Kuliah malam kali ini selesai cukup larut. Dosen sudah pergi dari kelas sejak dua jam yang lalu tetapi para mahasiswa masih harus menyelesaikan tugas kelompok mereka, jadi dibanding menunda waktu lagi, mereka memutuskan untuk tinggal lebih lama.
"Sudah pukul delapan, kau tidak kembali? Tugas kelompokmu pun sudah selesai 'kan?" tanya Kiel, salah satu dari dua teman yang dimiliki Bumi selama ia hidup.
"Aku akan tinggal sedikit lebih lama, ada makalah yang harus kuselesaikan segera," jawab Bumi yang masih fokus pada laptopnya.
"Baiklah, tapi jika sudah selesai, langsung pergi ke restoran dekat sini, para senior akan mentraktir kita malam ini," ucap KIel.
"Baik, aku akan membawamu yang mabuk dari sana," ucap Bumi.
"Kau harus bersenang-senang juga," ucap Kiel sembari membawa tasnya. "Jangan terlalu lama disini."
Hanya dalam hitungan menit setelah kepergian Kiel, satu per satu mahasiswa yang ada di kelas pergi dan menyisakan Bumi disana sendirian, hanya ditemani dengan suara jari jemari yang beradu dengan permukaan keyboard laptop. Bumi menatap keluar jendela, malam ini minggu kedua desember jadi salju sudah turun dejak beberapa minggu yang lalu. Minggu depan sudah waktunya libur Natal, kebanyakan mahasiswa merencakan liburan bersama di sebuah kabin untuk menghangatkan diri dan bercinta selama libur. Bumi sejujurnya ingin melakukan itu tetapi apa daya, ia harus pergi ke sebuah daerah asing di luar kota dengan seorang dari seniornya untuk keperluan penelitian. Itu adalah seseorang yang direkomendasikan dosennya. Dosennya berkata bahwa seniornya bukan seperti kebanyakan senior sampah yang dimiliki fakultas mereka. Ia jenius dan baik, cukup baik untuk dengan rela membantu Bumi meneliti di waktu liburan.
Ketukan singkat di pintu kelas membuat atensi Bumi teralih ke arah asal suara. Seorang pemuda tampan berdiri disana dengan ransel yang tersampil di salah satu bahunya. "Jadi kau Bumi? Seperti yang kudengar, kau ada disini," si pemuda berucap dengan senyuman yang membuat dirinya bertambah tampan.
"Maaf?" Bumi hanya bisa berucap seperti itu.
Si pemuda terkekeh kecil. "Aku Orion, seseorang yang direkomendasikan dosenmu untuk membantumu," ucapnya.
"Ah, jadi itu kamu," Bumi bergumam kecil tetapi Orion bisa mendengarnya dengan jelas karena suasana di sekeliling mereka yang hening. "Terima kasih banyak sebelumnya karena mau ikut," Bumi berucap pada Orion hormat.
"Santai saja," Orion berucap. "Sedang apa kau disini?"
"Menikmati salju dari dalam ruangan," jawab Bumi,
"Atau menghindari berkumpul," ucap Orion yang lebih seperti pernyataan.
"Keduany," jawab Bumi pada akhirnya. "Lalu sedang apa disini? Bukannya lebih seru berkumpul, senior?" sindir Bumi.
"Entahlah, aku hanya ingin melihat adik tingkat macam apa yang meminta Bantuan ku tetapi tidak ingin bersosialisasi dengan seniornya," ucap Orion.
Bumi menghela nafas berat. "Jika senior keberatan, senior bisa undur diri dan menikmati liburan dengan perempuan di tengah kabin," ucap Bumi.
"Untuk apa aku lakukan itu?"
"Entahlah, bercinta mungkin?" Bumi mendengus,
"Kau terdengar seperti pacar yang cemburu," Orion terkekeh sementara Bumi melotot protes. "Sudahlah, ayo, ikut aku bergabung dengan yang lainnya."
"Aku memilih untuk menikmati waktuku sendirian," Bumi menjawab datar.
Orion hanya tersenyum kecil. Baginya, Bumi tampak lucu meski perawakan pemuda itu cukup berisi. Lihat, wajahnya yang tampak tegas, lengannya yang tampak terbentuk dari latihan keras, dan bahunya yang tegap. Bumi pun memiliki tinggi tubuh yang tak bisa dibilang kecil, dalam kelasnya Bumi adalah pemuda tertinggi. Jika mereka ada acara dan harus berbaris, dari kejauhan seseorang akan langsung mengenali Bumi karena tinggi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi [BXB]
RomanceBumi bukan pemuda yang banyak bicara. Tidak ada satupun wanita yang tertarik untuk berkenalan dengannya meski parasnya cukup tampan. Dan tampaknya bagi Bumi pun wanita tak cukup menarik seperti seorang senior yang jenius seperti dirinya. Pertemuan...