3

100 17 1
                                    

 HERMIONE POV


"Granger. Nyonya Granger." Seseorang menggoyangkan lenganku. Aku merasa sangat lelah, mungkin karena perjalanan cukup lama. 

"Hey, bangun. Kita sudah sampai." Aku mengenali suara itu. Malfoy. 

"Oh, maaf. Apakah sudah lama aku tertidur?" Tanyaku kepada Malfoy. 

"Ya." 

Malfoy segera melangkah membuntuti Weasley dan Harry. Aku tersadar bahwa Malfoy telah melepaskan mantel hitamnya. Tanpa banyak pikir segera ku mengikuti mereka. 

Di awal perjalanan, aku mendengarkan apa yang para pria bicarakan. Weasley yang sedang merangkul Harry membuatku berpikir bahwa mereka lebih dari sekedar teman. Sedangkan Si Pirang itu hanya mengangguk tanda menyetujui apa yang dikatakan rekan kerjanya.

"Weasley, jalan yang benar. Lepas rangkulanmu atau Harry akan terjatuh. Kau berat." Malfoy berkata tegas. Aku terkejut karena ini pertama kalinya aku melihat Malfoy peduli kepada orang. Ron yang tidak peduli segera membantah.

"Ah, Malfoy. Kau cemburu karena tidak bisa merangkul Nyonya Granger. Ya kan, Granger?" Ron memutar kepalanya ke arah ku. Aku tidak peduli dengan topik pembicaraan ini. Kalau di-ingat ingat, aku pernah berkencan dengan salah satu pengacara di kota sebelah. Sayangnya tidak berjalan dengan lancar, dia kabur saat kencan ke-6. Saat ku chat, dia menjawab "Maaf, Granger. Aku bertemu dengan mantanku di cafe tadi, jadi aku pulang dengan mobilku."


Aku terbangun dari pikiranku, tiga orang didepanku menatapku menunggu sesuatu. Malfoy menatapku tajam, dia membuatku panik. Mereka menunggu tanggapanku. 

"Ya." Aku asal menjawab. Malfoy menatapku tertarik.

"Heh, by the way. Nice coat." Weasley mengedipkan mata. Harry tersenyum. 

Coat? Aku memakai turtle neck malam ini. Segera aku melihat, dan ya. Mantel hitam, berbau mint dan apel. Sungguh perpaduan yang sempurna. Aku sadar bahwa ini adalah mantel milik Malfoy. Aku melirik Malfoy. 

Malfoy yang merasa sedang diperhatikan segera melihat ke arah ku, tersenyum, dan segera berlari kecil ke arah Weasley dan Harry. 

Segera kita berempat melanjutkan berjalan kaki. 

- 20:23 - 

Kita berada di depat rumah tersangka pertama, keluarga Dursley. 

"Ini rumah siapa?" Aku bertanya kepada Harry. 

"Keluarga Dursley, tukang kebun." Harry segera mengeluarkan buku note dan pen-nya. Malfoy menyalakan perekam suara. Weasley bagian mengintrogasi kepala keluarga. Disaat mereka sibuk berbagi tugas, aku melihat sekitar. 

Disini cukup sepi, hanya ada market di seberang. Mungkin saat ini selesai aku akan ke market membeli kopi. 

"Nyonya Granger. Kau akan menggeledah seisi rumah saat aku perintahkan." Malfoy berkata. 

"Seisi rumah? Bisakah salah satu dari kalian membantu." Aku jelas keberatan dengan itu. Rumah ini ada 2 lantai. Biasanya saat kasus sebelumnya pekerjaanku adalah mencatat hal-hal penting yang di ucapkan tersangka. 

"Jangan membantah. Rumah ini tidak banyak barang." Malfoy tetap fokus dengan perekaman suaranya. 

"Jika tidak ada banyak barang, mengapa Dursley harus menjadi tersangka?" Aku mencoba meyakinkannya. 

Harry dan Weasley yang memperhatikan perdebatanku dengan Si Pirang hanya menatap bodoh. Mereka tidak ada dorongan untuk membelaku, kurang ajar. Aku mencolek pantat Harry, yang dicolek hanya melotot kearahku, seakan akan dia berkata "Kau mecolek pantatku Granger!". 

"Kau meragukan ini? Nyonya Granger." Malfoy mengangkat kepalanya. 

"Tentu. Tidak bisakah kau melihat raut wajahku? Apaka-"

"Diam. Aku mendengar kegaduhan." Malfoy menutup mulutku dengan tangan kirinya.

Weasley segera mengetok pintu. Kegaduhan itupun berhenti. Aku menatap Weasley tajam, begitupun Malfoy. Maksudku adalah, kita bisa dengarkan kegaduhan itu terlebih dahulu. Mungkin saja mereka membicarakan tentang kematian istrinya Malfoy, dan ternyata mereka memang benar pembunuhnya. Mungkin saja. 

"Maaf." Weasley ciut. 

Pintu segera dibuka, terlihat seorang wanita yang sudah berumur. Dia tersenyum,


"Tuan Malfoy." 

Through your words  [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang