BAB XLVIII : Terasa Pahit Dan Menyakitkan

158 27 4
                                    

⚠️TRIGGER WARNING⚠️
❗BLOOD, VIOLENCE, KISSING❗

jika tidak suka dengan adegan tersebut, dipersilahkan untuk melewati BAB ini!

Selamat membaca~

🥀🥀🥀

Preticia membuka matanya dengan cepat, terkejut karena ia mendapatkan mimpi buruk. Ia bangun dan menatap sekitar, ini kamarnya di istana. Sesaat Preticia merasa ia tengah bermimpi, semua kejadian buruk itu hanyalah mimpinya, Preticia berharap untuk itu.

Namun harapannya pupus ketika ia melihat cincin di jari manisnya, cincin yang sama di mana Lynch memakaikannya di sana.

Preticia kembali menangis di atas kedua lututnya yang ia tekuk.

Ketika itu, ia mendengar suara pintu yang terbuka, dan hadirlah Ayah beserta Ibunya.

"Ayah," Preticia memeluk Ayahnya, menumpahkan segala macam kesedihannya di sana. Sungguh ia sangat butuh tempat untuk bersandar sekarang.

Duke Maivolery membalas pelukannya, mengelus puncak kepala anaknya yang telihat rapuh.

"Ayah, Pangeran Eldrick ... hikss," ia ingin mengaku, tapi mengapa rasanya sungguh berat dan menyakitkan?

"Aku ...."

"Ssstt ... Ayah mengerti, Nak. Pelakunya sudah ditangkap. Kau tenang saja, tidak akan ada yang menyakitimu," ujar Duke Maivolery yang membuat Preticia mendongak menatap Ayahnya.

"Maksud Ayah?"

"Pria yang kaucintai telah membunuh Pangeran Eldrick dan berusaha melecehkanmu. Kau tenang saja, dia sudah mendapatkan hukuman dari Raja!"

Preticia terkejut mendengarnya hingga tubuhnya pun jadi gemetaran karenanya.

"Hu-hukuman?" bibirnya gemetar hanya karena mengucapkan hal itu.

Duke Maivolery mengangguk, lalu melanjutkan.

"Hukuman mati,"

Dada Preticia sesak, ia mulai kesulitan untuk bernapas.

"Pagi nanti, saat matahari telah naik sepenggalah, hukuman mati dihadapan seluruh rakyat akan dilaksanakan!" lanjutnya yang semakin membuat Preticia lemas tak berdaya.

"Kau tenang saja Preticia, pria itu tak akan menyakitimu lagi. Sebab sekarang ia sudah di penjara bawah tanah!" sahut Victoria.

Air matanya terus menetes, matanya memanas disertai dengan rasa sesak yang menyakitkan.

Hukuman mati? Penjara bawah tanah? gumamnya di dalam hati.

"Preticia kau kenapa?"

Preticia bergeser, menjauh dari Ayahnya sembari mengatur pernapasannya. "Ayah, Ibu, aku ingin sendiri dulu!" jawabnya berusaha untuk tegar.

Duke Maivolery dan Victoria saling berpandangan, lalu kemudian mengangguk. Setelah memberikan kata-kata penenang untuk Preticia, mereka pun pergi meninggalkan Preticia seorang diri.

Usai kepergian mereka, Preticia menangis dengan keras sembari memukul-mukulkan dadanya yang kian serasa sesak. Berkali-kali ia terus memohon dalam hati untuk jangan mengambil Lynch darinya. Sungguh ia tidak sanggup jika harus menjalani hidup tanpanya.

Preticia menegakkan tubuhnya kembali, mengusap kasar air matanya di pipi sebab ia tak ingin menghabiskan waktunya untuk meratapi nasib cintanya dengan Lynch. Mungkin akan ada jalan, atau mungkin ...

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang