─ ─ ⛦ ─ ─
Axel berjalan melewati hiruk-pikuk perkotaan dengan langkah ringan. Kemeja putih yang dia kenakan dibiarkan terbuka kancing atasnya, sesekali mengungkapkan tulang selangka dan rantai platinum tipis yang melingkari lehernya.
Kemeja putih dipadukan dengan celana jeans biru dan sepasang sepatu kets putih. Ditambah dengan senyum yang terukir di wajahnya, memberinya tampilan seorang pemuda yang murni dan lembut, membuat para pejalan kaki di sekitarnya mau tak mau menatap penuh perhatian ke arahnya.
Langkah kakinya berhenti di depan sebuah bangunan kecil di ujung jalan. Menatap tanda close di balik pintu kaca, tangannya yang setengah terulur dibiarkan menggantung di udara.
Axel menatap papan nama bertuliskan Lian's Music & Coffee, lalu melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya.
'Jam sebelas lewat lima belas... masih tutup?' Batinnya.
Axel baru saja akan berbalik meninggalkan bangunan bergaya eropa itu ketika suara dentingan lonceng disusul dengan suara teriakan yang akrab memasuki indra pendengarannya.
"RINO SIALAN, KENAPA ENGGA BILANG KEMARIN-KEMARIN SIH?!?"
Axel terdiam, tatapannya jatuh pada pemuda yang baru saja berlari keluar sambil terus-menerus meneriakkan kata maaf, lalu pada pemuda lainnya yang saat ini berdiri di pintu kafe dengan kemarahan yang tercetak jelas di wajahnya.
"Kenapa kak?" Tanya Axel.
Pemuda yang berdiri di pintu kafe, Yehan semakin mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan Axel.
"Temen kamu tuh bikin emosi!"
"Emangnya Rino ngapain?"
"Dia bubarin ACE, tapi engga laporan ke pihak kafe!!"
Axel lagi-lagi terdiam. Masih tidak memahami kenapa sang pemilik kafe marah karena kehilangan band lokal yang dikontraknya.
Menatap ekspresi yang dibuat Axel, Yehan hanya menghela nafas panjang, seluruh kemarahannya sepertinya hilang begitu saja.
─ ─ ⛦ ─ ─
Dentingan lonceng kembali terdengar di setiap sudut kafe ketika Yehan menutup pintu, membuyarkan lamunan Axel.
Beberapa saat yang lalu, Yehan baru saja menyampaikan berita tentang pembubaran band, dia tidak sempat bereaksi. Hanya setelah Yehan mengundangnya masuk dan meminta bantuan untuk membalik tanda close menjadi open, Axel baru ingat kalau dia masih anggota dari ACE. Lebih tepatnya, drummer baru yang bergabung tidak lebih dari seminggu yang lalu.
Sekarang, orang luar tau tentang pembubaran band. Tapi dia yang jelas-jelas anggota malah tidak tau apa-apa, dia merasa agak sedih. Ralat, dia benar-benar merasa sedih. Kalau bukan karena dia berada di tempat umum sekarang, Axel mungkin sudah menangis sambil berguling-guling.
Yehan yang saat ini sedang duduk di belakang meja counter juga merasa sedih melihat teman kecilnya yang biasanya banyak bicara tiba-tiba menjadi begitu pendiam. Tapi mau bagaimana lagi, bahkan Yehan saja baru tau pagi ini kalau band lokal andalannya dibubarkan.
'Tsk, mana belum ada pengganti buat ngisi panggung hari ini. Kenapa harus dadakan banget sih bubarannya?!' batin Yehan yang sekali lagi mulai merasa marah.
Untungnya kesedihan Axel tidak bertahan lama. Setelah tiga puluh menit meratapi betapa tidak pentingnya dirinya di mata Rino, Axel kembali mendapatkan semangat hidupnya.
"Kak Yehan nge-kos di Griya Bintang kan ya?" tanya Axel.
"Iya, kenapa emangnya?"
Kebetulan kafe lagi sepi pengunjung, Yehan yang tadinya berdiri di balik meja counter lantas meninggalkan tempatnya lalu duduk di samping Axel.
Axel yang ditanyai balik oleh Yehan merespon dengan menunjukkan postingan Twitter yang tertera di layar ponselnya. "Bang Owen nyari kosan. Kebetulan Griya Bintang lagi ada kamar kosong kan?"
Yehan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti, namun tidak lama kemudian dia merasa ada yang janggal dengan kata-kata Axel. "Tau darimana kamu kalo ada kamar kosong? Perasaan kakak gapernah cerita tentang kosan ke kamu. Lagian kosan juga baru kosong pagi ini."
Axel yang ditanyai oleh Yehan hanya diam dan kembali fokus dengan ponselnya, bersikap seolah-olah dia tidak mendengar kata-kata Yehan barusan.
─ ─ ⛦ ─ ─
Rino Herlangga - Rino
(mantan) leader, vokalis, sekaligus pemain keyboard dari band ACE───────────────
#LLUKA × ⌗𝐀𝐬𝐮𝐩𝐚𝐧𝐍𝐚𝐬𝐢
KAMU SEDANG MEMBACA
Griya Bintang | On Going
DiversosKetika sebelas pemuda dengan watak dan sifat yang beragam tinggal di satu atap yang sama. Yang awalnya canggung dan ga saling kenal, lambat laun mulai tumbuh rasa kekeluargaan. ───────────── • • • Warning: ⚠︎ Harsh Words ⚠︎ LGBTQ+ Content 2022, pr...