skit#5

284 35 12
                                    

Malam itu Anya nggak bisa tidur. Sudah berapa jam ia memejamkan mata, tapi malaikat mimpi tak kunjung datang menjemputnya. Berbagai cara sudah dilakukan. Mulai mencoba tidur gaya telentang, tengkurap, sampai kayang pun tetap nggak berhasil. Gaya apa lagi yang harus ia coba? Gaya gravitasi Einstein? Ah, Nicola Tesla!

Anya mengacak rambutnya frustrasi. Otaknya mulai ngaco! Jika saja komputernya nggak lagi di-service, ia pasti sudah streaming sekarang. Anya mengambil ponsel di samping bantal, mengernyit. Radiasi cahayanya terlalu terang. Pukul 02.00, lampu kamar sudah dimatikan.

WA Ollie terlihat sedang online. Anya berpikir sejenak, apa risiko terbesar jika ia menelepon Ollie sekarang?

"ANYAAAAAAA!!!-"

Anya langsung memutuskan panggilan. Belum apa-apa sudah bikin telinga bengkak. Anya mulai menyesal. Sebuah kesalahan dirinya menelepon Ollie tadi. Anya harus temukan seseorang yang bisa membantunya. Minimal yang bisa ngasih saran bagaimana caranya agar cepat tertidur.

"Halo?" ucap seseorang di seberang panggilan.

"Oh, hai Kaela."

"Anya-senpai. Tumben. Ada yang bisa kubantu?"

"Kamu lagi streaming, ya?"

"Eummm. Yup," jawab Kaela. Anya tidak mau mengganggu kouhai-nya yang sedang streaming, jadi ia pun pamit undur diri yang tentu saja langsung dicegah oleh Kaela. "No. Don't worry, Senpai. It's ok. Benar, kan, guys? Boring juga grinding material terus. Siapa tahu aku bisa bantu atau setidaknya kasih saran."

"Kok kamu tahu?" tanya Anya. Dalam hati merasa senang karena ada yang mengerti kondisinya tanpa diminta.

"Firasat kouhai, I think." Kaela tertawa. Tawanya senyap tertelan kesunyian malam. "So ... mind to talk about it?"

"Yeah." Anya pun menceritakan masalahnya.

Selesai Anya bercerita, Kaela berkata, "Seandainya aku bisa membantumu, Senpai. Tapi, aku sudah nggak tidur selama tiga hari."

"Terus?"

"Aku lupa caranya tidur."

"Yang benar saja!" Anya melempar ponselnya ke kasur. Untuk apa dia bercerita panjang kali lebar kalo ujung-ujungnya sia-sia!

Ponsel Anya tiba-tiba bergetar dengan biadap. Spam chat dari M-chan.

Tidur.

Jangan begadang.

Kalo tiada artinya.

Anya berdecak sebal. Orang mau istirahat malah diajak dangdutan.

"Ini juga lagi diusahain, M-chan," lirih Anya, seraya membalas chat M-chan dengan emot nangis. Kemudian menelepon Reine. Dari semua orang hanya gadis itu satu-satunya harapan yang tersisa. Anya enggan menelepon para senpai-nya yang sableng karena dia tahu, itu hanya akan memperparah keadaan.

"Kalo aku nggak bisa tidur, biasanya aku minum teh," kata Reine. "Aromanya yang menenangkan suka bikin ngantuk."

Seketika Anya berlari ke dapur. Menyeduh teh poci pemberian Mami Kobo dan meminumnya dalam sekali tengak. Nggak ngaruh.

"Nggak nggak nggak, kayaknya bukan teh, deh. Susu. Segelas susu hangat akan membuatmu rileks dan bermimpi indah."

Anya pun meminum segelas susu hangat. Nggak ngaruh.

"Olahraga aja! Badan capek. Terus ketiduran."

Anya lalu push up. Sit up. Pull up. Tetap. Nggak. Ngaruh.

"Minum teh campur susu sambil olahraga!"

"Sudahlah, Reine. Lupakan saja." Anya terdengar putus asa. "Dunia nggak akan kiamat hanya karena aku nggak tidur semalaman, kan?" Anya menghibur diri.

Pukul 03.00. Entah mengapa Anya merasa seperti baru pertama kali melihat langit-langit kamarnya. Anya membatin, kenapa baru sekarang? Sudah berapa lama aku hidup? Apa saja yang kulakukan? Berapa banyak hal yang telah kualami? Ke mana masa laluku pergi? Seperti apa masa depan itu? Siapa aku sebenarnya? Untuk apa aku hidup? HAH? Untuk apa?!

Suara ponsel membuyarkan lamunan. Ollie meneleponnya. "Kamu sudah tidur?"

"Menurutmu?" sinis Anya. Tentu saja dia belum tidur! Pake ditanya lagi!

"Kudengar kamu nggak bisa tidur."

"Siapa bilang?"

"Livechat Kaela. Aku lagi nontonin dia, nih. Nggak bisa tidur juga."

"Wow! Apakah insomnia sudah jadi semacam penyakit menular?"

Ollie terkekeh. Dalam beberapa kesempatan, tawa Ollie memang terdengar keras. Tapi dalam beberapa kesempatan pula, tawanya bisa berubah lembut, dan terasa nyaman di telinga. Contohnya sekarang. Dan Anya suka mendengarnya.

"Kamu mau ngomongin itu doang? Kututup, ya," kata Anya.

"Eh jangan, dong. Ya enggak lah, sebenarnya...."

Ternyata Ollie meneleponnya karena mau ngobrolin project Holoro dalam waktu dekat dan beberapa kegelisahannya tentang menjadi senpai untuk HoloID Gen 3. Biasanya Anya akan langsung menutup telepon kalo pembicaraannya nggak penting-penting amat, tapi berhubung Anya juga lagi gabut, jadi, deh, dia dengerin ocehan Ollie sampai jam menunjukkan pukul 04.30.

"Anya," kata Ollie tiba-tiba.

"Hmm. Aku dengerin, kok."

"Oyasumi," lanjut Ollie.

Alis Anya berkerut. "Apaan, sih? Nggak jelas."

"Hehe. Tsundere Anya."

Kemudian panggilan diakhiri. Dengan masih dilanda kebingungan Anya mematikan ponselnya dan meletakkannya di bawah bantal. Mungkin Ollie tidur sambil ngomong tadi.

Anya menguap dan memposisikan tubuhnya menghadap samping. "Dasar aneh. Memangnya ini Jepang? Terus apa? Aku harus bilang 'oyasumi' juga gitu? Ada-ada saja," gumamnya.

Anya tersenyum. Matanya terpejam. "Oyasumi, Ollie." Lalu tertidur dengan pulasnya.


-fin-


7 Agustus 2022

HALU - hololive fanfictions [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang