And tonight I know it all has to begin again
So whatever you do, don't let go
And if we could float away
Fly up to the surface
And just start again
Lift off before trouble
Us Against The World, Coldplay.
*
[2/2]
"Hah, gimana gimana?" Ucap gadis yang sedang sibuk meluruskan rambutnya dengan catokan.
Sebuah percakapan melalui facetime tersambung di ponsel pintar Savilla, ponsel tersebut bersandar di atas tumpukan buku-buku arsitektur milik Jevan.
Saat ini Savilla tengah video call dengan Lara.
"Nih ye, lu denger baik baik gue ngomong apa." Mulai Lara yang sudah agak kesal dengan kelakuan budeg saudara kembarnya.
"Bunda oke oke aja kalau lo mau bawa Jevan, Ayah diem doang. Kata gue sih ini udah tanda tanda diizinin. Ya jaga jaga aja si, Vil, lu jangan bikin keributan lagi."
Savilla mencabut colokan kabel dari sumber listrik, lalu meraih ponselnya.
"Okeyy, terimakasih saudaraku, semoga kamu secepatnya balikan dengan J word itu, hehe," Savilla memberikan Lara senyum terbaiknya.
Sudah hampir dua puluh menit mereka mengobrol, membahas hal hal yang perlu dibahas terutama kesiapan acara tunangan Jani.
"Jangan mulai deh, Vil."
"Rapi banget ni jamet bucin, mau kemana lo?" Tanya Lara saat melihat makeup Savilla sudah melekat dengan sempurna di wajah kembarannya itu.
"Mau ngedate, lah. Kaga liat lu ni hari Senin, workday for date," tukas Savilla mantap.
Ini adalah kebiasaannya dengan Jevan, dimana mereka memilih hari kerja untuk berjalan-jalan atau ngedate. Savilla dan Jevan adalah dua orang introvert, yang tidak begitu nyaman di tengah keramaian. Mereka biasanya memilih hari weekday yang tidak ada jadwal kuliah ataupun pekerjaan.
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Jevan yang sudah siap. Lelaki itu mengenakan kaus putih dengan celana jeans biru soft. Melihat kekasihnya sudah siap Savilla bergegas menyelesaikan percakapannya dengan Lara.
"Kita udah mau cabut, nih. Gue matiin ya. See you, Lar."
Lara menjawabnya dari ujung sana, saat panggilan mereka selesai Savilla langsung memasukkan ponsel tersebut ke sling bag miliknya.
Ia berjalan ke arah Jevan yang sedang memasang jam tangan di depan cermin full body sebelah tempat tidur. Gadis itu berdiri menghadap Jevan, menutupi pantulan kekasihnya di cermin besar tersebut.
Mengalungkan kedua lengannya ke leher Jevan dan menjinjit untuk mengecup bibir lelaki tersebut. Jevan membalas sama lembutnya, mengecup bibir gadis itu dalam dalam dan penuh perasaan, Savilla merasakan hangat saat kedua telapak tangan lelaki itu masuk ke balik baju kaos longgar yang ia kenakan, mengusap pelan kedua sisi pinggangnya.
Savilla melenguh pelan saat ciuman Jevan semakin intens. Jevan seperti menuntaskan kerinduannya yang sudah tertahan selama beberapa bulan, seakan yang semalam belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
the_louvre [2/2, lokal]
أدب الهواةwe're just meant to be, aren't we? [twoshots, lokal]