tujuh

22 0 0
                                    


Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.

.
Rhea terus menerus menunggu kondisi Shenna dan Ola membaik. Ia menyandarkan wajahnya di meja, merasa lemas dan lemah.

"Re, makan dulu yuk." Ajak El lembut.

Gadis itu mengangguk dan mengikuti El ke ruang makan. Disana sudah tersedia makanan dan hanya menunggu untuk di santap.

"Lo bukannya mau pergi kerja?" Tanya Rhea kemudian.

El menggeleng, "ada kerjaan yang lebih penting yang harus gue lakuin disini."

"Gue belum tau asal usul kalian tapi entah kenapa gue merasa harus membantu kalian, mengingat juga ada buronan disini." El menyinggung soal Shenna.

"Untuk sementara biarkan dia disini dulu sampai sembuh, setelahnya kita bisa lapor ke polisi." Ujar Rhea sembari menikmati makanannya.

Suasana lalu hening lagi, mereka berdua sibuk dengan aktivitas masing-masing sampai ada suara benda jatuh terdengar dari kamar tempat Shenna dan Ola berada.

Segera mereka susul ke kamar dan melihat apa yang terjadi. Ternyata kotak p3k diatas nakas yang jatuh disamping tempat tidur Shenna yang tiba-tiba kosong.

"Pergi kemana dia?!" Seru El, buronan itu tidak boleh kabur begitu saja.

Sementara Rhea menatap sekitar, jendela kamar ini di terali, mustahil untuk bisa kabur dari sana. Rhea lalu mengajak El keluar dan begitu kembali ke ruang makan, orang yang di cari ternyata tengah menyantap makanan Rhea.

Rhea dan El lalu mendekatinya, "Lo ngapain?" Tanya Rhea kebingungan.

"Ya makan lah, liatkan gue lagi ngunyah." Ketus Shenna sembari terus melahap makanannya.

El menyipitkan matanya dan mengamati Shenna secara serius, "emang ya, kalo habis ngebunuh bawaannya laper." Ujarnya tiba-tiba.

Seketika Shenna menghentikan aktivitasnya, ia langsung melirik tak senang kepada El. "Jaga mulut lo, bajingan."

El tampak sangat senang dengan balasan yang Shenna berikan namun tidak dengan Rhea. Gadis itu langsung duduk di tengah-tengah mereka dan meredakan badai yang terjadi. "Udah jangan berantem."

"Haha, mudah panas ya lo, padahal tadi gue cuma nge tes dikit." Kata El lalu berdiri dan tambah mendekati Shenna.

Shenna menyaut, "Lo mau nge tes apa, anjing." Wajahnya memerah karena marah.

El tertawa remang, "Shenna, bener kan itu nama lo? Beritanya udah tersebar dimana-mana, kalau aja lo keluar, dalam hitungan detik semua orang bakal caci maki lo dan menghabisi lo sampai tamat..."

"...karena apa? Setitik api yang gue kasi bikin lo seakan sedang terbakar di neraka, gue cuma nyindir lo dikit dan lo langsung panas. Itulah hal yang buat Lo lemah, Lo bisa aja berkelana kesana-kemari tanpa ketahuan asalkan mental lo gak goyah ketika ada yang nyenggol nama lo, dasar lemah!" Tegas El yang langsung membuat Shenna terdiam.

Rhea langsung menghentikan El yang terus-terusan mengintimidasi Shenna. "Udah yuk El, dia masih belum sembuh, kasian.."

"Lo tenang aja ya, gue bisa kendalikan situasinya." Kata El tersenyum.

Meskipun El berkata demikian, hati Rhea tetap tidak tenang. Bagaimana bisa ia terus memancing amarah seorang pembunuh, yang ada ia akan menjadi mangsa Shenna berikutnya.

Shenna yang semula tertunduk lalu mengangkat dagunya lagi, "Gue bakal buktikan ke dunia bahwa tindakan gue itu benar! Gue bakal ubah persepsi orang-orang tentang gue."

R.O.S.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang