11

1K 201 21
                                    

Astaga!

Lama banget kayaknya aku nggak update.

Sekalian deh mau kasih tau.

Yang punya INNOVEL atau DREAME, mampir ya ke ceritaku.

Tap love jangan lupa. Follow aku juga di sana.

"Jadi, selama ini kamu nggak tinggal sama Om dan Tante?" tanya Yoga.

"Iya. Kebetulan aku disuruh jaga apartemen teman. Dia lagi ke luar negeri. Pulang pas weekend aja untuk tengok Bapak dan Ibu."

"Tapi, ini bukan weekend."

"Lagi bosan di sana. Kemungkinan bakal lama di sini," ucapku.

Dari pengamatanku, Yoga adalah laki-laki yang baik. Dia banyak bercerita tentang kehidupannya sebelum akhirnya kembali ke Jakarta. Wajahnya memang tampan. Pekerjaannya pun bisa dikatakan mapan. Di usianya, ia sudah dipercaya untuk menjabat sebagai manager di perusahaan tempatnya bekerja.

Om Rus sudah lebih dulu pulang. Sengaja kami berdua diberikan waktu untuk lebih mengenal satu sama lain. Aku tertawa dalam hati. Apa yang sebenarnya sedang kulakukan sekarang? Hati ini jelas sudah ada yang memiliki.

"Sebenarnya aku sempat menolak perjodohan ini." Aku sontak mendongak menatapnya. "Kamu sendiri gimana?"

"Maksudnya gimana?" sahutku. Yoga tersenyum sambil menatap kelamnya langit malam ini. Sama sekali tak ada bintang. Sepertinya akan turun hujan. "Kayaknya mendung, ya."

"Jangan mengalihkan topik. Jawab dulu pertanyaanku."

"Ya lumayan sih. Aku bisa nambah-nambah teman," jawabku. Kulihat ia terkekeh setelah mendengar jawabanku. Aku yang merasa bingung pun mengernyitkan kening. "Kenapa? Apa jawabanku salah?"

"Nggak, sih. Mungkin yang kamu maksud itu lebih ke arah teman hidup. Iya nggak, sih?"

"Kalau cocok, mungkin. Kalau nggak cocok, masak mau dipaksain."

Gerimis mulai turun.

"Hujan," gumamku.

"Kalau hujan kenapa?" sahutnya. Aku menggeleng. "Apa ada kenangan yang terjadi saat hujan?"

Ini orang apaan, sih? Nggak jelas banget.

"Masuk aja gimana? Kayaknya lama-lama deras juga," usulku. Yoga menampung air dengan satu tangannya. "Sudah mulai deras, kan?"

"Iya. Kamu benar. Kayaknya bakal awet juga."

Di lebatnya hujan, aku menangkap bayangan seseorang tengah berjalan mendekat. Aku kenal perawakan itu. Apa yang dilakukannya di sini?

"Di ... aku datang," ucapnya pelan. Aku menangkap nada kerinduan di suaranya. Jujur, aku berharap untuk tak menghiraukannya. "Di ...."

"Kamu kenal dia?" tanya Yoga. Aku mengangguk.

"Ka—kamu ngapain di sini, Mas?" Mas Damas masih berdiri di ambang batas teras. Tubuhnya basah diguyur air hujan. Berkali-kali kulihat tangannya bergerak mengusapi wajahnya yang basah. "Pulanglah. Di sini ada Bapak dan Ibu."

"Di, tolong jangan begini," pintanya memohon. Ia menatap ke arah Yoga yang berdiri tepat di sebelahku. "Apa dia orangnya?"

Aku memilih untuk diam dan mengabaikan pertanyaannya. Tiba-tiba Bapak dan Ibu pun keluar. Aku yakin ini akan jauh lebih rumit dari yang kubayangkan.

"Ada siapa, Di?" tanya Bapak. "Lho, kenapa nggak disuruh masuk? Masuk dulu, Mas. Bajunya basah semua. Di, ambilin handuk!"

***

Ingin BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang