Masih ada yang berjuang buat baca?
Padahal bom-bom masalahnya belum pada meledak. Jadi siapin mental aja bacanya.
Btw, jumlah babnya bisa sampai 50 ya. kurlebnya. Sama kayak season 1.Semoga masih pada betah...
-------------------------------------
Meskipun aku tahu posisiku bukan di sini, tetapi anehnya kalian yang membuatnya seolah-olah memang ada tempatku di sini.
Mengantarkan Dara pulang, setelah mereka makan bersama tempat makan pinggir jalan, ternyata kalimat Dante terakhir menimbulkan keheningan dari mulut Dara. Tidak ada sepatah kata pun yang Dara ucapkan di sepanjang perjalanan. Bahkan ketika dia masuk ke dalam mobil tadi, sendal jepit yang Dante pinjamkan langsung ia lepas dan diganti dengan sepatu heels yang membuat kakinya lecet.
"Kamu marah sama aku?" tanya Dante sembari terus mengemudikan mobilnya.
Sejak dia berhasil menemukan Dara tadi di pinggir jalan, Dante bahkan sudah sengaja men- silent ponselnya agar tidak ada satu orang pun yang mengganggu. Karena sejujurnya dia berharap lebih atas pertemuannya kembali dengan Dara malam ini.
Akan tetapi sayangnya, mulutnya yang kurang ajar, dan dengan mudah memandang rendah orang lain, malah menjebak dirinya sendiri. Hingga mau tidak mau Dante merelakan didiamkan oleh Dara di sepanjang jalan arah pulang mereka, sekalipun sudah berulang kali Dante mengajaknya bicara.
"Kalau kamu marah atas perkataanku tadi, maaf."
"Aku benar-benar minta maaf."
"Bapak enggak salah. Semua yang Bapak katakan benar. Ponsel saya bisa diganti. Dompet saya bisa dibeli lagi. Tapi semua itu bila terjadi dalam kehidupan Bapak. Dalam kehidupan saya, saya lebih suka mempertahankan yang lama, dari pada harus menggantinya dengan yang baru."
"Aku tahu, Dar. Tahu sekali apa maksudmu. Tapi dalam kasus ini, semuanya sudah hilang. Lalu harus cari dimana untuk menemukan yang lama?"
Tidak ada tanggapan, Dante terasa frustasi menghadapi perempuan seperti Dara. Yang keras atas egonya sendiri. Oleh karena itu, ia sengaja tidak mau memperdebatkannya lagi. Membiarkan Dara dengan kebisuannya. Sedangkan dirinya fokus mengemudi hingga sampai ke rumah kost di mana Dara tinggal.
"Terima kasih, Pak."
Dara mulai bersuara lagi disaat Dante menghentikan mobilnya di depan pintu pagar rumah kostnya. Belum sampai Dara turun dari mobil, pintu pagar terlihat dibuka dari dalam.
Baik Dara ataupun Dante sama-sama menunggu siapa gerangan yang membuka pintu pagar itu? Karena yang Dante tahu, selama adiknya tinggal di sini, tidak ada ketentuan jam malam di rumah kost ini. Semuanya aman. Bahkan mau Dante mengantarkan Fla pagi buta pun, tidak pernah ada yang memprotesnya.
"Saya permisi dulu, Pak."
Selesai Dara mengucapkannya, dan bersiap untuk membuka pintu mobil, dari arah luar pintu sisi tempat duduk Dara terbuka. Tidak menyangka siapa yang berada di hadapannya, Dara membulatkan kedua mata.
Dani. Laki-laki itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tapi dari tatapannya Dara tahu Dani khawatir atas kondisinya.
"Ya Tuhan, Dara. Sumpah bikin gue sama yang lain khawatir banget sumpah. Gue sama Natta udah keliling kota. Bahkan Dani udah minta Damkar untuk bantu cari lo. Kita juga udah hubungi polisi. Kalau sampai 1x24 jam lo enggak balik, bisa-bisa masuk TV, koran, kalau lo hilang, Dar."
"Ma ... af."
Dengan satu kata maaf terbata, Dara yang baru melangkahkan kaki keluar dari mobil langsung ditarik oleh Dani ke dalam pelukannya. Sekalipun Dara tidak melihat, namun dia merasakan di bagian punggungnya ada sebuah desakan. Entah dari pelukan tangan Dani yang terlalu erat. Atau desakan keras itu dari kepalan tangan Dani yang menekan kencang ke arah tulang punggung Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPOSAMI! DANTE
RomancePerkara uang 100 Juta, aku pikir kami akan terikat dan menjadi dekat setelahnya. Namun nyatanya tidak. Setelah membaca-baca berbagai macam berita, akhirnya aku sadar, salah satu negara di dunia ini yang mayoritas pendudukanya terlambat menikah adala...