"Jadi ini yang kau maksud dengan menyingkirkannya dengan cara yang bersih." Ucap Yoshi pelan."Aku menepati janjiku, Yoshi-kun."
"Termasuk soal Revan?"
"Tidak. Itu bukan karenaku. Itu karena Karina."
Alis Yoshi bertaut, "kau bohong."
"Aku serius. Jelas-jelas kemarin setelah Amanda kecelakaan, aku bersamamu terus."
Yoshi langsung diam dibuatnya. Bahkan soal Yoo Jimin yang membunuh Amanda tanpa harus menyentuh saja dia tidak percaya, apalagi soal Karina yang membunuh Revan?!
"Karina tidak membunuhnya, dia hanya memberi Revan pilihan. Niatnya sebenarnya baik."
"Tapi bukankah terlalu jahat mengambil dua nyawa dalam satu malam?" Tanya Yoshi dengan mata menajam.
Yoo Jimin hanya melirik pelan ke arah pria itu. "Kau bahkan tak tahu bagaimana kejamnya para komunis yang mengambil nyawa 6 jenderal dan 1 perwira hanya dalam waktu 3 jam."
Yoshi terdiam mendengar penuturan Yoo Jimin. Ayolah, dia sedang tidak ingin mendengar jawaban skakmat seperti itu. Memilih pasrah, Yoshi akhirnya memutuskan untuk pergi sebentar mencari sedikit air untuk melegakan rasa hausnya.
Yoo Jimin sendiri hanya terpaku dengan apa yang ada di depannya. Terdapat Jeffan yang tengah berdiri menunduk dengan kedua peti jenazah di hadapan pria itu, dengan suara isakan tangis pelan yang masih mengiringinya.
Kaki Yoo Jimin tergerak untuk mendekatinya. Wanita itu membungkuk pelan di hadapan kedua peti tersebut, memberi penghormatan terakhirnya tanpa merasa bersalah.
"Pasangan malang, tapi setidaknya mereka pergi bersama." Ujar Yoo Jimin dalam bahasa Korea.
Jeffan reflek mengangkat kepalanya, menoleh ke arah wanita disampingnya. "Apa?"
"Mereka pasangan yang menyedihkan, tapi sepertinya Tuhan menyayangkan keduanya sehingga mereka ditakdirkan pergi bersama. Benar, kan?"
"Menurut kamu begitu?" Tanya Jeffan pelan memandangi peti sahabatnya.
"Anda tidak perlu menangis, kepergian sahabat anda itu sudah merupakan takdir alam. Lagipula, seharusnya anda berterimakasih pada seseorang, karena telah membuat mereka berdua pergi bersama tanpa harus meninggalkan salah satunya." Ujar Yoo Jimin.
"Kamu gila, untuk apa berterimakasih—
"Karina juga pasti akan sangat senang, karena sahabatnya telah menyusulnya." Potong Yoo Jimin dengan senyum mengembang.
Dan saat itu juga Jeffan sadari, ini bukan lah takdir, melainkan sebuah permainan yang diciptakan tuhan. Dengan Karina sebagai pemenang dan sahabatnya sebagai korban yang kalah.
"Anggap saja, ini permainan timbal balik yang diciptakan tuhan." Ucap Yoo Jimin.
***
"Saya mencari Anda kemana-mana dan ternyata Anda ada disini. Menyebalkan sekali." Kesal Yoshi.
Si empu hanya berdehem sebagai balasan membuat pria itu mau tak mau menahan emosinya. Dia harus sabar, bagaimana pun juga wanita ini atasannya.
"Anda tak ingin bergabung, Nona?" Tanya Yoshi.
"Tidak, aku lebih suka memandanginya dari kejauhan." Balas Yoo Jimin.
"Kalau hanya untuk memandanginya dari jauh, untuk apa anda dat—
"Kita sedang tidak ada di kawasan kantor atau pun dalam jam kerja, jadi berhenti memanggilku Nona." Ketus wanita itu.
Yoshi berdecak, "baiklah, terserah kau saja."
Yoo Jimin pun hanya bergeleng kepala. "Kau tahu? Umumnya disini, jika ada orang yang meninggal, beberapa anggota keluarganya akan meminta kita untuk memaafkan jika ada kesalahan yang dibuat oleh orang tersebut."
"Lalu?"
"Sekarang aku sedang mengingat-ingat apakah orang itu punya salah padaku atau tidak, akan sangat memalukan kalau keluarga orang tersebut sudah berkata seperti itu tapi nyatanya orang tersebut tak memiliki kesalahan apa pun padaku." Lanjut wanita itu.
"Jika mereka tidak membuat kesalahan padamu, kau tidak akan mungkin membunuh mereka." Balas Yoshi.
"Tapi aku melakukannya bukan karena mereka membuat kesalahan padaku. Mereka membuat kesalahan pada Karina."
Pria tersebut berdecak, atasannya ini memang aneh sekali. "Terserah kau saja lah, aku ingin pergi untuk berdoa bersama mereka."
Setelahnya Yoshi pergi, tak lama kemudian Yoo Jimin beranjak dari duduknya dan memanggil pria tersebut sebelum semakin jauh darinya.
"Yoshi-kun."
Si empu kembali berbalik badan, "apa?"
"Aku sudah tahu apa kesalahannya." Wanita itu menjeda kalimatnya, "dia sudah membunuh setengah bagian diri ku. Dia tidak pantas dimaafkan."
Yoshi menghembuskan nafas panjang, "kau ini memang agak-agak ya."
Senyum miring terpatri di wajah Yoo Jimin, "tak perlu ikut berdoa bersama mereka, lebih baik kita cepat kembali ke Korea. Aku sudah meminta sepupuku untuk memesan tiketnya."
"Wah, ini sebabnya aku menyebutmu orang jahat, Jimin."
KAMU SEDANG MEMBACA
'Till The End
FanfictionSetelah 5 tahun kematiannya, lantas bagaimana dengan project rahasia milik Karina? Apa akan ada seseorang yang melanjutkan project itu? Lalu untuk menyelesaikan project itu, apa saja yang dibutuhkan untuk menyempurnakannya? Setelah sempurna pun, ter...