetap berteman, "Gue harap lo nemuin orang yang baik Bas," ucap (Namakamu) kali ini disertai senyum manis.
Bastian membalas senyuman (Namakamu). Sebelum melakukan apa yang ia inginkan ia melirik Iqbaal yang mengawasinya tajam. Lalu Bastian melangkah, merengkuh tubuh (Namakamu) dalam pelukannya. (Namakamu) membulatkan mata atas perlakuan Bastian.
(Namakamu) langsung teringat sesuatu, pacarnya sedang mengawasi. (Namakamu) melotot saat melihat Iqbaal mulai berwajah kaku, kakinya sudah siap melangkah dan menerkam Bastian, sebelum lelaki kekanak-kanakan itu lebih jauh mendekat, (Namakamu) segera melepaskan pelukan Bastian.
***
Bruk
(Namakamu) tertegun karena secara tiba-tiba Iqbaal memeluknya saat mereka baru sampai di rumah Iqbaal. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, membuat (Namakamu) yakin Iqbaal marah besar padanya karena adegan pelukannya dengan Bastian.
Tapi kali ini apa? Iqbaal memeluknya?
Iqbaal merenggangkan pelukannya, kali ini menatap (Namakamu) dari jarak dekat. Tinggi (Namakamu) yang hanya sampai dagu Iqbaal, mengharuskannya mendongak untuk melihat wajah pacarnya.
"Kenapa?"
"Aku gak mau kamu dipeluk siapapun, kecuali aku."
(Namakamu) menghela napas kasar, selain kekanakan, sifat posesif Iqbaal juga sering muncul akhir-akhir ini. Entah itu karena efek samping lama tak bertemu atau memang Iqbaal begini adanya sekarang.
"Iya, aku cuma nguatin dia kok," ucap (Namakamu), sekarang ia sudah berhasil terlepas dari kunjungan Iqbaal.
"Nguatin apa?" Tanya Iqbaal.
"Nguatin setelah aku nolak dia," jawab (Namakamu).
"Dia nembak kamu?" Tanya Iqbaal lagi.
(Namakamu) menggeleng, "Dia ngelamar aku."
Iqbaal sontak melebarkan kelopak matanya kaget. "Apa? Kok bisa? Kapan? Kok aku gatau?!" Iqbaal mencercanya dengan pertanyaan, membuat (Namakamu) terkekeh melihat ekspresi baru yang ia lihat dari Iqbaal. Eskpresi takut seolah sesuatu miliknya diambil orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss
Fanfiction(Namakamu) benci bosnya! Dia adalah iqbaal, pria menyebalkan dan bermulut pedas. Tapi tanpa (Namakamu) tahu ada maksud berbeda dari semua kalimat pedas Iqbaal padanya. "Saya gak suka warna pakaian kamu, terlalu mencolok bikin mata saya sakit, ganti...