: Cokelat

144 77 13
                                    

gladiolamorly -

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Masih lama kah?"

"Ck!" Sosok bergurat wajah tegas, dengan noda minyak mesin di pipi kirinya itu, mendecak lantas menghela nafas kasar. Melempar kunci inggris dengan lemparan mendatar, kemudian lolos masuk ke dalam kotak perkakas bengkel. "Kalau mu rasa-rasa agak lain memang mi motormu, bawa langsung kesini! Jangan pas parah sekali, baru mu bawa. *Maressa padecengengna."

*(Susah diperbaiki).

Hadyan menggaruk kening. "Apa memang masalahnya?"

"Nah! Itumi masalahnya. Nda tau ka. Kalau masalahnya ada di ban, pasti bisa ji ku selesaikan. Mesinnya ini."

"Jadi?"

"Simpan saja motormu dulu disini. Nanti kupikirkan bagaimana caranya diperbaiki. Jangan cari bengkel lain. Awas."

Hadyan memutar bola mata, jengah. Karakter pemuda asli Makassar, ini memang se-keras otot-otot lengannya yang terbentuk begitu saja, tanpa sungguh-sungguh di bentuk. Namanya Sarhan Josi. Lebih tua beberapa bulan diatas Hadyan, tapi Hadyan tidak pernah menganggap itu benar.

Meskipun berkali-kali, ia menenggak saliva dan menuruti apa kata Josi tanpa perlawanan sama sekali. Wajah pemuda itu tidak pernah terlihat santai bahkan jika tengah bercakap-cakap santai. Tapi, jika sedang tergugah hatinya untuk larut dalam bincang-bincang dan tenggelam dalam topik serius yang menjorok ke ranah hukum, Josi akan memasang wajah tersenyum hingga matanya kesulitan melihat dengan jelas.

"Pinjam saja motorku dulu kalau mau ko pake i jalan-jalan sama Nawa. Asal jangan sapu rata semua lubang."

Pendar di wajah Hadyan, kembali terlihat. Wajah kusamnya karena telah berjalan ratusan meter sambil mendorong motornya yang tiba-tiba mati padahal bahan bakarnya belum habis, jadi cerah seketika. Josi tersenyum samar, melempar handuk kasar yang semula bertengger di pundaknya kearah Hadyan. "Pake. Nda bau oli ji itu."

Tanpa berkomentar, Hadyan mengusap wajahnya dengan permukaan handuk yang tidak terlalu kasar. Melihat noda kecoklatan setelah handuk itu ia gunakan untuk mengelap wajah, Hadyan mendesah kuat. Debu jalanan memang agak ganas hari ini. Angin kering dari musim kemarau yang sedikitnya sudah dua bulan berkuasa, menjadikan debu seperti sangat bebas terbang di mana-mana kemudian menempel di apa saja. Hadyan juga melihat titik-titik debu di pucuk hidung Josi yang tinggi. Juga debu pada sedikitnya sepuluh jok motor hitam, yang permukaannya terpaksa agak abu-abu. Termasuk motor Josi yang terparkir begitu saja di balik rak bensin eceran dalam botol bekas minuman keras.

SengkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang