⚠️TRIGGER WARNING⚠️
❗VIOLENCE, HARSH WORD❗jika tidak suka dengan adegan tersebut, dipersilahkan untuk melewati BAB ini!
Selamat membaca~
🥀🥀🥀
Preticia tahu, jika ia menyerahkan tugas untuk mengubur jasad Lynch pada orang lain, pasti mereka tidak akan menguburkannya secara layak. Preticia ingin memberikan yang terbaik untuk Lynch meskipun dalam bentuk mayat sekalipun. Tanpa rasa jijik, takut, dan mual, Preticia mengurus mayat Lynch seorang diri. Membawanya ke tempat pemakaman yang biasa orang-orang dimakamkan. Hanya dengan kain-kain seadanya, ia membungkus tubuh Lynch.
Kain-kain itu ia dapatkan dari beberapa wanita yang memberikannya untuk membungkus tubuh Lynch, juga wanita lain yang datang kepadanya memberikan kotak besar untuk menaruh kepala Lynch yang sudah terpejam matanya karena ia pejamkan.
Mereka bilang, mereka adalah orang-orang yang pernah ditolong oleh Lynch. Mereka tidak kenal Lynch dan tak tahu namanya, saat mereka melihat bahwa orang yang di hukum mati itu adalah Lynch, mereka terkejut dibuatnya, dan tak menyangka orang sebaik itu adalah pelakunya.
Di depan makam kuburan Lynch, Preticia berusaha tersenyum selebar mungkin, meskipun hatinya menangis karena masih tak rela untuk melepas kepergian Lynch. Preticia berharap ia bisa segera menjemput Lynch di alam sana.
"Aku mohon untuk tetap hidup, Preticia!"
Permintaan terakhir dari Lynch sukses untuk membuat Preticia bertekad untuk tetap bertahan hidup.
"Aku akan berusaha untuk tetap hidup dengan senyuman, Lynch. Kau tak ingin 'kan melihatku menangis? Kalau begitu, tetaplah hidup di dalam diriku!" ujar Preticia di depan makam Lynch. Ia menggenggam cincin yang pernah diberikan oleh Lynch, meskipun kotor tertutupi tanah, namun Preticia masih dapat melihat kilauannya.
"Aku akan hidup dengan memeluk semua kenangan yang pernah kita bentuk, terus mengingatnya sampai kisah cinta kita bisa melintasi waktu untuk menjadi sejarah yang terus dikenang oleh sepanjang generasi," lagi, Preticia berujar sembari mengelus batu besar yang menjadi nisan dari makam Lynch.
"Aku akan tetap hidup untuk terus mengingatmu sebagai cinta sejatiku, Lynch. Sekarang dan selamanya!" Preticia menarik napas, menghalau rasa sesak yang masih menyiksa di dadanya. Lalu kembali tersenyum menatap batu nisan di makam Lynch.
"Meskipun air mataku terus mengalir ... meskipun aku harus hidup dalam bayang-bayangmu, aku tak masalah. Aku akan baik-baik saja dengan harapan bahwa kita bisa bertemu lagi di sana.
"Juga aku yang seharusnya berterima kasih, kaulah yang telah mengajariku apa artinya cinta, Lynch. Sampai saat ini, aku tak pernah menyesali pertemuan kita, juga tak pernah menyesali mengapa aku harus jatuh cinta kepadamu. Aku hanya menyesal mengapa semesta tidak mendukung cinta kita.
"Tapi tak apa, aku harap tak akan ada lagi pasangan kekasih yang mengalami tragedi cinta seperti kita. Aku harap, pasangan yang saling mencintai diberkahi kehidupan yang bahagia dan tidak berakhir seperti kisah kita, iya 'kan, Lynch? Kau juga menginginkannya, kan?"
Air matanya kembali menetes tanpa bisa ia cegah. "Kau pria baik, Lynch. Sangat baik! Meskipun sesaat, aku bersyukur karena bisa mengenalmu dan menjadi bagian dari tawa dan tangismu, Lynch. Kini kau harus bahagia di sana, ya? Harus pokoknya!"
Preticia terkekeh kecil, cukup lama ia berbicara sendiri hingga ia pun memutuskan untuk pergi karena hari sudah mulai sore. Ia pun tak tahu ingin pergi ke mana, tapi mungkin saja ia akan memiliki tujuan jika sudah keluar dari makam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be With You [The End]
Romance[Cerita ini hanyalah karya fiksi semata baik nama, tempat, penokohan, serta nama organisasi. Semua tidak terjadi di dunia nyata dan hanya bersifat khayalan. Mohon bijaklah dalam membaca. Terima kasih!] #mari vote dan komen, wahai kalian yang membaca...