#AB-21

129 14 13
                                    

Yoongi membanting semua koleksi buku di rak kamarnya. Beberapa cerita legenda yang dia sudah baca tak dia hiraukan bentuknya lagi. Salah satu buku Harry Potter karya J.K Rowling dari segala seri dia punya sudah tak mulus lagi di bagian sampulnya. Begitu sukanya Yoongi membaca dia sampai tak mau lagi membaca dua kali, menjadikan sebuah koleksi jika dia sedang kalut saja.

Sekarang kemarahannya memuncak. Baginya semua sama saja, karena kedua orang tuanya telah memberikan jarak antara dirinya juga Jungkook.

Terdengar oleh ibunya yang langsung membuka kamar. Di pagi hari saat ibunya memakai masker kecantikan mahalnya, beberapa buku jatuh tepat di kakinya dan juga pecahan barang guna yang sudah terpecah.

Ibunya garang dan hendak melemparkan gelas cantik di tangannya. Berisikan sebuah collagen sirup untuk kecantikan.

"Tak bisakah kau melakukan sesuatu dengan baik dan tenang, ini masih pagi dan kau membuat ulah bagai anak berandal Yoon!"

Yoongi tertawa remeh. Melihat wanita yang sudah melahirkannya malah bertindak bagai betina amnesia.

Dia menjalankan kekesalannya dengan baik, membanting satu lemari ukuran kecil berisikan gelas dan piring. Membuat gaduh semua penghuni sampai seseorang yang tadi mengantuk terbangun. Jungkook mendengar suara keributan dari kamar kakaknya. Tatapan ingin memastikan, seiring suara degup jantung tak aturan.

"Yoongi!" Teriak ibunya lagi. Suara wanita tersebut sangat keras sampai suaminya menggeleng kepala di tengah acara makan dan santainya.

Pria itu enggan melakukan hal lain selain membaca korannya. Baginya, Yoongi berubah liar setelah dia membela Jungkook yang ingin di buat cerdas oleh keluarga sendiri.

"Apa-apaan kau! Ibu membelikan semua ini dengan harga tak murah! Kau pikir mencari uang mudah?!" Ucapan itu semakin geram. Sang ibu telah habis sabarnya dan memecahkan gelas dengan bantingannya.

"Ibu pikir aku bahagia dengan pola hidup begini. Mana Jungkook aku mau bawa dia ke karnaval!"

Yoongi sudah kesal. Dia sendiri tidak bisa bicara pada adiknya selama seminggu. Ulah kedua orang tuanya membuat dia muak. Dia melihat bagaimana ibunya seolah tidak ingin anak pertamanya bertemu si bungsu.

"Aku sudah menghukumnya. Dia harus belajar, bukankah kau juga sudah berjanji. Adikmu akan selalu di rumah, kami tidak melakukan kekerasan padanya. Asal kau belajar dan mendapatkan nilai bagus, gelar dokter dan sarjana karena kau pewaris."

Dikatakan penuh penekanan. Yoongi diharapkan menjadi kandidat terbaik masa depan orang tuanya. Hal itu memuakkan bagi si pemilik mata sipit itu. Rasanya dia ingin meludah di dalam kamarnya tapi dia ingat etika. Dia juga ingin menghancurkan atau membakar rumah ini jika dia tidak ingat bahwa menghancurkan harta juga akan menghabiskan masa depan Jungkook.

"Aku melakukan janji ku dengan baik. Kalian, malah melarang ku menemui adikku sendiri. Ibu dan ayah, sebenarnya apa mau kalian?"

"Tenangkan dirimu, kau salah paham. Dengan dirimu menemui Jungkook kau, akan membuat dia manja. Dia tidak bisa berpikir cepat, dia akan kalah dengan anak lainnya. Apalagi niatmu-" diam sejenak meremehkan anaknya. Dia sendiri tidak ingin anaknya mengalami kegagalan.

"Kau mau membawa dia ke karnaval. Jungkook harus tetap di rumah! Biarkan dia bekerja keras mencapai tujuannya," ibunya sudah menasihati anaknya dengan nada sedikit keras.

Yoongi memukul tembok dongkol. Dia menarik nafas dan membuangnya jengkel. Kasih sayang dia terima selama ini tidak pernah kurang. Adiknya malah sebaliknya, mendapatkan sedikit kasih sayang saja hanya pakai syarat. Jungkook itu cerdas, mahakarya yang Yoongi tahu adalah jeniusnya sang adik yang bisa dijual dengan harga fantastis.

Alpha Beta (Sad Story Yoonkook) [Spesial Tears]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang