1. Fresh Start

4.5K 259 8
                                    

Mau info dulu, bahwa Ambrosia tidak akan ditamatkan di Wattpad. Aku tahu ... aku tahu ... pasti banyak yang kecewa, atau mungkin banyak yang belum tau kalau aku sekarang menulis di platform Karya Karsa.

Jadiiii ... cerita ini hanya akan aku post di wattpad hingga bab 7, selebihnya bisa kalian temui di Karya Karsa.

Btw, buat yang mau lanjut... siap2 aja karena Ambrosia adalah cerita paling mature dan paling banyak adegan 🔞 dari semua cerita yang pernah aku buat. Jadi ini hanya untuk pembaca 17 tahun ke atas ya.

***

Berlari tanpa menggiring bola, mata itu melirik jam digital besar yang tergantung di atas ring. Sebelas detik lagi sebelum peluit berbunyi. Sebelas detik.

Suara decit sepatu bergema di lantai kayu saat lima pemain dengan jersey putih - biru berhenti berlari, mengatur posisi dengan gerakan terburu-buru.

Deru-deru napas tersengal saling beradu saat tubuh-tubuh itu menubruk, menghimpit, dan berkelit.

Saka Barata berlari gesit meninggalkan lawannya, berhenti di luar garis setengah lingkaran dan melompat menerima bola dari rekan timnya.

Pemain lawan merentangkan dua lengan panjangnya, Saka berkelit ke sisi kiri dan pemain itu segera melesat mengejarnya.

Lima detik lagi.

Tidak ada waktu. Saka melompat kecil dan mengayun lengan kanannya yang hampir mati rasa sepanjang sisa pertandingan ini, menembak bola terakhirnya. Sebuah tembakan yang gegabah.

Bola melesat cepat, seluruh penonton yang memadati stadium terdiam hening saat si bola bundar memantul di papan dan membentur ring sebelum akhirnya memasuki jaring dengan mulus.

Tembakan gegabah berubah menjadi tembakan penyelamat.

Sorak sorai bergema memenuhi setiap dinding stadium. Pecah. Gempa gempita. Ramai tidak karuan.

Seluruh pemain dengan jersey putih - biru mengerubuti pemain bernomor punggung 14 yang baru saja melesatkan tiga point itu. Nama Saka Barata berkumandang dari bibir-bibir penonton seperti genderang perang.

SAKA! SAKA! SAKA!

Sementara seluruh tim lawan tertunduk lesuh begitu wasit meniupkan peluit.

Jakarta Titans baru saja memastikan diri menuju semifinal IBL dengan kemenangan tipis 100-98. Saka Barata, pemain shooting guard andalan mereka mencetak tiga poin penyelamat di detik-detik terakhir.

Gelar MVP sudah pasti menjadi miliknya. Bukan hanya tembakan three points penyelamat itu saja, tapi Saka juga menjadi penyumbang skor dan assists tertinggi mengalahkan semua pemain.

Namun, alih-alih tinggal di lapangan untuk menikmati sorak sorai dan pujian, sepasang kaki kelelahan itu berlari sempoyongan melintasi semua orang yang mengerubunginya, meninggalkan lapangan dan segala perayaannya.

Tidak ada yang mencegahnya.

Memang sudah biasa, Saka Barata tidak pernah berapi-api merayakan kemenangan. Terlebih hari ini, khususnya malam ini, sang pemain andalan Titans memiliki hal penting yang tak bisa ditundanya.

Saka Barata harus bergegas pulang.

***

Biasanya, Saka menyukai malam hari. Tapi tidak sekarang, saat semburat oranye indah di langit telah berubah menjadi gelap, saat ia harus pulang ke rumah lamanya dan melihat Inge Barata—Ibu, terbaring lemah di tempat tidur.

AmbrosiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang