Belleza*•••*
Belle menuruni anak tangga dengan sedikit cepat. Hari ini dia berniat mengunjungi papanya yang sudah beberapa hari tak dia kunjungi. Pagi tadi, kakaknya bahkan memberi kabar jika papa mereka masuk rumah sakit. Yang artinya kondisi papanya kambuh. Atau bahkan lebih parah dari itu.
Mempercepat langkah kakinya, Belle nyaris berlari lantaran khawatir. Tapi gerakan kakinya melambat begitu kedua matanya menemukan seseorang yang baru masuk ke dalam rumah. Seseorang dengan stelan formal handalannya.
Seseorang yang tak pernah dia temui lagi setelah beberapa hari terakhir. Lebih tepatnya, setelah kejadian di mana mereka berbicara di ruang kerja pria itu. Setelah itu, pria itu tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya. Dia seakan menghilang tanpa kabar bak ditelan bumi.
Langkah kaki Belle terhenti begitu kedua mata mereka bertemu. Hanya beberapa menit, sebelum Belle kembali meneruskan langkah kakinya dan memalingkan muka ke arah lain. Melangkah cepat menuruni anak tangga tanpa menatap ke arah Al. Di mana kini Al pasti tengah melirik ke arahnya.
Tanpa basa-basi atau bahkan melirik Al, Belle terus melangkah keluar rumah besar itu. Membuat Al yang berpapasan dengan Belle pun menghentikan langkah kakinya sejenak.
Keningnya mengernyit samar begitu tak mendengar sapaan Belle seperti biasa. Yang setiap bertemu dengannya akan menyapa atau sekedar berbasa-basi meski jarang dia tanggapi.
Tapi pagi ini ada yang berbeda dari wanita itu. Dia bahkan tidak menoleh atau menyapanya. Jangankan menyapa, sekedar melirik pun tidak. Membuat Al merasa aneh juga heran.
Mengangkat bahu acuh, Al pun kembali meneruskan langkah kakinya tanpa mau repot-repot memikirkan perubahan aneh Belle. Melangkah ke arah ruang kerjanya seperti niat awalnya pulang ke rumah itu.
"Kakak, sudah pulang?"
Langkah kaki Al terhenti. Kepalanya berputar ke arah tangga. Di mana adiknya kini berdiri di sana dengan pakaian khas bangun tidur miliknya.
"Ya." Jawab Al pendek. Berniat kembali meneruskan langkah kakinya.
"Belle, ke mana? Kenapa dia pergi buru-buru?"
Lagi-lagi gerakan kaki Al terhenti. Ekor matanya melirik adiknya yang kini menuruni anak tangga. Melangkah ke arahnya dengan sesekali menguap.
"Kenapa bertanya padaku?"
"Kakak tidak berpapasan dengannya?"
Al hanya mengedikkan bahu acuh.
"Tumben?" Gumam Olivia yang masih bisa di dengar oleh Al. "Biasanya dia jika berpapasan dengan kakak selalu mengatakan akan pergi ke mana, kan? Sekedar menyapa atau berbasa-basi. Kenapa hari ini tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Gantung(SELESAI)
RomansaHarap pintar dalam memilih bacaan!! Untuk yang tidak suka sesuatu yang bikin hati ngilu, jauh-jauh!! ***** Belleza kira--dia adalah satu-satunya wanita yang berdiri di samping suaminya--Al selama lima tahun terakhir ini. Menjadi istri sekaligus wani...